Andai saja aku tahu bagaimana caranya untuk keluar dari lingkup kisah ini. Hanya gelap yang selalu ku temui. Sempit sekali khayalan ku tentang masa depan. Karena saat ini, yang aku tahu hanyalah tentang dirinya, tentang bagaimana dia akan menghapuskan serpihan luka yang dibuat ombang ambing.
Bak mata, bilamana ia ditusuk, penglihatannya akan hanya menjadi satu warna. Entah hitam atau putih. Buta. Dan otakku kini bekerja seperti mata. Semula ia dapat menangkap arti dari banyaknya warna yang mata lihat. Namun semenjak ia ditusuk, oleh benda yang padahal tak tajam, tak berupa, tapi sangat menusuk sampai ke hati. Yang tinggal di otakku kini hanya satu warna. Hitam. Tak ada nafas untuk warna-warna lain.
Maafkan aku yang belum bisa terima hadirmu. Karena aku tak tahu bagaimana untuk akhiri kisah ini. Karena dia terus menjagaku dengan kejam. Dengan cara yang orang lain tak dapat menyamainya. Dimana hanya ada airmata disana. Hanya ada isakan tangis yang tak kunjung menampakkan wujudnya. Harapan bagaikan sampah. Asa yang ter-skema dengan baik, seolah tak berarti. Kebahagiaan dalam kisah ini benar-benar sudah habis kontrak. Hilang. Mati.
Bantu aku jika kau mampu. Tolong aku dan peluk aku jika kau sanggup. Rasakan degupan jantungku setelah merasa selamat dari kisah pahit itu. Tuntun aku dan rangkul aku, temani aku berjalan sampai akhirnya aku dapat melangkah jauh dan bisa melihat warna lebih dari sekedar hitam. Setelah itu, kau ajarkan aku mengenal lebih banyak warna. Agar aku dapat memaknai hidupku.
Barangkali kau dapat membawaku pada sebuah cerita yang lebih indah? Ya setidaknya, kau berhasil mengeluarkanku dari kisah itu. Bukannya aku tak lagi ingin mengenal hitam. Tapi takarlah hitam dalam sebuah kisah dengan ukuran yang pas. Agar warna yang tercipta pun lebih klimaks dan proporsional.

KAMU SEDANG MEMBACA
Silent [then] Gone
PuisiHanya sekedar kata-kata yang terlintas saat tengah memikirkan seseorang. Sebuah perasaan yang terbuang telah menyisakan cerita pilu yang siap tuk dikenang. Akibat diamku, kemudian dia pergi.