Dating

1.6K 98 15
                                    

Sore itu Gio membawa Maudy menuju salah satu Mall bilangan Jakarta,mungkin Gio ingin merasakan kembali bagaimana rasanya percintaan semasa remaja dahulu. Pertama,ia langsung memboyong Maudy menuju bioskop,entah bagaimana awalnya mereka sudah persis seperti remaja alay masa kini yang ribut hanya karena mau-nonton-film-yang-mana.

"Gio,gue gamau nonton film horor ah!" Desak Maudy karena memang ia penakut dalam masalah dunia gaib.

"Cemen banget sih,gue udah liat trailernya dy,gak serem sama sekali," Kata Gio memohon,karena memang sudah lama ia ingin menonton film horor yang satu ini,ya sambil modus dikit.he-he

"Gue bisa teriak-teriak bahkan pas gak serem sekalipun." Maudy berusaha meyakinkan.

"Gakpapa,gue bantuin teriaknya!"

"Abis itu gue langsung muntah."

"Gue bawa plastik se-kilo!"

"Malah gue bisa langsung kesurupan-"

"Setan takut sama gue." Gio berusaha terus agar Maudy mau menurutinya.

"-sambil nari striptis..."

Gio tertegun.

"Kayaknya film cinta-cintaan seru juga," Tanpa banyak protes lagi Gio langsung meninggalkan Maudy dan membeli tiket untuk film cinta-cintaan yang dengan sangat amat terpaksa dipilih Gio,karena menurutnya alasan Maudy akan semakin liar jika diteruskan dan waktu mereka hanya akan habis membahas striptis.

***

"Gilaaaa keren banget gak sih itu filmnya!! Sayangnya cowok yang perfect cuma ada di film ya.." Maudy berbicara seolah-olah ia sangat mengharapkan adanya lelaki perfect seperti film yang ia tonton barusan,memang sudah sangat lama sekali ia tidak mengenal seorang lelaki.

"Ada. Tunggu aja,kalo lo sabar dan terus minta sama Tuhan,pasti dia bakal dateng ke hidup lo," Gio menjawab dengan lirih namun terdapat harapan disana.

"Ya semoga aja dia udah deket ke hidup gue," Kata Maudy sambil sedikit melirik Gio,entah Gio sadar atau tidak,ia pun menyimpan harapan yang sama.

Hanya menunggu Tuhan berkata 'ya'.

Maudy mengajak Gio menuju salah satu toko yang berisi asesoris baik wanita maupun pria. Mata Maudy langsung menelaah setiap sudutnya dan ia menemukan satu rentetan gelang yang menurutnya sangat pas.

Gio yang daritadi diseret Maudy hanya bisa mengikutinya dan terus bertanya 'mau ngapain sih?'

Maudy hendak melompat kegirangan setelah melihat gelang dengan hiasan pewawat.

"Gioooo!! Astagaa astagaa gelangnya bagus banget ada pesawatnya liat sini buruu!" Maudy menarik tangan Gio hendak menunjukkan gelang yang ia maksud.

"Eh iya tinggal 2 lagi,beli yuk?"

"Daritadi juga pengen beli,lo diem-diem disini,gue mau bayar dua-duanya." Maudy pun langsung berjalan,namun segera ditahan oleh Gio.

"Eh udah gue aja yang beliin,sini gelangnya."

"Gamau,gue mau beliin ini buat lo sebagai ya.... tanda.."

"Tanda apa?" Tanya Gio penuh harap.

"Tanda...." Maudy semakin gugup.

"Tanda apa?!? Tanya Gio lagi dengan agak sedikit memaksa harap-harap cemas seperti sedang menunggu chat dari pacar positif atau negatif(?) Eh..

"Tanda kalo kita temen elah ish kepo banget! Udah diem sini,gue bayar dulu," Saking gugupnya Maudy tak berani menatap mata Gio dan langsung melengos pergi. Dan Gio langsung tertawa melihat tingkah calonnya itu..ehm calon.

Beberapa saat kemudian Maudy kembali dan menghampiri Gio.

"Sini tangan lo," Tangan Gio langsung disambar dengan cepat oleh Maudy dan ia langsung memakaikan gelang yang baru saja ia beli tersebut ke tangan Gio,dan ia pun memakainya ditangannya sendiri.

"Gemes banget sih," Kata Maudy sambil tersenyum dan menyatukan lenganmya dengan lengan Gio dan sesekali ia terus mengoceh tentang gelangnya,sementara yang dilakukan Gio?ia terus memperhatikan Maudy. Caranya berbicara,tingkah lakunya,sangat membuatnya bahagia,bahkan beberapa kali membuat jantungnya berdegup cukup keras.

Entah bagaimana bisa sorotan netra milik Maudy bisa membuatnya terpaku dan melayang dalam sekali tatap. Ia sadar bahwa ia sudah sangat jatuh hingga tak ada keinginan sedikitpun untuk belajar merangkak apalagi bangkit dari kejatuhannya terhadap sosok wanita yang baru saja mentraktirnya gelang tersebut.

"Gio,"

"Gio,eh malah bengong," Maudy memanggil Gio untuk kedua kalinya namun Gio belum kembali dari bulan.

"Gio kebakaran!!!"

"MANA AYO KELUAR?!?"

Maudy tertawa terpingkal-pingkal hingga menyentuh perutnya,lucu juga mengerjai Gio pikirnya.

"Parah,lo gak tau gue beneran deg-degan apa?coba pegang dada gue nih!" Gio membawa tangan Maudy menuju letak jantungnya berada,dan ia merasakan degupan jantungnya semakin cepat kala Maudy menyentuh dadanya.

Maudy terdiam dan segera melepaskan tangannya,"Lagian siapa suruh bengong huu,"

Maudy menoleh ke arah lain. Dan ia melihat sosok yang pernah ia lihat sebelumnya.

"Eh buset itu cewek bajunya kurang bahan banget,gemes semua bajunya," Tiba-tiba Maudy berkomentar soal sosok perempuan yang belum pasti ia pernah lihat.

"Mana sih?" Tanya Gio dengan keponya.

"Awas entar demen lagi lo," Tukas Maudy sedikit--nyinyir.

Namun setelah ia tatap lebih dalam lagi sesosok perempuan tersebut,ia ingat!

"Ehhh gue inget,itu si mbak pramugari yang tadi pagi gue liat! Masa nih Gio,tadi pagi gue kan ke bandara...gabut-gabutan gitu teruss gue capek nah gue ke starbucks,terus minta foto sama segerombolan mbak pramugari eh dia malah sok kecakepan padahal gue gak pengen ada muka dia," Maudy bercerita panjang lebar pasal bagaimana ia bertemu dengan pramugari yang bernama Neki... eh Niki...iya Niki.

Sementara Gio sudah seperti cacing kepanasan yang panik seperti istri lagi pergokin suami selingkuh.... pasalnya baru pagi ini juga ia bertemu dengan Niki karena satu flight,ditambah pulangnya harus pake acara kabur biar selamet sampai rumah tanpa harus showeran sambil nangis kayak di film-film.

"Maudy!Gue kebelet." Kata Gio tiba-tiba dan melenceng dari topik pembicaraan.

"Kebelet apa?"

"Pokoknya kebelet,"

"Kebelet nikah?!"

"Iya..eh bukan! Mau ke toilet,lo ikut gue!!!" Tarik Gio agar ia dan Maudy selamat dari nenek rombeng kekurangan bahan.

"Yakali... masa.. gue ikut lo gitu?" Tanya Maudy dengan polosnya.

"Ya enggak lah lo tunggu depannya aja,dah lo tunggu sini,awas ngintip,gue teriak!"

"Gue bawain banci. Udah ah sana!"

Berhasil kabur untuk kedua kalinya pikir Gio setelah berada di dalam toilet. Sekarang bagaimana caranya agar ia bisa melanjutkan dating tanpa ada sosok kuntilanak yg kaya lagi pergi ke club?

***

Jangan lupa vote&comment,krn sangat berpengaruh terhadap aku sbg author krn merasa dihargai oleh pembaca kesayangan.😊

M.

My Perfect ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang