#22 : Drabble: Dio's House : Ours

3.4K 317 35
                                    

"Man, maaf banget aku ga bisa ikut ya?" Dio memohon sekali lagi, sementara Manda yang berdiri membelakanginya hanya bisa menghela napas panjang. Dirinya tetap diam, nggak menjawab apa-apa dan cuma terus memasang kancing baju blusnya satu persatu. Beberapa menit berlalu dalam diam, sampai akhirnya Manda membalikkan badan menghadap Dio. Sebuah senyum sudah terpasang di wajahnya.

"Nggak papa," Ujar Manda pelan, matanya menatap Dio yang duduk di pinggir tempat tidur. "Bukan salah kamu juga kalau ada panggilan mendadak dari rumah sakit."

"Tapi, aku udah janji sama kamu--"

Kalimat Dio terhenti saat Manda mendekat dan meletakkan jari telunjuknya di bibir Dio. Dio menatap Manda dengan tatapan bertanya, dan Manda hanya menggeleng. "Aku bilang nggak apa," Manda berbalik, berjalan menuju walk-in-closetnya dan menyibukan diri untuk memilih tas. "Aku udah biasa kok, dan aku ngerti keadaan kamu, yang."

"Kamu nggak marah, kan?"

Manda menoleh ke belakang, melemparkan sebuah senyuman. "Nggak, sayang. Hati-hati ke rumah sakitnya. See you at home later."

"Thank you so much. Hati-hati di jalan juga." Dio berjalan mendekat dan mendaratkan sebuah ciuman di kening Manda, "Aku akan usahakan cepet selesai, dan nyusul kamu."

"Don't push it, fokus aja sama pasiennya dulu. He needs you more than me." Manda melingkarkan lengannya di leher Dio, mempertemukan kening mereka. "Go save some lives, my doctor. Jangan lupa pamit sama Anne." Dengan itu, Dio melepaskan diri dari pelukan Manda dan mengambil tas dan jas dokternya yang diletakkan di atas tempat tidur tadinya. "Aku pergi dulu," Dio berkata sekali lagi sebelum keluar kamar untuk pergi ke kamar Anne. Tidak lama kemudian, terdengar suara pintu utama ditutup disusul sama mobil Dio keluar dari lahan parkir.

Tiba-tiba, suara ringtone hp Manda menggema di rumah yang sepi itu. Ada telpon dari Aira.

"Halo, Man?"

"Iya, kenapa Ra?"

"Lo udah berangkat? Gue baru liat mobil Dio keluar dari parkiran."

"Nggak, tadi dia ada panggilan mendadak ke rumah sakit. Makanya itu dia keluar." Manda menjawab sambil berjalan keluar menuju kamar Anne. Si kecil daritadi masih duduk di lantai, main dengan balok legonya. Anne menoleh ke arah pintu saat menyadari seseorang datang, senyumnya mengembang melihat sosok mamanya.

"Loh jadi? Lo ga jadi ke nikahan Cika?" Manda berjalan ke arah lemari Anne, memilah-milah baju pesta mana yang akan ia pasangkan ke Anne. "Jadi lah, cuma kayaknya gue nyetir sendiri deh sama Anne nanti. Dio nggak tau selesainya jam berapa, kecelakaan soalnya."

"Gila, pak dokter sabtu-sabtu masih aja yaaaa."

Manda diam aja, sekarang sibuk milih sepatu buat Anne. Tiba-tiba Aira berbicara lagi, "Lo ikut gue sama Chanyeol aja gimana? Ga tega gue biarin lo nyetir sendiri pake baju pesta sama heels gitu."

"Haha, santai aja kali, Ra. Udah biasa gue dulu mah, setiap Dio sibuk gue ke kondangan sendiri doang."

"Ih, itukan dulu pas gue belum jadi tetangga. Apa gunanya gue jadi tetangga tapi nggak bantuin." Manda udah ngebayangin Aira sekarang lagi manyun, samar-samar terdengar suara Chanyeol menanyakan kenapa Aira tiba-tiba jadi cemberut gitu. Aira yang ngotot dan cemberut ga bakal bisa dikasih jawaban 'enggak', jadi Manda ngalah. Lagipula dia juga males sebenernya buat nyetir sendiri, baju dia hari ini agak ribet soalnya. Udah terlanjur bikin begitu karena dikira bakal Dio yang nyetir, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain. "Okedeh, nanti telpon aja ya kalau kalian udah siap. Gue mau makein baju buat Anne dulu."

"Okedeh! Eh, Anne bajunya warnanya apa? Mau gue samain nih sama anak gue. Kan lucu gitu ya, couple hehehe"

"Hmmmm," Manda menatap satu persatu dress Anne yang dia udah letakkan di ranjang Anne karena mau diliat satu-satu, sebelum pilihannya jatuh pada salah satu baju terusan semi-formal yang baru dia beliin minggu lalu. "Merah-pink gitu, gimana? Emang Eja ada bajunya yang pink?"

Married Life Days #MLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang