FR • 11

3.7K 516 36
                                    

Fake Relationship
Bagian 11 | Menyesal
• • •

    "Li, lo berubah..,"

Kata yang sebenarnya sangat tidak ingin dia dengar akhirnya diucapkan oleh Prilly. Bagaimana bisa cewek itu menyimpulkan bahwa dirinya telah berubah? Apa perubahan sikapnya sangat menonjol? Ataukah perubahan sikapnya ini membuat Prilly tidak suka?

Ali nggak ngerasa kalau semua sikap yang ia ubah merugikan Prilly. Bahkan, yang ada dipikiran cowok itu malah, ini adalah jalan yang benar. Merubah sikapnya terhadap Prilly adalah satu jalan yang benar untuk melancarkan rencananya.

Ali masih diam mematung. Hanya dia seorang diri yang masih berada di kelas, semua teman-temannya sudah lama keluar kelas. Kini hanya tinggal Ali dan juga tasnya yang selalu menemaninya pergi ke sekolah.

Setelah ucapan Prilly yang menohok hatinya, ia terdiam seketika sampai sekarang. Hanya tiga kata yang Prilly ucapkan, tapi itu berhasil membuatnya berpikir keras dan mencerna tiga kata tersebut.

Apa saja yang berubah darinya? Saat Prilly di ruang UKS tadi, cowok itu bahkan menjenguknya. Dan itu masih bentuk perhatian dari Ali. Lalu, apanya yang berubah? Bukannya hanya komunikasi mereka yang saat ini memang tidak diperbolehkan.

Karena terlalu lama memikirkannya, Ali sampai tidak sadar, dia hampir setengah jam berada di kelas. Semua kelas telah kosong, hanya ada siswa siswi yang ada di lapangan untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mereka.

Ali melewati kerumunan teman-temannya tanpa menyapa mereka. Ali berjalan menunduk dan masih terus memikirkan Prilly. Hanya ada Prilly dibenaknya. Prilly, Prilly, dan Prilly..

Bahkan sampai dia telah membersihkan diri dan berganti pakaian. Ali duduk ditepi kasur sambil menggenggam ponselnya. Kali ini cowok itu ingin melanggar janjinya untuk tidak berkomunikasi dengan Prilly.

rafaliandra.
-P
-P
-P
-P
-P
-Pril bls kek
-Pls
-Pril
-Gw mnt maaf
-Woy
-Bales cpt
-Najis, marah bnran.
-Sorry sih
-Selwsin acr baik2 wlah
-*Selesein secara baik2 elah
-Yah ngambek.
-Yah marah
-Yah najis bgt sih
-Pril
-Elah
-Serah dah.

Ali sudah mengirimnya banyak pesan. Namun, respon cewek itu nggak ada sama sekali, dibaca pun enggak. Karena geram, Ali pun mencoba menelepon Prilly lewat nomor teleponnya. Dia menekan tombol hijau lalu menunggu suara dari seberang sana.

"Ayo, Pril, angkat..!" gumamnya tidak sabaran menunggu.

"Maaf, nomor yang Anda tuju, tidak menjawab. Cobalah beberapa saat lagi..," suara operator sialan itu membuat Ali tambah geram, dia mencoba menelepon Prilly lagi beberapa kali.

"Arrrgh..!"

"Lo kenapa, sih, Pril..?!"

"Ah, tai..! Susah banget dihubungin, sih, cewek gue!"

Dari tadi, kerjaan Ali hanya menggerutu kesal. Dia sepertinya begitu sebal saat Prilly nggak jawab telepon darinya.

"Tau, ah! Capek gue, ngehubungin dia nggak diangkat-angkat! Di LINE juga nggak dibalas-balas! Pusing juga gue, mikirin cewek terus!"

Ali akhirnya membanting benda pipih tersebut ketengah kasur. Cowok itu juga ikut merebahkan diri menindih ponselnya, lalu memejamkan matanya karena sudah menatap layar ponsel cukup lama.

Sementara disisi lain, Prilly masih mengamati benda pipih disampingnya tanpa menyentuh benda itu. Dia melihat dan mendengar notifikasi dari layar ponselnya yang dari tadi tidak ada hentinya, dan itu semua dari pacar palsunya, Rafali Andra.

Cewek itu sengaja tidak menjawab ataupun membalas semua pesan dan panggilan yang Ali kirim. Saat ini suasana hatinya sedang berantakan, jadi dia tidak ada niatan untuk melakukan kegiatan apapun termasuk membalas semuanya dari Ali. Lebih baik dia mengistirahatkan otak dan matanya yang lelah karena sudah hampir seharian ia paksa untuk bekerja.

Prilly memilih tidur dan membiarkan ponselnya menyala dan berbunyi disampingnya. Nantinya juga Ali akan lelah menghubunginya.

—————

Pagi-pagi buta ini, Prilly sudah sampai di gerbang sekolah yang sudah terbuka lebar. Dia memilih berangkat lebih pagi karena untuk menghindari kemacetan yang padat, dan juga untuk menghindari.. Ali.

Prilly berjalan menuju kelasnya dengan melewati tangga demi tangga membuat kakinya sedikit pegal. Sesampainya didepan kelas, cewek itu membuka knop pintunya dan mendapati Ali yang melamun seorang diri di kelas.

"Ali? Ngapain tuh cowok dateng pagi-pagi gini? Tumben banget dia rajin," batin Prilly berusaha acuh pada Ali yang masih melamun.

Prilly membuang pandangannya kearah lain, lalu tanpa berpikir panjang, cewek itu duduk di barisan pojok paling depan didekat pintu.

Suara tas yang dilempar Prilly berbunyi agak keras sehingga membuat lamunan Ali tersadar. Cowok itu langsung tersentak kaget dan melihat ke sumber suara tersebut.

"Prilly..?" gumamnya pelan, mungkin suaranya itu tidak akan bisa terdengar oleh Prilly. Dengan cepat, dia berjalan menghampiri Prilly.

"Pril, kok lo duduk di depan? Kerajinan banget, sih, lo! Ayo, ah, balik duduk sama gue aja!" pinta Ali sambil menarik lengan Prilly dengan lembut.

Namun, cewek itu menepis tangan Ali yang menyentuhnya. "Apa-apaan, sih! Gue mau pindah duduk disini. Lo nggak usah ngatur-ngatur gue lagi," ucap Prilly tanpa melihat wajah cowok disampingnya.

"Eh, lo itu kenapa, sih? Dari kemarin ngeselin banget jadi cewek! Bilang ke gue, gue salah apa sama lo? Kayaknya lo kesal banget, ya, sama gue, sampai-sampai semua telepon sama LINE dari gue nggak ada yang dibalas sama sekali," jelas Ali panjang lebar. Cowok itu masih mengamati wajah Prilly yang terlihat kesal.

"Udah, deh.. Sana! Gue lagi nggak mau diganggu siapapun! Lebih baik lo kembali ketempat duduk lo dan diam disitu!" perintah Prilly. Namun, Ali masih pada tempatnya berdiri.

"Pril.., kan udah gue bilang, jangan kayak anak kecil, deh.. Kalau lo kesal sama gue, bilang.., gue salah apa? Biar gue bisa bikin lo happy lagi. Jangan kayak gini— marah, telepon nggak diangkat, LINE nggak dibalas, nggak mau ngomong sama gue. Please, berubah mulai dari sekarang. Ayo, kita selesain urusan ini diluar, yuk..?" tutur Ali lembut.

"Ck, kalau lo nggak suka kelakuan gue yang childish gini, mending lo menjauh dari gue! Gue nggak butuh orang kayak lo! Gue cuma butuh orang terima gue apa adanya. Dan satu lagi, mending kita udahin fake relationship ini, gue nggak mau ngelanjutin ini lagi, gue udah capek! Buat rencana lo, lebih baik lo jalanin semuanya sendiri, sekarang itu semua bukan urusan gue, kita urusin urusan masing-masing. Anggap aja kita nggak kenal— kayak dulu. Dan anggap aja kita nggak pernah punya hubungan apapun— karena memang kenyataannya begitu. Sekarang gue benar-benar mau, lo ngejauh dari gue," ucap Prilly panjang lebar tanpa terpotong oleh Ali yang mematung mendengarnya.

Sedetik kemudian, Prilly keluar dari kelas dan melewati Ali yang berdiri mematung sambil melihat punggungnya yang sudah tidak terlihat lagi.

Sementara di dalam kelas, Ali masih berdiri sambil menatap kosong kedepan. Cowok itu memikirkan kalimat-kalimat yang baru saja Prilly ucapkan. Bagaimana bisa cewek itu menyimpulkan begitu saja? Dan apa tadi..? Menyudahi hubungan palsu ini? Menjauhi dirinya? Tidak mungkin. Ali tidak bisa.

Namun, sedetik kemudian dia menyadari sesuatu. "Apa.. Apa Prilly udah dengar kalau waktu itu gue bilang udah putus dari dia, dan dia jadi marah kayak gini sama gue?" ucapnya dalam hati.

"Arrrgh..!" geramnya sambil menjambak rambut yang sudah ia tata rapi di rumah tadi.

"Nyesel gue udah ngelakuin ini semua..!"

Published:
Jakarta, 19 Juli 2017
by misspuckle

Fake RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang