14. World of the Damned II

1.4K 288 11
                                    

Lelaki itu menatap tajam pria yang tengah ketakutan. Mata pria itu membelot, berusaha menghindari kontak mata dengan lelaki yang tengah mengancamnya.

Lelaki itu menendangnya, membuat pria itu terkesiap dan berguling pada lantai yang dingin.

Lelaki itu memandang tajam.

Mengerikan.

Penuh amarah, penuh kesedihan.

Penuh dendam.

===

Napasku sudah benar-benar tak beraturan. Terkadang aku merasa tenang, namun sepersekian detik kemudian aku akan merasa sangat tegang. Jantungku tak terkendali. Kepalaku tersentak berkali-kali, membuatku pusing. Aku tertidur, kemudian terbangun dalam waktu yang sangat cepat. Entah sudah berapa kali mereka melakukan ini padaku.

Aku menahan napas di tengah kesadaranku yang tiba-tiba. Aku meringis, menahan rasa ngilu yang mendera tubuhku. Kukerjapkan mataku berkali-kali, berusaha menenangkan otakku juga jantungku, kembali mengedarkan darah sebagaimana mestinya.

"Dia masih belum mau bicara." Lelaki yang menyuntikku dengan bahan kimia sialan itu kembali mengambil barisan belakang, berkumpul bersama teman-temannya ketika aku sendiri masih mengatur napasku.

Aku terbatuk beberapa kali.

Keringat yang sangat deras mengalir dari dalam tubuhku, membuat baju ini basah dan benar-benar tak nyaman dipakai.

Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. Apakah aku harus mengaku jika diriku berasal dari dunia lain? Bodoh, mana mungkin mereka percaya?

Tapi memang begitu kenyataannya, kan?

"Yang pasti dia salah satu dari yang gagal, kan?" salah satu dari mereka berbicara, membuatku sedikit tertarik untuk mendengarkan percakapan mereka.

"Pasti."

"Pasti."

"Pasti."

Aku berusaha menajamkan indera pendengaranku.

"Apakah kita harus membunuhnya?"

"Tidak, itu melanggar hukum."

"Jangan."

"Kita tidak bisa membunuhnya."

Uh, aku benar-benar merasa pusing ketika mendengarkan empat buah suara yang mirip berbiacara dalam waktu yang sama.

Aku menunduk, berusaha untuk menetralkan segala rasa nyaman dan rasa tegangku. Jantungku mulai normal, aku sudah tak merasakan detak yang sangat cepat seperti sebelumnya. Aku masih memejamkan mata, menghela napas dengan perlahan, menenangkan diriku.

Baiklah, aku sudah sedikit tenang.

Baru saja aku mengadahkan kepalaku, tiba-tiba aku melihat tubuh mereka ambruk. Sentuhan antara lantai yang dingin dengan badan mereka seolah berdengung bagaikan bom atom yang meletus di dalam telingaku. Secara tiba-tiba mereka roboh.

Apa yang terjadi?

"Aksara, kau tidak apa-apa?"

Apakah diriku yang terikat, jantungku yang berpacu dengan cepat, desahan napasku yang tak beraturan, serta keadaan lainnya yang menimpa diriku memperlihatkan bahwa aku baik-baik saja?

Bodoh sekali dia!

Namun, memilih untuk tidak menghardiknya, aku lebih memilih untuk menanyakan keberadaannya di sini.

"Kenapa kau di sini?"

Ya, itu Aksa42, aku yakin, karena tidak mungkin duplikatku yang lain yang akan menemuiku di tempat seperti ini.

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang