21. Relativity

1.4K 243 4
                                    

Ketukan pelan terdengar menggema. Telinga Aksa42 yang sebenarnya tak terlalu peka dapat mendengar suara ketukan sebanyak tiga kali, menandakan betapa kosongnya ruangan ini, namun tertutup.

Ia terpukau, sama terpukaunya ketika ia memasuki ruangan ini untuk pertama kali. Aksa42 hanya menatap sekeliling ruangan dengan rasa kagum, persis seperti ketika pertama kali ia ke ruangan ini. Padahal, sudah beberapa kali Aksa42 mengunjungi tempat ini.

Ah, ya, semua proyek Aksa42 dilakukan di ruangan ini, ruangan yang sama di mana tergeletak alat pelintas dimensi yang tak pria tua itu lanjutkan.

Setelah berjalan menuju samping ruangan, tempat di mana tergeletaknya barang-barang yang akan Aksa42 gunakan untuk membuat pistol rakitan, ia duduk, begitu pula dengan pria tua itu. Mereka tak mendapatkan bahan tambahan untuk merakit benda itu, memaksa mereka untuk menunggu Aksara kembali, berharap ada sesuatu yang dapat dibawanya.

Mereka duduk, tak ada percakapan. Pria tua itu terlihat canggung, begitu pula dengan Aksa42. Padahal, mereka sudah saling mengenal.

Hening.

Aku tidak suka suasana seperti ini, batin Aksa42, yang pada akhirnya memutuskan untuk memulai pembicaraan. Namun, pria tua itu memikirkan hal yang sama, tepat ketika Aksa42 benar-benar akan mengeluarkan kata pertamanya, menyabet kesempatan Aksa42 untuk berbicara.

"Dengar," kata pria tua itu, membuat Aksa42 kembali menutup mulutnya, merapatkan kedua bibirnya dan memastikan tak ada udara yang dapat memasuki mulutnya, kemudian mengkontaminasi alvelousnya. "Aku tidak tahu apakah ini saat yang tepat untuk memberitahumu. Tapi aku benar-benar ingin memberitahu mengenai eksistensimu." Pria tua itu meneguk ludahnya, sebelum akhirnya memperbaiki kalimatnya, "Maksudku, kita."

Namun, seolah mengetahui akan apa yang ingin pria tua itu katakan, Aksa42 hanya tertawa kecil seraya berkata, "Aku sudah tahu."

Sekarang, malah pria tua itu yang terkejut.

"Kau sudah tahu?"

"Aku mendengarnya dari percakapan kalian," katanya, menjelaskan. "Aku mendengar semuanya, mulai dari diriku yang diciptakan, hingga keinginan Aksara untuk menghancurkan federasi perdamaian dunia."

Aksa42 terlihat biasa saja, seolah-olah dia sudah mengetahui hal itu sejak lama. Padahal, pria tua itu sendiri merasakan guncangan yang amat dahsyat pada hatinya ketika pertama kali ia mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Aksa42 benar-benar berbeda, sama sekali tak ada tekanan dalam dirinya.

Pria tua itu kembali terkejut. Benarkah lelaki yang ada di hadapannya ini tidak merasakan kekecewaan sama sekali?

"Kau membuntuti kami?"

"Tidak sengaja," Aksa42 menurunkan senyumannya, menjadi tampak yang biasa. "Aku menemukan tempat ini ketika aku berjalan-jalan, menemukan suara kalian yang menggema."

Pria tua itu menajamkan tatapannya.

"Kupikir awalnya itu suara monster." Tawa Aksa42 meledak, memenuhi ruangan ini. Kemudian, menyadari bahwa suara yang menggema itu tak terlalu nyaman untuk didengar, ia menutup mulut dengan kedua tangannya, menahan ledakan suara yang tak selayaknya diterima oleh gendang telinga manusia.

Secara garis besar, pria tua itu benar-benar tak mengerti akan keadaan yang dialami oleh Aksa42. Apakah dia sedang takut? Apakah dia hanya berpura-pura tertawa untuk menyembunyikan rasa takutnya? Tapi, nampaknya hal itu tak tergambarkan pada wajahnya.

Aksa42 memberikan tatapan yang biasa, tanpa rasa ketakutan sama sekali, berbeda dengan mimik yang ditampilkan oleh pria tua itu ketika mengetahui kebenarannya.

3141 : The Dark Momentum [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang