03. Siapa Pencurinya?

130 12 4
                                    

Previous story


"Ada apa dengan Jaemin?" 

"Tadi aku mau mengembalikan prisma pelanginya, tapi waktu aku datang dia sudah terbaring dipintu sampai akhirnya Doyoung oppa datang dan memindahkan Jaemin," 

"Percuma diperiksa-"

"Diasudah meninggal."    


-----


Youngjae dan Jennie berpandangan.

"Jennie kamu.... tahu?"

"Harusnya aku yang tanya. Kamu tahu darimana?"

"Meditasiku. Kamu?"

"Penglihatan oracle."

Doyoung benar-benar panik, "kok bisa? Nadinya benar-benar berhenti berdenyut." Dia mendekatkan telinganya ke hidung Jaemin. Berharap mendengar lirihan nafas.

Namun nihil.

Jaemin sudah tiada.




Berita pilu itu pun tersebar sangat cepat ke seluruh penjuru desa. Bahkan Big Boss, Park Jinyoung sampai menangis begitu tahu salah satu anak didiknya meninggal di desa ini.

Ah ya, aku lupa mengenalkan big boss kami. Park Jinyoung, sosok guru dan teman curhat yang baik tapi terkadang mengesalkan.

Bukan Park Jinyoung dari pondok Athena loh ya. Nama boleh sama, tapi mereka benar-benar berbeda.

Dan kini kami berkumpul di amfiteater untuk upacara kematian seorang Na Jaemin.

"Penyebab Jaemin meninggal adalah serangan jantung. Doyoung dari pondok Apollo sudah mengonfirmasinya. Ia kini menempuh kehidupan yang lain. Do'akan dia semoga bisa berada di Elysium," ujar Big Boss.

Ada tiga tempat utama untuk orang mati di dunia bawah. Elysium, atau bisa dibilang surga. tempat para pahlawaan dan orang berkelakuan baik tinggal.

Lalu padang Asphodel, tempat orang-orang yang tidak pantas untuk berada di Elysium namun tidak memiliki dosa atau kesalahan besar.

Padang hukuman, yaitu neraka keji yang menghukum para pendosa.

Semua anak yang hadir menunduk untuk mendo'akan yang terbaik bagi Jaemin.

Aku bisa melihat ada beberapa yang tidak hadir. Si kembar dari pondok Hermes, Jeonghan dan Jeongyeon, Bobby, June, Rose, bahkan kakakku Markie tidak kelihatan.

"Mungkin ada beberapa teman baik Jaemin yang ingin memberikan penghormatan terakhir."

Kemudian kulihat Ten, Mark dan Haechan maju kedepan, tepat didepan meja pembakaran kafan.

Ten berdeham, "Ehm. Mungkin Jaemin cuma anak yang biasa saja buat kalian. Tapi buatku, Jaemin sudah seperti adikku sendiri. Aku sedih dia pergi dengan cara seperti ini. Tapi kalau memang ini yang terbaik untuknya, ya sudah. Aku harap kalian terus mengenang hal baik darinya."

Aku terharu Ten bisa berbicara seperti itu.

Kini giliran Mark yang bicara, "untuk kalian yang pernah dibuat marah oleh Jaemin, tolong maafkan dia ya. Jaemin cuma ingin mendapatkan perhatian, tapi mungkin jadi mengganggu kalian."

DEMIGODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang