Satu persatu

1.7K 114 51
                                    

Aku mencintai Gio...

"Maudy? lo gak kenapa-kenapa kan? atau ada yang menganggu pikiran lo?lo bisa ceritain itu semua ke gue kok,Maudy." Tutur Gio dengan tulusnya.

"Ah.. iya gue gakpapa kok, maafin gue ya Gio gue kayaknya emang aneh ya suka mikirin sesuatu dan tiba-tiba kebawa keperasaan sendiri, maaf juga gue malah ga dengerin lo tadi hehehe," Dengan mata yang merah dan agak sedikit bengkak aku cengengesan.

"Ya ampun gini deh kebiasaan banget sih lo kalo ada apa-apa tuh cerita, siapa tau gue bisa sedikit meringankan beban hati lo, gue kan orang yang bijak seperti si kancil hahahaha," Balas Gio yang kembali sok menenangkan padahal dia tidak tahu bahwa dirinya-lah yang sedang aku pikirkan. Sungguh sangat tidak mungkin kalau aku bilang ke Gio "Denger ya, gue itu barusan mikirin lo Gio, dengan segala ke-bar-bar-an gue, gue berharap banget gue bisa jadi milik lo, dengan segala ketidak-feminin-an gue, gue berharap gue bisa terus sama lo apapun yang terjadi, jadi gimana kalo sekarang kita jadian terus kita nikah dan hidup bahagia Bersama keluarga cemara kita?"

Oh tentu tidak! Dengan gue ngomong begitu, yang ada Gio ngibrit keluar Café dan pulang lalu melempar hp-nya ke gorong-gorong terdekat.

"Udah ya, Maudy, Gue paham kok, mungkin sekarang lo belum mau cerita, tapi suatu saat lo mau cerita gue akan selalu senang untuk menjadi pendengar yang baik buat lo, ok?"

"Hahahaha ah iya, bener kata lo, mungkin suatu saat gue harus cerita," Suatu saat? Tentu saja apapun yang terjadi aku harus mengungkapkan perasaan-ku ini kepada Gio, entah mengapa mungkin beberapa wanita di luar sana akan melakukan hal yang sama seperti-ku, tanpa mempedulikan hasil, kami hanya ingin membuat kisah cinta ini menjadi benar, bukan hanya wanita yang selalu menunggu,menunggu, dan menunggu, sampai akhirnya diambil orang.Hmmm

Percakapan kami terpotong Karena tiba-tiba saja hp milik-ku berdering dan tertera nama kak Alyssa disana.

"Halo kak.."

"Kamu dimana,Dy? Kakak lagi di RS nih, kamu gak kesini? Kita kangen nih sama kamu, mentang-mentang anak organisasi sibuknya naujubileh..."

"Iya kakak-kakak-ku yang bawellll, nih aku kesana sekarang ya,"

"Oke ditunggu ya, kamu hati-hati."

Sambungan telepon pun terputus, dan ya benar sudah beberapa minggu aku absen mengunjungi kakak-kakak-ku yang paling aku sayangi. Tentu saja, kegiatan di kampus sangat menyita waktu-ku, yaaaa ditambah menghabiskan waktu bersama Gio,hehehe.

"Gio, maaffff banget kayaknya gue harus pergi, soalnya tadi kakak gue telfon dan dia nyuruh gue buat balik," Kata-ku sembari memasang wajah sedih dan bibir yang di setting manyun-manyun gemes.

"Oh yaudah gapapa kok, yaudah ayo gue anter sekalian gue mau ke Soetta,"

"Soetta? Ngapain?"

"Oh.. ah yaaa...biasa jemput majikan gue yang baru balik buang-buang uang di negeri orang, kan mending buat gue aja gitu ya, yaudah ayo gue anter ya?mau?oh tentu harus!" Kemudian Gio bangkit sambil menggenggam tanganku dan membawa serta tas milikku. Aku yang masih dilanda perasaan sedih hanya bisa menatap tanganku yang digenggam oleh Gio sambil tersenyum getir, apakah tangan ini yang kelak akan terus menggenggam erat tanganku?

***

"Maudy, kok kita ke RS? bukannya tadi katanya mau balik?" Tanya Gio dengan segala kebingungannya.

"Kakak kedua gue... terkena leukimia, jadi harus terus dirawat, orang tua gue gak tau kemana, jadi harus gue sama kakak gue yang ngerawat hehehe, nanti kenalan ya sama mereka,mau?" Kataku sambil cengengesan. Bukankah harusnya aku sedih ketika menceritakan sebagian kisah hidupku? Oh tidak, cukup seperti ini, aku sudah terbiasa dengan keluarga kecilku, sahabatku, dan Gio. Cukup mereka, aku sudah bisa bangkit dari bayang-bayang keterpurukan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Perfect ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang