Luka
Sehun terduduk di atas tempat tidurnya dengan napas yang berkejaran. Tak ada yang berubah dari mimpi yang mengisi tidurnya, Sehun masih memimpikan hari bahagia terakhir dalam hidupnya. Sehun tidak tahu kapan mimpi itu akan berakhir, hanya saja Sehun sudah lelah berusaha mengusirnya.
Kini, Sehun berada pada titik yang benar-benar membuatnya menyerah. Alih- alih melawan, Sehun justru mencoba berkawan dengan lukanya. Dengan satu gerakan yang sudah ratusan kali dilakukannya, Sehun beranjak dari tempat tidur dan melangkah menuju kamar khususnya, kamar untuk menonton. Rutinitasnya sejak beberapa bulan yang lalu.
Sehun begitu tenggelam bersama pikirannya, hingga tidak menyadari sepasang mata hitam kelam mengikuti gerakannya dengan pandangan nanar.
oOoOoOo
Jongin memasuki sebuah rumah sederhana bercat kuning dengan halaman yang dihiasi bunga beraneka warna. Rumah itu terletak di sudut kota yang sepi, jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota. Pohon-pohon besar yang tumbuh bebas di sekitar rumah pun menyempurnakannya, memberikan kesan menenangkan dan damai.
Rumah ini adalah rumah tempat ibunya hidup selama tujuh tahun. Tempat di mana ibunya beristirahat dan berusaha untuk bangkit dari lubang depresi yang mengurungnya. Meskipun belum bisa pulih sepenuhnya, setidaknya ibunya sudah mengalami banyak kemajuan dalam setahun terakhir. Ibunya sudah bersedia bicara, berjalan di sekitar rumah, bahkan sesekali memasak.
Dokter pun sudah mengurangi jadwal kunjungan menjadi satu kali setiap bulannya. Sungguh peningkatan yang melegakan bagi Jongin. Jongin selalu datang menjenguk ibunya kapan pun ia memiliki waktu luang. Tak terkecuali hari ini. Jongin menemukan ibunya sedang merajut di ruang tamu, di sudut kanan ruangan, tempat kursi goyangnya berada.
Ibunya-Kyuhyun-mengenakan baju terusan berwarna cokelat tua yang nampak kontras di kulitnya. Rambutnya yang berwarna merah gelap kini mulai kelabu, sementara kerutan di sudut matanya tidak dapat disembunyikan.
Meski begitu, ibunya tetap terlihat cantik. Dengan ketenangan juga ketegaran yang terpatri dalam setiap helaan napasnya, Kyuhyun menjadi wanita paling cantik di mata Jongin. Tanpa kata Jongin berlutut di depan ibunya, meletakkan kepalanya di atas pangkuan ibunya, kemudian membiarkan detak jantung berlalu bersama waktu.
"Ibu merindukanmu," bisik Kyuhyun seraya menyentuh rambut hitam Jongin yang terurai. Jongin menempelkan tangan ibunya ke pipinya, kemudian tersenyum. "Apa kau lapar? Ingin Ibu buatkan sesuatu?" tanya Kyuhyun. Jongin menggelengkan kepala, masih tersenyum dengan ekpresi yang begitu bahagia.
Jongin tidak percaya Tuhan masih memberikannya kesempatan kedua untuk merasakan kasih sayang ibunya. Bagi Jongin, ibunya adalah satu-satunya tempat berpulang. Tempat ia beristirahat sejenak. Tempat ia memupuk harapan, juga menyemai semangat. Tak ada yang lebih baik selain memiliki ibunya dalam hidupnya.
Jongin selalu menceritakan segala hal pada ibunya. Jonginberusaha menjaga ceritanya tetap di jalur yang mengindikasikan bahwa ia bahagia, hingga menceritakan segelas susu yang amat digemarinya pun terasa penting. Meski tidak pernah mendapat respons hingga satu tahun lalu, namun Jongin tidak pernah berhenti.
Jongin juga selalu menghindari topik mengenai ayahnya dan kakaknya, karena Jongin yakin cerita mengenai mereka berdua tidak akan membantu ibunya untuk cepat sembuh. "Di mana suamimu?" tanya Kyuhyun kemudian. "Ia sedang pergi ke Los Angeles. Ada pekerjaan yang harus diselesaikannya," jawab Jongin jujur.
Kyuhyun tahu mengenai pernikahan Jongin, sama seperti orang-orang lainnya, meskipun ia tidak datang di hari pernikahan anaknya itu. Kyuhyun hanya tidak sanggup kembali ke kehidupan di mana terdapat Jongwoon dan Baekhyun di dalamnya. Kyuhyun juga belum pernah bertemu dengan menantunya itu. Entah mengapa, Jongin enggan untuk memperkenalkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect Angel
FanfictionDan kau adalah milikku, Oh Jongin. Malaikat tak sempurna yang menyempurnakan hidupku.