Pagi ini aku sudah berada di kampus tercinta, ditemani Vanessa dan Matcha Latte kesukaanku sembari menunggu kelas dimulai. Seperti biasa, bukan Vanessa namanya kalau tidak kepo dan nyinyir.
"Oh iya sayangku Maudy, gimana? masih lanjut gak sama Gio?" Sudah kuduga percakapan dari ke-kepoan Nessa akan mengarah ke arah ini.
"Heum... masih gak ya?" Kataku yang pasti akan memancing emosi Nessa hihihi.
"SERIUS IH MAUDYYYY, MASIH KANNNN?"
"Iya-iya masih kok,"
"Terussss gak ada rencana mau jadian?"
Tanpa basa-basi aku mendaratkan binder tebalku ke puncak kepala Vanessa.
"Sabar kali buk, dia harus tau bagaimana seorang Maudy secara full, biar nanti kalo jadian, dia gak nyesel punya pacar kayak cacing kedinginan hehehe."
Byurrrrr...
Tak ada gempa, tak ada angin topan, apalagi tsunami, tiba-tiba wajahku beserta kemejaku basah, hingga binder beserta handphone-ku pun ikut terkena air.
Setelah 5 detik meratapi segala ke-basah-an yang ada, dengan kacamata yang buram aku melihat siapa sebenarnya yang sudah menumpahkan air kepadaku. Yap, ini dia. Ternyata si Defita bedebah yang lagi-lagi-dan lagi mencari masalah denganku. Kita dengarkan saja apa tema pertengkaranku kali ini.
"Heh, gue ga peduli apa jabatan lo di organisasi yang sama kaya Vino, gue minta lo gak usah deket-deket lagi sama Vino! Dasar pelakor!" Cecar Defita tanpa henti. Ku perhatikan se-isi kantin tertawa cekikikan karena tingkah Defita yang alay, bahkan se-isi kampus pun tahu aku yang normal dan Defita yang hanya mencari sensasi, mereka sudah tak heran. Omong-omong Defita dua tahun lebih tua di atasku. Memalukan bukan?
"Hadehhh kenapa sih Mpok Def?marah-marah mulu kalo ketemu gue. Oh soal pacar lo Vino ya? Sorry sorry to say nih ya, pasti lo jadi kayak cacing kepanasan gara-gara kak Vino nolongin gue kemarin pas berkas-berkas yang gue bawa mau nyemplung ke danau kan? Terus lo tiba-tiba lempar tas mahal lo itu ke tanah terus dayang-dayang disamping lo ini mungutin tas lo beserta isi-isinya?"
Sebelum ku lanjutkan, aku sempatkan 5 detik berharga untuk melihat wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus hehehe.
"Pertama, lo harus tau kalo berkas itu myemplung gue gak tau dia akan semarah apa,dan bisa aja lo kena imbasnya! Kedua, plisss banget Mpok Def yang cantiknya ngalahin rapunzel, jangan jadi bucin (budak cinta) alay gini kenapa sih, gua tuh bukannya kesel gitu loh malah GELI terus kasian sama lo harus capek-capek nyari ide baru terus buat bikin sensasi, jadiii udah ya cukup sampe sini aja ke-gilaan lo, atau kalo lo bener-bener masih mau lanjut nih gangguin gua, okeh gakpapa sih gue bisa bikin bulu mata extention lo rontok, rambut sambungan lo lepas, oh iya sama kawat behel lo pindah ke kaki hehehe,"
Terlihat lucu sekali melihat ekspresi Defita yang tegang akibat perkataanku yang cukup mengerikan, atau dia gak mikir ya? Gimana caraku coba biar bisa mindahin kawat behelnya ke kaki? Ajaib ya orang kayak dia ternyata ada hehehe.
Seketika itu juga aku langsung menarik Vanessa yang sedang tertawa terpingkal-pingkal di kursinya untuk segera beranjak, karena kalau tidak Nessa akan tetap tertawa hingga negara api menyerang kembali.
Sesungguhnya aku ingin mengajak Nessa ke kost-anku untuk berganti pakaian sebelum kelas pengganti-ku dimulai. Namun, tiba-tiba aku dikejutkan oleh kedatangan Gio yang menghampiriku di perjalanan menuju kost-anku. Dan setelah beberapa saat, aku tersadar kalau ternyata aku masih dalam keadaan basah beserta rambut yang lepek, seketika itu juga aku salah tingkah dan entah harus kemana aku melompat. Ingin menangis saja di rawa-rawa...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Man
Romantizm"Mungkin ini lah waktu-ku untuk bahagia,bersama pilot hebat kesayanganku. Ia yang selalu menjagaku,melukiskan pelangi di atap kebahagiaan kami" - Maudy Angeline Vandeef. Gio,calon Captain muda yang sangat handal dalam mengemudikan pesawat,tapi ia ta...