#10

1.1K 66 11
                                    

Aku bukan takut untuk mencintai tetapi aku hanya takut akan terluka kembali.
•~••~•

Manda segera turun dari motor besar milik Gavin. Saat ia turun, Manda memberikan helm kepada Gavin dan digantungkan helm itu pada kaca spion. Segera Gavin melepas helmnya juga dan menyisir rambutnya dengan tangan kanannya ke belakang sambil melihat pantulan wajah dirinya di kaca spion. Hirik pikuk manusia terlihat jelas dipandangan Manda saat ia melihat ke segala penjuru pasar malam kali ini. 

Sebuah senyuman terukir di sudut bibir Manda. Pandangan Manda tidak luput dari area pasar malam saat ini. Pikiran Manda tentang suasana malam ini mungkin terasa berbeda. Pasar malam ini sangatlah berbeda dengan pasar malam yang sering ia kunjungi bersama keluarganya saat dirinya masih beranjak umur 5 tahun. Dengan cepat Gavin menggandeng tangannya yang masih tampak terpesona dengan keadaan di hadapannya.

"Ayo ih jangan norak-norak amat." Manda cemberut karena Gavin mengatakan dirinya norak. Manda segera menarik tangannya dari genggaman Gavin. Setelah terlepas, dirinya berusaha menjajari langkah Gavin karena langkah Gavin yang terlalu cepat.

"Bisa gak sih lo nikmatin jalan lo!? Cepet banget kaya dikejar debtcollector!" Gavin hanya menoleh pada Manda tanpa ingin menjawab perkataan Manda.

"Lo mau ngapain sih kesini ngajak gue?"

'Tuh kan aneh! Kenapa malah gue dicuekin.'

Masih menggerutu kesal, tiba-tiba ia membentur keras punggung Gavin karena Gavin yang tiba-tiba berhenti mendadak di depannya. Manda sedikit terdorong ke belakang dan mengusap batang hidungnya yang terasa sakit.

"Kok lo gak bilang kalau mau berhenti!?" ucapnya kesal. Bukannya menjawab, Gavin dengan cepat menarik tangan Manda daripada ia harus mendengarkan tausiyah gratis dari gadis itu.

Semua wahana mereka naiki, awalnya Gavin menolak ajakan Manda. Tetapi gadis itu terus memaksa terhadap Gavin hingga cowok itu mengalah dan menuruti kemauan Manda. Senyum terukir di bibir Manda. Ia baru menyadari bahwa Gavin terlihat berbeda malam ini. Dengan kaos putih polos di tutup dengan jaket jeans warna navy yang biasa dia pakai terlihat tampilan cowok ini begitu menawan.

"Woy!! Lo dengerin gue gak sih?! Malah mandang gue kaya gitu." Manda terperangah kaget karena Gavin mengagetkannya. Bukan mengagetkan tetapi lebih tepatnya membangunkan dirinya yang sedang melamunkan cowok ini.

"Sans ae elah. Lo juga tadi gue ajak ngomong malah diem aja! Dikira gue lagi ngomong ama angin tau!" ujarnya sedikit kesal. Gavin yang melihat gadis pemilik pipi tembam itu menggerutu kesal, langsung saja ia menyubit pipi itu dengan tidak tanggung-tanggung.

Manda melotot tajam terhadap ulah Gavin. "Lo pikir pipi gue bakpau apa!? Sakit tau! Ish!"

Gavin tidak peduli dengan omelan Manda saat ini, ia menuju ke arah mesin yang di dalamnya terdapat boneka warna-warni. Ia memasukkan beberapa koin. Manda yang masih dibelakang mengamati dari kejauhan, lalu mendekat kepada Gavin karena dirinya menjadi pusat perhatian saat ini. Rambut panjangnya yang ia biarkan terurai, serta pakaian yang membuat dirinya saat ini terlihat sangat cantik dan anggun.

"Emangnya lo bisa? Gue aja yang berulang kali main kaya gini gak dapet-dapet bonekanya," ujar Manda setelah ia berada di samping Gavin.

Gavin masih berkonsentrasi, tetapi usahanya gagal dan sia-sia. Gagal untuk mendapatkan boneka. Manda tertawa dengan kegagalan Gavin. Gavin menoleh padanya sesaat, tatapan tajam dan menusuk dari Gavin membuat Manda menghentikan tawanya.

"Lo kayanya bahagia banget gue gagal," ucapnya datar.

"Ya habisnya lo sok bisa." Lagi dan lagi Manda kembali tertawa.

Just For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang