Bertahan
"Baiklah, sampai bertemu minggu depan," ucap Yuju seraya bangkit berdiri. Jongin mengantar Yuju hingga ke pintu. Belum sempat Jongin membuka pintu kantornya, pintu itu sudah terbuka dan menampilkan sosok Sehun yang terlihat rupawan. Seperti biasa.
"Maaf mengganggu. Kupikir meeting-nya sudah selesai," ujar Sehun dengan senyum tipis mengembang, sama sekali tidak menunjukkan penyesalan. "Tidak masalah. Kami memang sudah selesai," sahut Yuju. Sehun dan Yuju sudah bertemu sebelumnya, ketika Sehun menjemput Jongin satu minggu yang lalu.
Tatapan Yuju kala itu membuat Jongin khawatir, karena tidak seperti orang kebanyakan, Yuju tetap menatap kemesraan yang ditunjukan Sehun dengan datar. Jongin tahu seharusnya ia berusaha lebih keras agar sandiwaranya terlihat meyakinkan, namun sikap menyebalkan Sehun yang gemar sekali masuk ke kantornya tanpa mengetuk berhasil mengalihkan perhatian Jongin.
"Apa kau melupakan buku panduan sopan santunmu? Seharusnya kau mengetuk sebelum membuka pintunya," omel Jongin tanpa sadar. Sehun menaikkan sebelah aslinya-gerakan khasnya ketika bertanya "kenapa?" -dan Jongin menghadiahinya sebuah cubitan di pinggang. Sehun berhasil menghindar, membuat Jongin membelalakkan mata.
"Jangan harap kau akan mendapat serealku besok pagi. Aku tidak akan membaginya lagi denganmu," ancam Jongin, Sehun tertawa, lalu mencubit kedua pipi Jongin hingga bibir merengutnya berubah menjadi senyuman. Jongin semakin kesal, berusaha melepas cubitan Sehun, namun seperti biasa Jongin gagal. Tawa Sehun semakin berderai, diikuti sebuah tawa kecil dari Yuju.
"Akan kutunggu di tempat parkir. Sampai jumpa, Yuju," ucap Sehun sebelum akhirnya melangkah pergi. "Kalian benar-benar saling mencintai." Jongin tersentak mendengar perkataan Yuju itu. Jongin mengerjap, lalu menatap Yuju yang kini tersenyum ramah padanya.
"Jika suatu hari nanti aku menikah, aku juga ingin memiliki hubungan seperti yang kau miliki dengan suamimu. Kalian terlihat sangat bahagia," lanjut Yuju. Jongin masih belum bisa merespons, hanya membalas senyum Yuju. Entah dengan jenis senyum apa. Begitu Yuju melangkah pergi, Jongin menghela napas panjang.
Jongin membereskan barang-barangnya, lalu berjalan menuju tempat parkir dengan Sana. Sepupunya itu sibuk mengingatkan tentang makan malam keluarga Kim minggu depan, tak menyadari keengganan Jongin untuk menanggapi. Jongin menghampiri mobil Sehun, lalu masuk dan memulai protes yang sudah sering disuarakannya.
"Aku bisa pulang sendiri. Kau tidak perlu menjemputku," ucap Jongin. "Aku tidak mengatakan kau tidak bisa. Aku hanya ingin melakukannya. Lagipula aku memiliki kejutan untukmu," sahut Sehun. Jongin memutar matanya. Terakhir kali Sehun memberikan kejutan untuknya-satu minggu yang lalu-Jongin berakhir dengan berat badan naik.
Karena kejutan Sehun adalah makan di toko es krim terlengkap yang berada di pusat kota. Es krim adalah kelemahan Jongin, maka dari itu tidak mengherankan Jongin begitu kalap memakan segala macam es krim di sana hingga berat badannya langsung naik. Jongin diam. Menunggu dengan sabar. Mengumpulkan setiap petunjuk yang bisa didapatnya.
Namun hingga satu jam kemudian, Jongin belum bisa mengungkap kejutan yang diberikan Sehun. Karena pada kenyataannya, mereka masih berada di jalur bebas hambatan. "Hun, ke mana sebenarnya kita akan pergi? Apakah kita tersesat?" tanya Jongin curiga. "Kita tidak tersesat," jawab Sehun.
"Lalu bagaimana dengan kejutanku?"
"Kau sudah mendapatkannya."
"Aku tidak mengerti."
"Inilah kejutanmu, menghabiskan waktu denganku di dalam mobil dan pergi mengelilingi jalan bebas hambatan."
"Apa?!" seru Jongin. Sehun tertawa. Mengabaikan Jongin, Sehun menekan pemutar musik di mobilnya dan lagu Counting Stars dari One Republic terdengar. Sehun mulai bernyanyi, sama sekali tidak peduli pada tatapan kesal yang dilancarkan Jongin. Sehun terus bernyanyi dengan ekspresi-ekspresi lucu, hingga akhirnya Jongin pun tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Angel
FanfictionDan kau adalah milikku, Oh Jongin. Malaikat tak sempurna yang menyempurnakan hidupku.