SURAT #15

4.9K 653 148
                                    

Juan menghentikan mobil di sisi kediaman Cara. Ia lekas mengambil buku dan sebuah pulpen. Dengan menaikan tudung jaket dan memperhatikan keadaan di sekitar, ia keluar dari dalam mobil.

Ia berjalan menuju tembok pembatas rumah Cara. Memanjat dan mendudukan tubuh di atasnya dengan hati-hati.

Ia mulai menuliskan sesuatu di kertas, merobek dan melipat menjadi sebuah pesawat. Melemparkan ke arah pintu kaca balkon kamar Cara.

Ia menunggu, masih tidak ada pergerakan di sana. Ia kembali menerbangkan sebuah pesawat.

"Kau kemana," ucapnya pelan.

Juan membuat beberapa pesawat dan menerbangkannya berkali-kali. Saat ia akan menerbangkan yang terakhir, terhenti. Cara membuka pintu balkon.

Dengan wajah ditekuk, Cara menatap Juan yang sudah terduduk di atas tembok pembatas rumah. Juan menatapnya dengan kening berkerut.

Cara mengambil sebuah pesawat, dibuka dan dibacanya.


My Sugar!

Kita berangkat sekarang? 

Your Juan!


Cara memasuki kamar dan tidak lama ia keluar dengan sebuah buku di tangannya. Ia menaikkan buku tersebut agar Juan bisa melihat dengan jelas, ada tulisan di sana.

"Maaf. Aku sedang tidak mood. Lain kali saja. Bye!" ucap Juan yang membaca tulisan tersebut.

Juan mengerutkan kening dan menaikkan kedua tangan. Meminta penjelasan lebih dalam.

Cara hanya mengangkat kedua bahu dan memilih memasuki kamar.

"Pasti karena semua berita itu," ujar Juan. Ia terdiam dan menarik napas panjang.

Ia turun dari tembok pembatas dan kembali memasuki mobil.

Terdiam dan menatap kamar Cara dari kejauhan.

Terdiam cukup lama. Sampai akhirnya Juan tersenyum dan kembali keluar dari mobil, membuka bagasi dan mengambil sebuah gitar. Ia lingkarkan sabuk gitar dan mulai memanjat tembok tersebut.

Dengan berhati-hati dan susah payah ia berhasil sampai di atas dan kini ia harus meloncat cukup jauh agar bisa sampai di pagar besi balkon kamar Cara.

Ia menarik napas dan menatap ke bawah. Cukup tinggi dan curam. "Semoga bisa," Juan bersiap dan meloncat dengan kencang. Tangannya berhasil menangkap pagar besi, sayang kakinya terpeleset.

Beruntung ia dapat menahannya. Dengan sisa kekuatan, ia menarik diri agar bisa melompati pagar besi itu.

Berhasil.

Ia terduduk di balkon kamar Cara dengan napas tersengal-sengal.

Setelah dirasa cukup tenang, ia menggeser gitar dan mulai memainkan sebuah lagu.

Y tengo un amor
Un ángel puro y verdadero
Tengo un amor
Que impulsa los latidos de mi corazón
Que sin pedir permiso me abrazó
Y con un beso me conquistó

Cara membuka pintu balkon dengan kening berkerut. "Kau ngapain di sini?"

Juan menghentikan nyanyinya. Ia berdiri dan melangkah mendekati Cara.

"Apa aku buat sesuatu yang menyakiti dirimu?" tanya Juan yang menatap tajam pada kedua mata Cara.

Cara menarik napasnya. "Aku hanya sedang tidak mood. Kau pergi saja, nanti telat latihannya!" Baru saja Cara ingin membalikan tubuh, tangannya lebih dulu dicekat oleh Juan.

DON JUANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang