7. Perfect World II

2.1K 370 12
                                    


"Dengar. Kurasa aku harus memberitahukan hal ini padamu." Aku menampilkan wajah paling serius yang kumiliki, membuat Aksa42 menurunkan kedua lengannya dari kemudi yang ada di hadapannya. "Aku tidak berasal dari dunia ini."

Untuk sesaat, Aksa42 terlihat sedikit terkejut. Dia terus memperhatikan wajahku yang serius, mencoba membuat diriku tertawa secara tak sadar. Namun, itu percuma, karena aku memang tidak sedang bercanda saat ini. Segala hal yang dilakukannya tak akan membuat senyumku meledak dan membuatku tertawa.

"Kau adalah orang paling gila yang pernah kutemui." Aksa42 memberikan wajah masam. Dirinya benar-benar menganggap aku adalah orang gila.

Aksa42 segera membuka pintu dan hendak berjalan keluar, membuatku dengan spontan menarik pergelangan tangannya dan membuktikan bahwa aku tidak main-main. Genggamanku yang erat membuat lengan kemejanya sedikit kusut. Namun, aku tidak terlalu peduli.

"Saat pertama kali aku terlempar ke sini, aku pun merasakan hal demikian," kataku, menjelaskan, membuatnya menoleh dan berusaha melepaskan genggamanku. "Aku tidak berbohong."

Kucengkram lengan kemejanya lebih kuat, membuat Aksa42 menggoyangkan lengan kanannya, berusaha melepaskan genggamanku seraya berkata, "Kalau begitu coba buktikan!"

Napasku seolah berhenti.

Apa yang harus kutunjukan sehingga aku dapat membuktikannya? Aku tidak membawa apa-apa, aku tidak memiliki paspor untuk berkunjung ke dimensi lain.

Akhirnya, aku dapat memikirkan cara untuk membuktikannya.

Aku melompat, menerjang Aksa42 dan membuat dirinya terlempar. Aku yang mendarat di atasnya segera menarik kerah kemejanya dengan kuat, membuatnya sedikit tercekik dan tersedak. Napas yang tertahan membuat hidungnya kembang kempis. Dia berusaha melawan dengan menarik baju tipisku, seolah-olah ingin merobeknya. Untungnya baju ini cukup elastis biarpun kelihatannya tidak seperti itu.

Aku menarik kerah bajunya, membuat kepala Aksa42 terangkat. Wajahnya mulai memerah, menandakan oksigen yang mengalir di dalam tubuhnya tidak berjalan dengan baik. Otaknya pasti telah kekurangan pasokan udara yang sangat penting itu.

Dia mencoba menarik baju tipisku, membuatnya menjadi kusut.

Aku mendaratkan tinju dengan tanganku yang lain pada dagu bagian kirinya. Menimbulkan bunyi tak menyenangkan yang pasti akan dikenangnya seumur hidup.

Aku menekan lehernya dengan lengan kiriku.

"Kau tadi memberitahuku jika di dunia ini tak pernah ada kejahatan, kan? Bagaimana jika aku menjadi orang pertama yang melakukannya? Kau masih tak mau memercayainya, hah?"

Sekali lagi, kutinju dagu kirinya dengan tangan kananku, membuatnya mendesah pelan karena rasa sakit yang mendera.

Orang-orang memperhatikan kami, tapi mereka tak melakukan apa-apa. Mereka hanya melihat, seolah-olah kami adalah tontonan yang layak dipertunjukan. Padahal, di duniaku, pasti akan ada orang yang melerai kami, kemudian bertanya apa alasan kami untuk berkelahi. Namun, tidak dengan dunia ini. Mereka seolah-olah tak peduli. Semuanya benar-benar tak peduli.

Aksa42 mendorong tubuhku, membuatku tersungkur dan mendaratkan kepala bagian belakangku pada jalanan. Sakit? Ya, pasti. Tapi aku terus melawannya.

Aku menendang perutnya, membuatnya terlempar beberapa meter. Dia berguling dan merusak rerumputan yang tumbuh dengan baik. Dia batuk, kemudian memeluk perutnya dengan kencang sambil mengeluh pelan.

Aku bangkit, berdiri tepat di depannya. Kurapikan bajuku yang telah kusut karena cengkramannya.

Napasku tak beraturan.

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang