FR • 14

5.4K 548 37
                                    

Fake Relationship
Bagian 14 | Kacau
• • •

     "Gue mau kita balikan. Gue mau kita bahagia kayak dulu,"

"Ali.. Ali, gue..,"

Ali menatap Andira yang sedang terpejam dengan lekat. Dia gemetaran menunggu jawaban yang akan dilontarkan cewek didepannya ini.

Sedetik kemudian, Andira membuka matanya dan memasang wajah memelas. Mulutnya terbuka, namun tidak ada satu katapun yang ia ucapkan.

"Lo tau, alasan kenapa kemarin Devan nggak masuk?" tanya Andira yang membuat Ali bingung sekaligus penasaran.

Ali menggeleng, dia masih gelisah menunggu jawaban yang sebenernya.

"Kemarin, Devan nggak masuk sekolah itu karena dia udah nyiapin surprise buat nembak gue. Dan.. Dan gue nerima dia karena memang gue sama Devan udah saling nyaman dan cinta. Gue minta maaf. Gue minta maaf banget sama lo. Gue cuma menganggap perhatian lo akhir-akhir ini candaan, gue nggak pernah nganggap serius apa yang lo bilang. Maaf, gue.. gue nggak bisa,"

Penjelasan Andira yang panjang lebar itu sukses membuat Ali terdiam dan melepaskan genggaman tangannya pada tangan Andira. Cowok itu mematung sambil menatap kosong kearah Andira.

Kemudian, kepala Ali tertunduk. "Ok, it's ok. Gue ngerti, kok. Terima kasih buat kenangannya sampai saat ini. Jujur, gue memang masih sayang sama lo setelah kita putus dengan alasan yang nggak jelas waktu itu. Gue.. Gue nggak ngerti kenapa waktu itu tiba-tiba lo putusin gue, dan gue terima keputusan lo itu. Sekarang, gue akan berusaha ngebiarin lo bahagia sama pilihan lo. Lo nggak perlu khawatir soal gue, gue bakal baik-baik aja, kok. Sekarang, lebih baik kita pulang, gue antar lo sampai rumah," ucap Ali panjang lebar. Cowok itu kemudian berdiri tanpa melirik kebawah, kearah Andira. Dia berjalan lebih dahulu tanpa menunggu Andira yang masih saja diam menatap kepergian Ali.

—————

Ali mengusap wajahnya dengan kasar. Dia sedang merebahkan tubuhnya kekasur dan menatap langit-langit kamarnya.

Setelah jawaban Andira tadi yang membuatnya sakit hati sekaligus terkejut, Ali langsung saja mengantar cewek itu pulang ke rumahnya tanpa ada obrolan disepanjang jalan. Hanya Andira yang sesekali melirik kearahnya, lalu cewek itu membuang tatapannya lagi kearah lain.

Ali kemudian berjalan pulang kearah rumahnya. Sesampainya di rumah, Ali langsung masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintunya supaya tidak ada orang yang masuk ke kamarnya.

Dan sekarang, yang ia pikirkan hanyalah Prilly. Ali tidak bisa membayangkan, bagaimana ekspresi Prilly saat mendengar jawaban Devan nantinya. Cewek itu pasti akan sedih dan terpuruk. Ingin rasanya Ali memberitahu Prilly tentang masalah ini. Tapi, dia takut Prilly tidak percaya dan akhirnya memilih membuktikannya. Dia tidak mau Prilly sakit hati lagi.

"Gimana caranya gue bilang ke Prilly soal ini? Sekarang, bahkan Prilly udah nggak mau lagi dekat-dekat sama gue, terus gimana caranya?" gumam Ali sambil menggigit ujung kuku jari tangannya.

Malam ini, Ali sibuk memikirkan bagaimana caranya agar Prilly mengurungkan niatnya untuk menyatakan perasaan yang sebenarnya pada Devan. Cowok itu bahkan melupakan banyak pekerjaan rumah yang diberi oleh sang guru.

Ali sudah mencoba berkali-kali untuk menghubungi nomor Prilly, tapi dari sekian banyaknya panggilan, tidak ada yang Prilly jawab. Ali juga sudah mengirimkannya pesan lewat aplikasi LINE maupun pesan biasa, namun tidak ada satupun yang ia balas. Itu membuatnya kesal dan juga frustasi.

Tidak ada pilihan lain lagi. Mau tidak mau, Ali harus menunggu hari esok atau lusa untuk membujuknya agar membatalkan rencana konyolnya.

Ali dengan tergesa-gesa mencari kunci motornya yang entah kemana hilangnya. Cowok itu memang orang yang pelupa dan teledor. Ali menggerutu kesal karena kunci motornya itu tidak ia temukan di dalam kamarnya.

"Arrrgh! Kunci motornya kemana, sih? Gue pakai lupa segala, lagi!"

Ali keluar dari kamarnya dan pergi menuju garasi. Hari ini dia berniat untuk pergi ke rumah Prilly tepat waktu. Tapi, gara-gara dia lupa meletakkan kunci motornya, waktunya jadi terbuang sia-sia.

"Nah, ini dia kuncinya! Ternyata masih ada di motor," ucapnya senang. Cowok itu langsung saja mengeluarkan motornya dari garasi dan mengunci pintu rumah terlebih dahulu.

Ali membawa motornya pergi menuju ke rumah Prilly dengan kecepatan rata-rata. Dia harus cepat menghentikan rencana konyol yang ia buat, sebelum Prilly benar-benar menyatakan perasaannya pada Devan.

Tok.. Tok.. Tok..

Ali berdiri menunggu sang pemilik rumah membukakan pintu untuknya. Beberapa saat kemudian, cewek yang ia cari sekaligus ia rindukan membukakan pintu untuknya. Senyumnya langsung tercetak jelas di wajah Ali, namun tidak dengan Prilly. Cewek itu hanya menatapnya dengan tatapan yang datar.

"Ada perlu apa kesini?" tanya Prilly tanpa mempersilahkan Ali masuk terlebih dahulu.

"Gue boleh masuk dulu, kali..," celetuk Ali. Akhirnya, Prilly memiringkan tubuhnya sehingga ada ruang untuk Ali masuk. Mereka berdua duduk disofa yang berada di ruang tamu rumah Prilly.

"Mau ngapain, sih, lo kesini?" tanya Prilly tidak sabaran.

"Santai.. Gue kesini mau ngomongin hal yang penting sama lo," jawab Ali. Suasananya jadi semakin tegang dan serius.

"Jadi.. Gue mau lo batalin rencana kita, rencana yang waktu itu gue buat. Gue mau kita udahin semuanya dan kembali ke kehidupan normal kita," jelas Ali singkat. Prilly menautkan alisnya, bingung.

"Maksud lo?"

"Gue tau lo ngerti apa yang gue maksud. Please, kita harus batalin rencana ini,"

"Gue nggak ngerti sama jalan pikiran lo, Li. Lo yang ngebuat rencana konyol ini berjalan sampai sekarang, lo juga, kan, yang antusias banget sama rencana ini, dan gue maupun lo setuju. Terus, kenapa tiba-tiba lo mau hancurin rencana ini? Seharusnya hari ini adalah hari yang tepat buat gue nyatain perasaan gue yang sebenarnya sama Devan. Jadi, lo nggak usah halangin gue. Gue nggak peduli kalau rencana ini lo batalin, gue mau ikuti kemauan gue sendiri," balas Prilly yang tetap kekeuh pada pendiriannya.

Ali menghela nafasnya pelan. Sepertinya ia harus berbicara dengan baik-baik mengenai masalah ini.

"Gue minta sama lo, please, jangan pernah lanjutin rencana ini lagi. Ini demi kebaikan lo, Pril..! Gue mau lo stop buat lanjutin rencana ini karena gue sayang sama lo, gue nggak mau.. gue nggak mau lo..,"

"Lo nggak mau gue kenapa?" Prilly memotong ucapan Ali dengan cepat.

"Ada satu alasan yang nggak bisa gue jawab sekarang. Tapi, please, stop sampai disini aja. Jangan lanjutin atau lo akan tau akibatnya,"

"Kenapa? Kenapa, sih, lo selalu ngelarang gue buat bahagia? Apa lo nggak senang kalau ngelihat gue bahagia? Atau lo cuma senang kalau ngelihat gue menderita? Lo sama Andira udah bahagia, Li, kenapa lo nggak biarin gue bahagia sama Devan?" mata Prilly mulai berkaca-kaca, itu semakin membuat Ali merasa bersalah karena dia tidak bisa memberikan jawabannya.

"Pril, please..," lagi-lagi, ucapan Ali terhenti karena Prilly sudah lebih dahulu angkat bicara.

"Kalau lo memang nggak mau sama gue lagi, silahkan pergi dari sini. Buat apa lo kesini cuma buat ngelarang gue bahagia? Sore ini gue akan benar-benar nyatain perasaan gue sama Devan. Dan lo, jangan pernah lo ganggu gue ataupun ngelarang gue buat ketemu sama Devan. Please, biarin gue bahagia,"

"Sekarang, lebih baik lo pulang. Lo pergi dari rumah gue, sekarang!" pinta Prilly yang membuat Ali berdiri seketika.

"Pril..,"

"Pergi..!"

"Ok,"

Akhirnya, Ali mengalah dan memilih keluar dari rumah Prilly. Cowok itu mengendari motornya pulang menuju rumahnya.

"Arrrgh..! Kacau, kacau, kacau!"

Published:
Jakarta, 25 Juli 2017
by misspuckle

Fake RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang