Busan, Januari 2012
Jongin menatap pantai yang terbentang luas di hadapannya dengan pandangan kosong. Jemari kakinya yang menyatu dengan pasir hampir tidak merasakan apa pun kecuali tekstur uniknya, lembut sekaligus kasar. Matahari telah lama terbenam di langit barat, namun Jongin masih enggan untuk beranjak.
Jongin bahkan tidak peduli pada pesta-pesta ulang tahunnya yang ke-22-yang saat ini berlangsung di belakangnya. Jongin suka sendiri, karena dengan begitu ia tidak perlu berpura-pura bahagia. Sudah empat tahun berlalu sejak perubahan besar dalam hidupnya dan Jongin menemukan dirinya kehilangan segala hal yang ia percayai dalam hidup.
Sejak saat itu, Jongin belajar lebih banyak juga berusaha lebih keras. Ia bahkan merelakan pendidikan seni tari yang selalu menjadi impiannya dan pindah ke jurusan arsitektur. Jongin menata dirinya kembali dari awal.
"Aku benci penyihir itu. Ia benar-benar menyerupai Bellatrix Lestrange dari film Harry Potter. Hanya warna rambut saja yang membedakan mereka. Rasanya aku ingin memukulnya dengan sepatuku. Bagaimana mungkin gadis mengerikan itu adalah kakakmu? Pasti terjadi kesalahan bencana di sini." Jongin tersenyum bahkan sebelum melihat orang yang menyapanya dengan rentetan kalimat itu.
Ketika Jongin berbalik, sebuah pelukan hangat menyambutnya. Jongin mengurai pelukan dan tertawa ketika melihat ekspresi kesal yang ditampilkan sahabatnya itu. "Berhenti melucu, Halla. Cepat berikan hadiahku," ucap Jongin. "Unnie bercanda, bukan? Unnie lebih tua tiga tahun dariku-sudah bekerja pula-maka Unnie yang harus memberiku hadiah," balas Halla tak mau kalah.
"Aku rasa aku melupakan hadiahmu. Kau tahu, dengan semua kesibukan mengurus pesta ini, bagaimana mungkin aku sempat memikirkan hal lain?" sahut Jongin dengan wajah polos. Mereka terus menggoda satu sama lain hingga Halla kembali memeluk Jongin dan mengucapkan selamat ulang tahun dengan tulus.
Jongin mengatakan hal serupa, dalam hati menambahkan ribuan terima kasih atas kesabaran Halla untuk terus menemaninya selama masa-masa terburuk dari perubahan hidupnya. Jongin telah mengenal Halla seumur hidupnya. Dulu, ibu mereka merupakan sahabat karib.
Diikuti oleh ayah mereka yang kemudian mendapat banyak keuntungan dengan menjalin kerjasama, ayah Halla menjalankan perusahaan konstruksi sementara ayah Jongin memiliki perusahaan desain arsitektur. Ketika ibu Halla meninggal saat melahirkannya, ibu Jongin bersikeras untuk merawat Halla hingga ia cukup besar untuk bisa dipercayakan pada pengasuh.
Sejak itu, ibu Jongin menganggap Halla juga Taehyung-kakaknya-sebagai anaknya sendiri dan mereka hampir tak terpisahkan. Kini, sementara Jongin sibuk mengurusi segala hal di perusahaan ayahnya bersama kakaknya yang mengerikan, Taehyung sudah melakukan konser piano ke berbagai negara dan Halla direkrut langsung oleh penari hebat Julliard.
Lebih hebatnya lagi, Kim Namjoon-ayah mereka- mendukung sepenuhnya. Terkadang Jongin begitu iri melihat Halla dan Taehyung yang meskipun tidak memiliki keluarga sempurna, namun selalu mampu untuk berbahagia.
"Unnie akan bahagia, Unnie. Suatu hari nanti, unnie akan menemukannya. Seperti yang selalu dikatakan ayahku. Percayalah," ucap Halla lembut. Meski dalam hati Jongin tak memercayai ucapan Halla sedikit pun, Jongin tidak mengatakannya. Jongin telah berhenti percaya pada banyak hal sejak waktu yang lama.
Jongin bahkan tidak ingat kapan terakhir kali ia berkenalan dengan orang baru tanpa perasaan curiga di hatinya. Jongin sudah menyerah pada kata percaya. Ada banyak kemungkinan untuk semakin terluka dalam satu kata sederhana itu. Dan Jongin sudah memiliki cukup banyak luka untuk mampu ditanggungnya sendiri.
"Bagaimana kabar Kyuhyun Ahjuma?" tanya Halla. Jongin mengangkat bahu, "Seperti biasa," jawabnya datar. "Aku tahu unnie merindukannya. Aku juga merasakannya," balas Halla sedih. Jongin memeluk bahu Halla dengan satu tangannya, lalu berkata, "Aku selalu berharap memiliki saudara sepertimu. Mungkin hidupku tidak akan sekacau ini." Halla menyikut Jongin dengan main-main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Angel
FanfictionDan kau adalah milikku, Oh Jongin. Malaikat tak sempurna yang menyempurnakan hidupku.