Berharap
Jam sudah menunjukkan pukul lima pagi dan Sehun berdiri ragu di depan kamar Jongin. Setelah pertengkaran mereka semalam, Sehun pergi memutari jalan, membawa mobilnya entah ke mana dan baru pulang sekarang. Sehun menepis keraguannya, lalu meraih
handle pintu dan membukanya perlahan.Pemandangan tubuh Jongin yang meringkuk di atas tempat tidur adalah hal pertama yang menyambut Sehun. Gadis itu tidur dengan peluh menghiasi dahinya, sementara selimutnya terbelit di antara kedua kakinya. Sehun melangkah mendekat, mengamati wajah kelelahan Jongin yang terlihat pucat dengan rasa bersalah yang semakin menggunung.
Seharusnya Sehun pulang. Seharusnya Sehun tidak meninggalkan Jongin. Dan seharusnya Sehun menawarkan ketenangan, tempat beristirahat untuk Jongin, bukan sebuah pertengkaran. Sehun mengulurkan tangannya untuk menepis rambut yang menutupi mata Jongin, namun menahannya sebelum benar-benar menyentuh Jongin.
Dalam hati Sehun bertanya-tanya, berapa lama Jongin tidur semalam? Mengingat mimpi buruk itu masih terus datang dan Jongin baru bisa kembali tidur ketika Sehun menemaninya. Sehun mulai melangkah pergi ketika sebuah suara menghentikannya. "Sehun?" Sehun kembali membalikkan tubuh, tepat ketika Jongin berlari ke arahnya.
Refleks Sehun membuka lengannya dan merengkuh tubuh mungil Jongin ke dalam pelukannya. Tak ada kalimat yang mereka ucapkan, namun mereka tahu pelukan itu adalah tanda perdamaian mereka. Sehun mendongakkan wajah Jongin, lalu membisikkan permintaan maafnya tepat di atas bibir Jongin.
OoOoOo
"Terima kasih sudah bersedia membantuku hari ini," ucap Daehyun. Sehun hanya mengangguk. Mereka terus melangkah meneliti berbagai macam kamera satu per satu. Bantuan yang dimaksud Daehyun adalah membantu memilihkan sebuah kamera. "Bagaimana keadaan Jongin?" tanya Daehyun kemudian.
"Entahlah. Kurasa ia akan baik-baik saja. Ia masih tidur ketika aku pergi tadi," jawab Sehun. Daehyun mengangkat sebuah kamera berwarna hitam, lalu berkata,
"Tadi malam adalah pertama kalinya aku melihat Jongin kehilangan kontrol. Bahkan tujuh tahun yang lalu, Jongin hanya menangis dalam diam. Juga saat pemakaman Bibi Kyuhyun, Jongin hanya diam. Terkadang aku berpikir Jongin adalah Putri Salju yang sesungguhnya." Sehun terdiam sesaat, kemudian mengganti topik dengan bertanya,
"Apakah kau sudah menemukan ayahmu?"
"Belum. Aku benar-benar tidak tahu ia pergi ke mana. Tidak ada satu orang pun yang tahu keberadaannya," jawab Daehyun. "Ia menghilang tepat setelah pemakaman ibu Jongin, bukan?"
"Ya. Benar."
Percakapan Sehun dan Daehyun terputus karena suara tawa dari sisi kanan mereka. Ternyata dua orang wanita dengan rambut dicat cokelat terang sedang memerhatikan mereka dengan ketertarikan yang sama sekali tidak disembunyikan. Sehun tidak terkejut dengan hal itu, ia sudah sering mengalaminya.
Namun reaksi Daehyun benar-benar membuat Sehun terkejut, karena Daehyun mengabaikan para wanita itu secara sempurna. Bahkan tanpa satu kedipan mata. Daehyun benar-benar mengabaikan mereka. "Kau tidak menganggap mereka menarik?" tanya Sehun penasaran. "Tidak," jawab Daehyun tanpa ragu.
Sehun tetap menatap Daehyun dengan tidak mengerti. Karena sejauh yang Sehun tahu, Daehyun tidak mempunyai kekasih. Hal ini sering diungkit oleh Himchan yang tak lelah menggoda adiknya sebagai penyuka sesama jenis dan terlalu banyak menghabiskan waktunya dengan membedah tubuh manusia.
"Jangan berpikiran seperti Himchan hyung. Aku benar-benar normal," ucap Daehyun datar. Sehun tersenyum tipis, meski hatinya masih menyelipkan tanda tanya besar. "Aku hanya mencintai seseorang yang tidak seharusnya kucintai dan sialnya, aku tidak bisa berhenti," tambah Daehyun kemudian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Angel
FanfictionDan kau adalah milikku, Oh Jongin. Malaikat tak sempurna yang menyempurnakan hidupku.