Kau datang atas keperluan. Keperluan untuk menenangkan hatiku. Dan terkadang aku berlaku sebaliknya, menenangkan hatimu.
Lalu seiring detik berdetak. Hatiku membaik olehmu. Oleh kata yang membuatku enyah dan sadar akan bodohnya aku selama ini.
Hatimu juga membaik, kan? Syukurlah. Doaku selalu menyertaimu, sahabat.
Namun..
Setelah kedua hati ini membaik. Hatimu justru mulai menyentuh hatiku.(?) .....
Yang ku rasa semoga salah. Aku sangat berharap untuk itu. Karena hati kita tak mungkin bisa disatukan. Pergilah, aku tak pernah memintamu untuk menemani hatiku. Apalagi untuk mengisi dan kau dapati tempat disana.
Alasan yang klasik sebenarnya. Aku hanya ingin menjaga persahabatan yang sudah ku bangun tetap terjaga. Sudah marak, cinta menjadi pendobrak bangunan kokoh persahabatan. Dan aku tak ingin itu terjadi pada kisah ini.
Maka, tetaplah menjadi sahabatku. Yang dengan setia menjadi peraduanku di saat semua terasa palsu. Terimakasih sudah bersamaku, untuk menjadi sahabatku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent [then] Gone
PoesieHanya sekedar kata-kata yang terlintas saat tengah memikirkan seseorang. Sebuah perasaan yang terbuang telah menyisakan cerita pilu yang siap tuk dikenang. Akibat diamku, kemudian dia pergi.