A Bunch of Demons Who Fall in Love (Part 13)

132 22 6
                                    

#Jikjik, atmosfer merah muda yang muncul tenggelam

     Y21 masih mengikuti ke mana pun perginya Hydee. Gadis itu berjalan di depan, memimpin. Keduanya sama-sama tidak bersuara, hanya langkah kaki yang beradu dengan tanah yang terdengar agak menggema, debu-debu yang muncul menguar ke udara juga turut mengheningkan diri: mereka hasil persinggungan alas kaki dan tanah yang semi basah.

     "Hydee~shi, berhenti sebentar." Y21 berkata tiba-tiba. Gadis itu pun berhenti sesuai perkataan Y21. Ia tidak tahu mengapa pemuda itu menginstruksikannya untuk berhenti, namun ia hanya akan mengikutinya.

     Y21 berjongkok di depan Hydee, tangannya terulur hendak menyentuh punggung kaki gadis itu: itu berdarah. Namun segera, Hydee menarik kakinya menjauh dari tangan Y21 yang tinggal beberapa detik dapat menyentuhnya.

     "Aku bisa mengatasinya. Tidak apa-apa, Sungjae~shi," kilah Hydee.

     "Aku tidak bisa melihat seseorang terluka. Itu mengingatkanku pada mereka, rekan-rekan yang sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri. Mereka tidak di sini, itu membuatku sedih karena tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang. Apa mereka baik-baik saja, atau mereka terluka."

     "Mengapa kau memperlakukan kami sangat baik? Kau bahkan juga mempercayai kami," tanyanya.

     "Satu-satunya hal yang bisa membuatmu bahagia sekaligus kecewa dalam satu waktu adalah kepercayaan. Ketika aku memutuskan percaya, aku harus menerima resiko untuk kecewa. Karena hidup adalah tentang pilihan. Pilihan-pilihan yang akan datang kemudian akan melahirkan pilihan lain yang lebih sulit, bahkan hanya sekedar untuk dimengerti."

     Gadis itu memandang ke arah lain, mencoba menjauhkan wajahnya dari mata Y21 yang memandang lekat dirinya sejak ia menanyakan hal itu. Mungkin benar, hidup ini tentang pilihan, kepercayaan yang menuai kekecewaan, atau kekecewaan yang tak pernah menumbuhkan kepercayaan. Pilihan-pilihan itu beragam dan begitu kompleks sehingga memikirkannya saja enggan.

     "Mengapa robot-robot itu datang kemari? Apa kau tau siapa yang mengirim mereka?" tanya Y21.

     Sebelum menjawab, Hydee menginstruksikan pada pemuda itu agar mereka kembali berjalan menuju basecamp. Ia kembali memimpin perjalanan mereka, entah berapa langkah lagi keduanya akan sampai.

     "Mereka datang untuk membinasakan orang-orang serakah yang mengeksploitasi bumi. Mereka mengatakan bahwa bumi sudah rusak sejak awal, bukan karena imbas dari perlakuan mereka pada manusia.  Awalnya, beberapa robot dikirim untuk mendiskusikan semua hal ini secara baik-baik, namun mereka bilang tak satupun dari kami setuju menghentikan eksploitasi karena jika itu terjadi, kami akan kelaparan akibat tidak memiliki uang. Lalu pembesar-pembesar itu mengurung mereka, dan hal ini terjadi: para robot datang membinasakan orang-orang serakah." jelas Hydee panjang lebar.

     Y21 terdiam begitu lama. Entah ia tengah merenung, atau mengingat hal lain, yang pasti ada jeda kosong sebelum ia menanggapi cerita gadis itu. Keduanya masih terus melanjutkan perjalanan hingga kemudian Y21 menghentikan langkahnya dan mengusap beberapa tetes air mata yang tiba-tiba jatuh bergulir tanpa sengaja.

     "Jadi, untuk apa aku ada di sini jika ceritanya demikian? Masing-masing pihak melakukan kewajibannya. Orang-orang mengeksploitasi bumi terlalu banyak karena tuntutan hidup mereka, lalu robot-robot itu datang untuk mengingatkan, namun mereka diacuhkan dan terjadilah bencana ini. Mengapa mereka tidak mengatakan ini sebelumnya? Mereka, perusahaan-perusahaan yang mengirim kami... Lalu, dari mana asalnya robot tanpa nama yang tiba-tiba datang?" Y21 membalik pertanyaannya.

     "Mereka dirakit oleh seorang profesor dengan tujuan menjaga keseimbangan bumi. Sebelum profesor meninggal, ia menciptakan senjata pertahanan diri pada robot-robotnya. Robot-robot itu kemudian menciptakan rekan mereka sendiri, membuat sebuah organisasi dengan meminjam kepandaian profesor yang sudah diabadikan dalam sebuah catatan. Mereka mempelajari banyak hal seperti halnya manusia, juga memutuskan untuk saling menjaga privasi dan melakukan kewajibannya. Kabarnya, para pembesar tahu keberadaan mereka juga."

     Y21 tersenyum tipis. Alam pikir itu agaknya tak bisa diterima begitu saja. Ini semacam dongeng di siang yang mendung. Dari awal, robot-robot itu sudah ada, dan mereka, pasukan U-21 dikirim tanpa tahu kisah yang ini.

     "Mungkin aku harus bertemu dengan robot-robot itu untuk mendiskusikan kembali hal ini. Aku dan pasukanku tidak ingin melukai pihak mana pun jika ini masih bisa dihentikan tanpa menambah korban."

     Hydee menatap tajam ke dalam mata Y21, mempertanyakan apa yang baru saja diucapkan laki-laki di hadapannya. Ia mengatakan hal-hal seolah itu mudah dilakukan olehnya. Kemudian ia terkejut mendapati Y21 refleks melompat mendekat padanya: beberapa reruntuhan batu dan kaca jatuh menimpa mereka.

     Hydee mendorong Y21 menjauh darinya usai didapati luka di bahunya sendiri. Luka itu menganga, menampakkan sesuatu semacam kabel-kabel yang putus dan ujungnya berasap. Y21 tercekat.

     "Menjauh dariku, Sungjae!" teriak Hydee.

     "Kau... "

     "Ya. Aku salah satu dari mereka. Mengapa? Mau membunuhku sekarang? Kau pasti menganggap semua ceritaku adalah dusta."

     "Tidak. Aku tidak akan melakukannya..." jawab Y21.

     "Tapi mereka melakukan itu! Pasukan-pasukan gila yang dikirim oleh perusahaan bodoh. Mereka jauh lebih serakah!!?"

      Y21 bangkit. Ia tidak mengatakan apa pun untuk menanggapi kemarahan Hydee. Pemuda itu hanya menarik tangan Hydee, mengajaknya pergi dari tempat itu karena reruntuhan yang lain akan jatuh menimpa mereka. Dalam perjalanan untuk kembali ke aula yang gelap, Y21 melihat sebuah kode biru muncul di lengan Hydee: 4&4.

(Bersambung part 14)~

[2017] A BUNCH OF DEMONS WHO FALL IN LOVE ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang