[As Kendra & Aaron in media]
Kendra's POV
Kami benar-benar menikah. Aku masih tidak menduga aku akan menikah diusia dua puluh tiga, yang terbilang cukup muda.Aaron memaafkan kesalahanku dan kini setidaknya ia telah menganggapku ada di dunia ini, meskipun sikap dinginnya itu masih saja melekat dalam dirinya.
Semuanya itu terselesaikan karena aku terus memohon padanya, menangis-nangis sampai mataku membengkak, merengek-rengek seperti anak kecil yang ingin dibelikan mainan baru koleksi limited edition, menempelinya semalaman sampai akhirnya ia bilang "Baiklah kumaafkan! Hari itu kau sedang tidak sehat. Akal sehatmu pasti belum terbangun." Aku bahkan memintanya untuk bersumpah dan berjanji atas semua yang ia katakan malam itu.
Tapi jangan heran, semuanya itu kulakukan saat aku tidak sadarkan diri, alias mabuk.
Kami mempersiapkan pernikahan ini dalam waktu satu bulan. Dad dan mom selalu saja memaksa kami menyiapkan pernikahan ini bersama, dari rasa kue, menu makanan, hadiah, lagu, kostum, dan lain-lain.
Meskipun kami sudah cukup sengaja mengulur-ulur waktu persiapan, entah kenapa hal itu sudah terselesaikan secepat ini.
Sebulan itu cukup untukku dan Aaron sama-sama saling mengenal. Tidak mengenal sebagai pasangan saling mencintai, tapi setidaknya kami tahu warna kesukaan, tanggal lahir, makanan kesukaan, alergi, genre musik, dan lainnya.
Acara pernikahan kami dibuat sesederhana mungkin, atas permintaanku sendiri agar tidak menarik media manapun datang dan mempublikasikan hal tersebut.
Sebelumnya aku ragu akan meminta persetujuan dari Aaron, tapi untungnya ia setuju-setuju saja dengan permintaanku satu ini.
Di musim gugur, pernikahan seharusnya terasa hangat dan romantis, tapi hari ini perasaan yang kurasakan jelas sangat hampa, hambar. Untungnya, kedatangan sahabat-sahabat kami bagaikan kami telah menemukan sedikit rasa di dalamnya.
Kami tidak lupa menambahkan senyuman palsu yang benar-benar terlihat sempurna, Serta ciuman yang sama sekali tidak bermakna dan rasanya jauh berbeda dari sebelum-sebelumnya.
Aku selalu bertanya-tanya apa yang Aaron rasakan, disaat jantungku selalu saja berdebar melihatnya begitu baik dan hangat bersama yang lain.
Berpura-pura atau tidak, aku tidak akan pernah tahu itu. Tapi, kurasa sikap sedingin es-nya itu hanya berlaku saat ia sedang bersamaku.
Aku benar-benar lelah, lelah akan senyuman palsu. Kuharap aku tidak terbawa suasana dan malah terpikat olehnya, karena Aaron terlihat sangat-sangat menawan hari ini.
Aku menderita sebulan, harus menahan perasaan aneh ini.
Hal tersulit bagiku hari ini, aku harus menatap dirinya saat memasangkanku cincin pernikahan. Detak jantungku semakin kencang dan kencang mengikuti setiap senti dalamnya cincin itu masuk hingga terpasang di jariku.
Tidak ada yang benar-benar tahu bagaimana perasaan kami dibalik senyuman lebar yang terukir di wajah kami hari ini.
Aku bahkan tidak tahu dan tidak berniat bertanya kenapa tidak ada salah satu orangtua atau bahkan keluarganya yang datang di acara pernikahan ini.
👑
Author's POV
"Tidak tidur dan berada di ranjang yang sama, dan hari ini terakhir kalinya."Kendra sedang duduk diatas kasur sambil mengetik satu per satu kata yang ia ucapkan di dalam tablet milik Aaron.
Sudah tengah malam, tapi keduanya tak berkunjung tidur.
Aaron duduk disampingnya lalu ikut melirik layar tablet itu, "Tidak ada couple pajamas, ini terakhir kalinya," tambahnya.
Awalnya Aaron terus mengabaikan Kendra dan kegiatan yang sedang wanita itu lakukan, karena menurutnya membuat perjanjian kekanak-kanakan seperti itu hanya akan menghabiskan waktu dan tenaga.
Aaron lalu dengan pasrah memandang pajama biru tua bergambar kepala beruang teddy yang sedang senyuman lebar, seolah sedang mengolok-olok dirinya.
Dari sanalah pria itu mulai tertarik membuat perjanjian kekanak-kanakan itu,
Jika bukan karena Abercio dan Olivia, mereka berdua tidak akan berada di kamar yang sama, duduk di ranjang yang sama.
"Tidak mencampuri urusan karir," lanjut Kendra sembari menunggu persetujuan darinya.
Aaron mengangguk setuju, kemudian menambahkan, "Tidak mencampuri urusan pribadi."
"Hey, bukankah itu terlalu--" begitu Kendra melontarkan penolakannya, tiba-tiba saja ia mendengar suara dari luar yang membuatnya terdiam.
"Siapa yang datang?" Bisik Aaron dengan sangat pelan.
"Tidur, tidur!" Desis Kendra, ia mendekati Aaron dan segera menariknya.
Saat itu juga, suara pintu dan bisikan terdengar oleh mereka. Dugaan Kendra benar, kedua orangtuanya datang untuk memeriksa. Tidak disangka Kendra sudah hafal dengan tanda-tanda kedatangan kedua orangtuanya itu.
Tidak ada pilihan lain lagi, meskipun posisi mereka sangat tidak nyaman sekarang.
"Sudah?" Bisik Aaron, ia menaikkan kepalanya untuk memastikan keadaan.
Kendra masih mematung disana, tentu saja ia masih terkejut. Masih berdebar-debar, jantungnya itu memang tidak bisa berbohong.
Aaron memindahkan lengan Kendra yang menimpa dirinya dan mengubah posisi tidurnya. Ia berbaring tengkurap sembari meraih tablet yang dibuang mereka asal tadi.
"Lanjutkan, Ken!" Ucapnya sembari membuka catatan perjanjian mereka yang belum terselesaikan itu dan memberikan tablet itu kepada Kendra.
"Sial, apa mereka mengira kita ini masih anak-anak?" Rutuk Kendra sambil terkekeh kecil.
Kendra ikut baring tengkurap disampingnya dan mereka melanjutkan mengetik perjanjian itu.
Saat Kendra sedang fokus mengetik, tiba-tiba saja Aaron menekan kepalanya turun dengan pelan sembari menyembunyikan seluruh tubuh mereka di dalam selimut.
Jarak mereka sangat dekat, mereka saling menghadap dan saling menatap di dalam selimut, suara pintu tertutup kemudian menyadarkan keduanya dari tatapan itu.
Ternyata Aaron telah menyelamatkan mereka dari kedua orangtua itu yang datang kedua kalinya untuk mematikan lampu kamar itu.
Kendra terkekeh, tetapi Aaron malah menatapnya dengan tatapan yang berbeda dari biasanya, tatapan yang serius dan sangat hangat. Meskipun dalam kegelapan, Kendra dapat merasakan perbedaan itu dengan jelas.
"Terakhir, tidak boleh menatap dengan tatapan seperti itu lagi," tambah Kendra.
Apa waktu sebulan itu telah berhasil mengoyahkan hati beku Aaron?
TBC
👑
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ A Missing Part
Storie d'amore[COMPLETE] "No great love ever come without great struggle" Kendra Damaris (23), anak tunggal dari sebuah keluarga miliarder, seorang artis papan atas, dan model terkenal. Yang mencintai keluarga, karir, dan juga hidupnya yang sempurna dalam limpah...