Ending? No! It's First Of All!

6.1K 276 20
                                    

Conan Edogawa terus menggaruk kepalanya yang entah ketombean atau apa-- yang jelas bocah, berkacata itu nampak frustasi.

"Sudah ku bilang ... Ini hanya sementara, ucapkan selamat pada Pertunangan Mouri-san dan selesai." Ai menjelaskan dengan wajah kesal. Kelelahan masih nampak setia berada di wajahnya yang dihiasi kepucatan dan kantung mata. Bagaimana tidak? Setelah operasi pengepungan BO yang penuh kegilaan, ia masih harus mengerjakan penelitian yang harus segera diselesaikan.

"Aku juga sudah bilang kalau aku tidak mau!" Si Detektif berkacak pinggang. "Aku sudah puas dengan diriku saat ini, maksudku... Kita bisa tumbuh dewasa bersama."

Ai menghela nafas berat dan memijat pelipisnya. "Ini-hanya-penawar-sementara." Nada itu dipenuhi penekanan, meskipun nampaknya penekanan itu masih belum cukup untuk meyakinkan orang di sang lawan bicara.

"Bagaimana bisa aku percaya padamu? Bisa saja 'kan kau mengirimku untuk menjadi Shinichi untuk selamanya?" Tampang curiga dan ekspresi tidak yakin itu ditonjokan dengan sengaja. Ai menggeram kesal, hampir kehabisan kata untuk menanggapi.

Shuichi Akai yang sudah serius mencat dan memotong rambutnya demi menjadi sosok Subaru Okiya bangkit dari kursi. Tangannya membawa sekaleng kopi yang hanya tersisa setengah.

"Dia benar Kudo, kau tidak bisa menghilang begitu saja setelah membuatnya menunggu mu selama 4 tahun, " Subaru membenarkan. Conan mendesis karena tak merasa mendapat dukungan.

Hakase yang mulanya hanya menanggapi memilih untuk mengalihkan pandangan dari televisi. Pria tua itu meletakkan tangannya di atas bahu Shinichi dan tersenyum. "Aku juga setuju dengan mereka. Bagaimanapun, ini tidak terasa adil bagi Ran-kun."

"Nah, susah dengar, 'kan? Apa perlu aku memasungmu agar bisa dicekoki paksa? " Conan bergidik ngeri, membayangkan Ai akan merantainya kaki dan tangannya sambil menjejalkan pil super pahit dengan paksa.

kemudian nampak berpikir sesaat.
Iya.. Lelaki jenius itu yakin kalau ada sesuatu yang aneh di Antidute itu, bahkan tak ada jaminan sama sekali kalau Gadis dihadapanya mengatakan yang sebenarnya, tapi ia kehabiskan kata - kata untuk menangkis, memang ada benarnya.. Dia membuat Ran menunggu begitu lama dan besok adalah pertunangan nya setidaknya dia harus mengucapkan selamat. "tapi ini menyakitkan... Bahkan meski Aku yang membuat nya menunggu lama, rasanya seperti Aku yang di khianati" memandangi Antidute yang ada dikotak kecil ditelapak tangan nya, Conan beralih pada 3 orang dihadapan nya.

"baiklah.. Aku akan melakukan seperti yang kau inginkan" Ai membuang nafas lega "tapi dengan satu syarat" kalimat lanjutan detective itu membuat Gadis Blonde bermata tajam itu menjadi masam. "kau harus pergi dengan ku ke Tropical Land sehabis dari pertunangan Ran" Conan mengucapkan syarat itu dengan wajah malu - malu kucing.

Ai nampak berpikir berberapa lama, hening... Seolah itu adalah pilihan sulit. "memang ada sesuatu di obat ini kan? " Conan memasang wajah menyelidik.

Ai tertawa, "baiklah.. Itu tidaklah sulit.. Aku akan pergi dengan mu jika kau masih mau mengajak ku ketika sudah jadi Shinichi nanti" Conan mememicingkan mata nya, kemudian tersenyum.
"kau pikir Aku Hakase.." sekali hentakan Conan menelan Antidute itu, "lagi pula jika Aku harus terus menjadi Shinichi selamanya, Aku hanya harus menemukan mu, menjadi siapapun tidak masalah" ujar Conan sebelum obat itu benar - benar bereaksi.

"bodoh.. Kau mau berubah dihadapan ku? " Ai memasang wajah sinis nya. Wajah Conan langsung berubah merah sebelum ia terbirit berlari ke Toilet Hakase.

"bagaimana dengan mu Ai - kun? " kini Hakase yang menanyai Gadis yang sudah anggap sebagai anaknya itu.

"Aku juga akan kembali... Dan.. Maaf Hakase.. Aku serahkan sisanya pada mu, Anak - anak itu, masalah Ran dan tentu saja Detective tidak peka itu" ujar Ai.

After All - [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang