Previous story..."HEH JELEK! KEJAR AKU KALAU BERANI!"
-------
Demi dewa-dewi.
Aku merasa agak senang saat aku dan Taeyong sibuk membersihkan diri dari tanah, Jackson datang dengan seplastik sandwich beserta lemon tea.
"Aku mencari kalian kemana-mana tahu! Kalau mau pindah, tunggu aku dulu bisa 'kan!" omelnya. Plastik yang dibawanya langsung dihempaskan ke tanah.
Dia kesal. Dan aku jadi ikutan kesal juga, "kelamaan sih perginya! Untung kita masih bisa hidup dari serangan subway jelek!"
"subway jelek?"
"ituloh, hydra bermerek subway. Tadi saat kamu pergi, kami tidak sengaja bertemu dengannya," kata Taeyong. Cowok itu sudah selesai membersihkan sepatunya.
"Hey, tapi argh sama saja aku kesal." Ck dasar.
Aku langsung beralih pada Taeyong. Dia sudah asik dengan sandwich yang dibawakan Jackson.
"Ngomong-ngomong, Taeyong, kok tadi kamu sempat tak kasat mata sih?" tanyaku.
"Semalam aku dipinjami Jaehyun topi tak kasat mata miliknya. Dia bilang kalau topi itu pasti akan berguna. Ternyata benar," jawabnya.
"Ah, selalu saja aku tidak ikut pertarungan yang seru," gerutu Jackson.
Dia sibuk memasukkan beberapa barang Taeyong ke dalam ranselnya. Yah, hitung-hitung sebagai ganti dia tidak ikut bertarung.
Untung saja muat.
"Hmm ngomong-ngomong," aku menoleh pada Taeyong, "kita masih jauh ya dari gunung itu?" tanya dia.
Aku kemudian mengamati keadaan sekitar.
Bodohnya, baru kusadari bahwa kita sudah berjalan cukup jauh dari jalan raya. "Sepertinya sudah cukup dekat. Aku pernah mendaki gunung bongrae dengan Hansol. Dan aku ingat. Kata Hansol, batu besar itu adalah tanda kita sudah berada di lereng gunung."
Mereka langsung menatap batu besar seukuran mobil Fortuner yang berdiri tegap 300 meter didepan kami.
"Tapi, serius nih? Gunung kan identik dengan hutan lebat. Kenapa ini, cuma tanah lapang?" tanya Jackson.
"Jangan tanya padaku dong. Tanya pada si gunung!" ujarku kesal.
"Gunung tidak akan bisa menjawab, tapi kami bisa!" sebuah suara misterius terdengar.
Kita bertiga langsung waspada.
"Siapa kau!?" pekik Jackson. Dia menyandang ranselnya. Taeyong menghunus belati, sementara aku sedikit kerepotan karena harus menyandang ransel, mengeluarkan lightsaber dan menenteng plastik berisi sampah bungkus sandwich dan lemon tea.
Membuang sampah sembarangan itu tidak baik kan. Terlebih ini di hutan.
"Sedih sekali ya, tidak dikenali putra dewa langit."
"Apa maumu??" tanya Taeyong. Suaranya cukup lantang untuk menggertak makhluk nggak jelas ini.
"Seharusnya kalian bisa menjadi agen penjualan bibit dan hasil panen kami."
"Tunggu. Kau pasti-"
Tiba-tiba tubuhku terangkat. Aku merasa seperti berada diatas karpet berbulu yang nyaman.
Hey, meskipun nyaman, aku berpindah tempat tanpa berpegangan. Tidak jadi nyaman deh.
"Martha!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DEMIGOD
Fantasy"So, who am I?" "Demigod." "What's that?" "Human-Deity halfblood." "What?!!" "What?" Inikah istilah untuk seorang blasteran antara manusia dan... dewa? dellthakim copyright © 2017