Tergesa-gesa

214 3 0
                                    

    Sangking lapernya, aku membujuk Mina untuk segera ke kantin setelah mata kuliah pertama selesai. Jam menunjukkan pukul 10.00 WIB. Cacing-cacing diperutku sudah menggerutu minta jatah makan. Dari bangun subuh hingga mengikuti mata kuliah yang pertama, aku hanya memasukkan segelas air putih untuk memberi energi pada tubuhku. Ternyata enggak mempan hanya dengan segelas air putih, karena kebiasaan burukku yang kalau udah terlalu malam aku jadi malas makan. Meskipun perut melilit minta makan. Aku memilih tidur, supaya rasa lapar itu ikut hanyut dalam mimpiku.

    Nafas Mina terengah-engah mengikuti cara jalanku yang super cepat. Dia tidak bisa mengelak untuk tidak berjalan cepat, karena aku menggeret tangannya.

    Duh, ternyata kejam juga ya aku!

    "Huuhh..." Mina menghela napas panjang.

    "Uhuk!" aku tersedak karena terburu-buru meminum air putih dari botol yang aku beli sesampainya di kantin.

    "Uhuk.. uhuk." Mina yang melihatku langsung menepak-nepak punggungku dengan tangan kanannya.

    "Makanya hati-hati Rin. Jangan terburu-buru seperti itu."

    "I.. iyaa Min." Kataku sambil memegangi leherku yang rasanya di tenggorokanku sakit sekali.

    "Ya udah, kamu mau pesen makan apa? Sekalian deh aku pesenin."

    "Ayam geprek level sepuluh ya Min.."

    "Ha?"

    "Iya, ayam geprek. Kamu kan tau kalo aku paling enggak bisa makan kalo enggak ada pedesnya."

    "Tapi kan enggak level sepuluh juga kali Rin. Nanti kamu sakit perut loh.."

    "Enggak.. tenang aja." Kataku sambil masih memegangi leherku.

    Lima menit kemudian, ayam geprek dan soto betawi terhidang dihadapanku dan Mina. Seperti tidak makan seminggu, aku segera ingin melahapnya. Tapi Mina segera menggeret sepiring ayam geprekku lengkap dengan nasinya. Kalau sudah begitu, aku jadi ingat. Ternyata aku belum berdoa.

    "Bismillahirrohmanirrohim.." doaku sebelum makan.

    Lahapan pertama nasi. Lalu kususul lauknya. Mina melihatku. Dan aku merasa terganggu. Setelah ku telan lahapan pertama itu, aku meminta pada Mina supaya dia tidak melihatiku ketika makan. Karena bisa membuatku sesak napas. Bukan karena grogi, Ya kali dilihatin cewek aku grogi. Tapi memang aku paling enggak bisa makan kalau ada orang yang ngelihatin aku. Khususnya dilihatin sama orang yang bukan bagian dari keluargaku. Entah kenapa bisa seperti itu. Hal yang aneh menurutku.

    Adapun ketika aku merasa sesak napas saat makan, aku yakin ada orang yang sedang melihatiku. Entah itu dari jarak dekat atau paling jauh lima meter. Aku tahu, kalau ada yang diam-diam melihatku. Hihihi.. bukan ke-ge-er-ran. Tapi, ya memang seperti itulah aku.

    Makanku lahap, tapi tetap saja waktuku untuk makan memerlukan durasi yang cukup lama. Keluargaku, teman-teman dekatku, mereka semua tahu kalau cara makanku itu seperti jalannya siput. Luaambat sekali.

    Mungkin kalau aku dulu punya cita-cita menjadi tentara, pasti sudahlah tidak tercapai. Karena durasi makannya dibatasi. Sedangkan aku, makannya enggak tahu waktu. Seenak gigiku sendiri. Kadang juga ngerasa sebel. Ketika semua teman-temanku sudah selesai makan, dan mereka menyuruhku untuk cepat-cepat menghabiskan makananku. Akhirnya aku percepat, namun alhasil perutku menjadi sakit.

    Rempong sekali ya urusan makan saja.

    "Alhamdulillah.. sudah selesai Rin?" celetuk Mina. Aku tidak menjawab ledekan Mina. Aku bungkam. Dan memberi isyarat pada Mina untuk menunggunya ditempat yang dia duduki. Aku berjalan cepat ke arah penjual air mineral. Tapi ternyata air mineralnya habis. Aku belokkan kakiku ke arah penjual jus buah.

JilbabkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang