05. Subway yang bercabang

77 10 4
                                    

Previous story...

"ayo cepat. Taeyong sudah dibawah. Kita harus lari."

-------

Pada akhirnya kami bertiga beristirahat sejenak di pinggiran ladang dekat pasar.
Taeyong sibuk mengobati luka cakar di lenganku sementara Jackson sedang bermain dengan petir untuk menciptakan api unggun.

“serius deh. tadi mereka ngomong apa sih kok aku bisa nggak sadar begitu,” gerutu Jackson disela-sela kegiatannya.

Taeyong tertawa, “harusnya tadi direkam ya. Lucu loh kelihatan seperti sugar daddy haha.”

Mendengar itu aku tertawa, “sugar daddy HAHA.”

“dendam banget ya denganku?” tanya Jackson. Dia masih merengut karena ejekan Taeyong barusan.

“padahal aku sudah bilang ada yang mencurigakan disana, dan kau malah kena rayuan vampir. bodoh,” gerutuku.

Aku langsung melahap ambrosia yang diserahkan Taeyong padaku. Hm, rasanya seperti bbopki yang biasanya kubeli didekat rumah.

Jadi kangen rumah deh.

“apa rasanya?” tanya Taeyong padaku. “Bbopki yg dijual dekat rumahku.”

Aku mengamati tanganku. Bekas luka cakar itu sedikit demi sedikit memudar. Kelihatannya seperti kulitku bisa beregenerasi sendiri dengan cepat akibat ambrosia.

“sudah hilang tuh cakarannya,” kata Jackson.

“iya. Sedih deh bekas cakaran cewek genit penggoda Jackson jadi hilang,”

Aku terkikik melihat reaksinya, yang tak jauh lebih baik dari siapapun artis yang pernah melakukan galgari* di televisi.

[p.s: untuk yang belum tau galgari, itu salah satu variety show korea era 2000-an. untuk contohnya bisa lihat di nct life season 4 ya teman-teman:)]

“ngomong-ngomong setelah ini kita kemana ya?” tanya Taeyong. Dia menatap bilah belatinya yang masih bersih. Kelihatannya dia agak kecewa karena tidak bisa menggunakan belatinya tadi.

“kemana jack?” tanyaku.

“kalian lapar tidak sih? Aku ingin makan dulu,” dia berdiri, mencoba menelaah tempat kita berada. “Eh sepertinya ada subway disana. Mau makan??”

Aku dan Taeyong melihat ke arah yang ditunjukkan Jackson. Sebelah barat daya, yang masih cukup dekat dengan pasar yang tadi kami lewati.

“Boleh deh. tapi kakiku..” aku menatap kakiku yang masih berdenyut nyeri karena terkilir.

“Oh iya..,” Taeyong menatapku prihatin.

“Ya sudah aku saja yang beli. Kalian tunggu disini saja,” Jackson kemudian mengambil uangnya, lalu pergi.

Taeyong langsung duduk sambil menyarungkan belatinya lagi. “Aku kecewa tidak membunuh monster itu tadi. Padahal aku sudah menanti kesempatan itu dari awal,” katanya.

Aku tersenyum, “mungkin belum saatnya. Pasti ada kesempatan untuk itu.”

“tapi ngomong-ngomong, kamu serius bertarung dengan lightsaber?”

Yahh, mungkin memang kedengaran konyol. Seorang pahlawan yunani bertarung dengan lightsaber.

Bukan headline yang bagus untuk sebuah artikel.

Aku menghela nafas, “ini bukan lightsaber biasa sebenarnya.”

Kemudian aku meraih pedangku, lalu mengeluarkannya. Sesaat kemudian terpancarlah sinar putih yang menyilaukan. Lama-kelamaan meredup dan berpendar seperti warna biru laut.

DEMIGODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang