9

1.1K 120 5
                                    

Duka

Fajar belum juga menyingsing. Sesosok tubuh berdiri di depan rumah sederhana bercat kuning dengan pandangan sedingin es. Keindahan bunga beraneka warna yang menghiasi halaman pun hanya membuatnya semakin muak. Kebencian begitu pekat menyelimuti hatinya, hingga keputusan ekstrem yang dibuatnya tak terasa berat.

Eksekusi yang dilakukannya pun hampir terasa seperti tugas, bukan beban. Tak ada satu pun orang di sekitarnya. Menambah sepi menjadi mencekam, memaksanya untuk merealisasikan keputusannya dengan cepat. Menit demi menit kembali berlalu dalam bisu, hingga percikan merah mulai merambat dan menciptakan warna di kegelapan sang langit.

Sosok itu kemudian berbalik, melangkah pergi meninggalkan kobaran api jauh di belakangnya. Tanpa menoleh satu kali pun. Dan hari itu, pagi disambut oleh goresan warna merah yang menodai keindahan sebuah awal baru. Warna merah yang merenggut paksa sebuah hidup, dan meninggalkan duka tak tertanggungkan bersama dengan asapnya yang menyesakkan.

OoOoOo

Jongin keluar dari kamarnya dengan tangan memegang ponsel, kemudian mengikuti aroma masakan yang berasal dari dapur. Jongin menghentikan langkahnya begitu pemandangan Sehun yang sedang sibuk memotong sayuran memenuhi penglihatannya. Sehun memotong dengan keluwesan yang hanya mungkin dimiliki oleh seseorang yang terbiasa menghabiskan waktunya di dapur.

Jongin menyandarkan tubuhnya, tetap tak mengalihkan pandangannya dari Sehun yang kini sibuk memasukkan sayuran ke dalam panci. Samar-samar sebuah lagu mengalun mengisi keheningan. Lagu Mirrors dari Justin Timberlake. Suara Sehun yang bergumam seakan mengikuti nada lagu itu, membuat Jongin semakin enggan untuk beranjak dari tempatnya.

Hanya ingin terus memandang Sehun yang terlihat tak memiliki beban di hadapannya. "Apa kau akan terus berdiri di sana mengagumiku sepanjang hari?" tanya Sehun. Jongin memutar bola matanya, lalu membuka lemari es dan menuangkan susu ke dalam gelasnya. "Apa yang akan kau lakukan hari ini?" tanya Sehun kemudian. "Bekerja," jawab Jongin singkat.

Lagu berganti menjadi Come Home dari One Republic feat. Sara Bareilles. Sontak Sehun meraih ponselnya dan mengganti lagunya. Berikutnya So Sick dari Ne-Yo terdengar. "Apa yang salah dengan lagu itu? Aku menyukainya," protes Jongin. "Aku tidak," balas Sehun. "Lalu mengapa kau memilikinya di ponselmu?" cecar Jongin.

Sehun tidak menjawab. Jongin menghembuskan napasnya. Mereka terselimuti keheningan hingga lagu berikutnya terdengar. Payphone dari Maroon 5. Tanpa sadar Jongin dan Sehun mulai menyanyikan bagian pertama lagu itu. Tatapan mereka bertemu dan senyum mengembang, sementara kata demi kata mengalir dalam alunan nada dari bibir mereka.

Memasuki bagian rap, Jongin mengunci mulutnya. Namun Sehun mengejutkan Jongin dengan melakukan hal sebaliknya. Jongin terpana. Sehun yang teralihkan konsentrasinya, tersedak di saat-saat terakhir dan mengundang tawa geli dari Jongin. Tawa itu menghangatkan pagi mereka. "Kau hebat. Bakatmu sebagai badut penghibur sama sekali tidak diragukan," ejek Jongin.

"Senang membuatmu bahagia, Yang Mulia," balas Sehun datar. Jongin kembali tertawa, lalu berkata, "Aku ingin lagu Maroon 5 lagi. Apakah kau memiliki Sunday Morning?" Sehun meraih ponselnya dan memilih Lucky Strike. Membuat Jongin kembali tertawa, terlebih ketika Sehun mulai bernyanyi dengan pitch berantakan yang akan membuat guru vokal di mana pun murka.

Jongin baru meminum susunya, ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Tanpa melihat pemanggilnya, Jongin menekan tombol jawab. Seluruh napas di tubuh Jongin terasa meninggalkannya demi mendengar berita yang disampaikan orang dari seberang sambungan.

Jongin tidak bisa menahan gelas yang berada di tangannya, hingga detik berikutnya suara nyaring terdengar dan serpihan kaca berserakan di lantainya. Otaknya menolak untuk memproses satu kenyataan yang terasa begitu mustahil baginya.

Imperfect AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang