Lebaran tahun ini rumah sangat ramai. Setiap sudut ruangan menjadi tempat tidur buat siapapun, kecuali kamar mandi dan dapur. Ada pamanku yang tidur di ruang tamu. Kumasuki kamarku, ada tante Fira dan anaknya yang sedang tertidur pulas. Ada Kak Dinda dan dua sepupu perempuanku tidur di kamar Aldo. Keempat sepupu laki-lakiku tidur di depan televisi dengan menggunakan kasur busa. Maklumlah, rumah kami tidak terlalu besar. Hanya ada tiga kamar yaitu kamarnya ayah ibu, satunya kamarku dan Kak Sania, dan sisanya kamar yang biasa buat tidur Aldo. Rumahku serasa tempat pengungsian. Dan aku pun akhirnya tidur bersama ibu di kamarnya, karena ayah ikut tidur di ruang tamu dengan paman-pamanku.
Pukul lima lebih lima belas menit. Kami semua yang ada di dalam rumah terbangun karena suara tangisan bayi. Yupz! Si kecil Davin yang masih berumur satu tahun menangis minta susu.
Aku pergi keluar dari pintu kamar ibu, dan berbelok ke kiri untuk melihat Davin. "Assalamu'alaikum Tan.." salamku pada Tante Fira sambil cengengesan mendekati Davin.
"Wa'alaikum salam.." salam baliknya."Kak Arin tambah cantik ya?" kata Tante Fira dengan menatap Davin yang akan merem lagi.
"Ah Tante, cantik dari mana? Ngeledek ini ceritanya." kataku lalu tertawa kecil.
"Iya, beneran kok. Beda banget sama kamu dulu waktu sekolah. Karena sering pakai jilbab ya Rin?"
"Keluar rumah juga pakai jilbab?" lanjutnya.
"InsyaAllah Tan, doain biar bisa istiqomah ya?"
"Aamiin.." katanya seraya menepuk-nepuk paha Davin yang mulai tidur lagi.
"Oya, tante sebenarnya ada oleh-oleh buat kamu Rin sama buat ponakan yang lain."
"Wah.. alhamdulillah, oleh-oleh apa Tan?"
"Tapi, sayangnya kamu enggak bisa pake Rin. Kamu sih enggak pernah kasih kabar ke Tante, jadi enggak tau kalau kamu sekarang pakai jilbab."
"Emang apaan Tan? Iya deh Tan maaf, insyaAllah, aku bakal sering chat Tante deh."
"Iya, enggak apa-apa Rin." katanya lalu beranjak dari tempat tidur. Dia mengambil tas yang cukup besar diatas lemariku.
"Ini, ada short dress buat kalian, maksud tante biar kalian yang cewek-cewek seragaman saat halal bi halal nanti, tapi ya enggak pendek juga sih Rin, se-betis kok. Cuman kan sama aja, lengannya pendek."
"Bagus Tan short dress-nya, tapi maaf Arina enggak bisa pakai."
"Iya enggak apa-apa." katanya. "Tapi tante ada gamis nih, kebetulan tante beli dua. satu buat kamu, coba deh, cukup enggak?" katanya sambil menunjukkan gamis yang baru saja dikeluarkan dari tasnya.
"Beneran Tan?" tanyaku.
"Iya, buruan coba."
Aku mencoba gamis toska yang diberi oleh Tante Fira dan ternyata cocok buatku.
"Makasih ya Tan, nanti aku pakai gamisnya." kataku lalu lanjut mengobrol dengannya tentang topik yang lain.
Pukul 08.30 WIB.
Kami tiba di rumah Tante Indri, karena acara halal bi halal tahun ini bertempat di rumahnya. Sebelum acara halal bi halal dimulai, ada sambutan-sambutan oleh kaum bapak-bapak.
Kami kawula muda, duduk santai sambil selfie.
"Sayang ya, kamu enggak seragaman kaya kita."
"Enggak apa-apa kali Kak,"
"Ikutan selfie dong.." Kata Kak Sania, kakak kandungku yang tiba-tiba mau ikut selfie aku dan sepupuku bernama Dinda.
"Astaghfirullah.. bikin kaget aja Kak,"
"Hahaha.. Maaf deh maaf." Katanya dengan sedikit merem karena tertawa, lalu kelopak matanya terbuka dengan bola mata yang melihat diriku tertutup rapat dengan gamis berwarna hijau tosca lengkap dengan jilbab hitam yang menutupi dadaku.
"Arin??"
"Apa Kak?"
"Kenapa enggak pakai short dress dari Tante Fira?"
"Kan aku sekarang pakai jilbab Kak," jawabku sedikit canggung.
"Iya aku tau, tapi kan ini acara keluarga, enggak apa-apa kali lepas jilbab sebentar." kata Kak Sania dan aku pun hanya bisa diam. Mataku melirik ke arah Kak Dinda yang ikut canggung juga.
"Kamu pakai ginian terus kalau keluar rumah?" lanjutnya
"Enggak sih Kak. Ya pakai baju biasa. Enggak gamis kaya gini, yang penting menutup aurat"
"Tapi tetep modis kan?"
"Modis?" seketika tanganku membungkam mulutku sendiri karena suaraku terlalu keras.
"Emang harus modis ya Kak kalau berjilbab itu?"
"Ya enggak juga sih. Terserah kamu aja deh."
"Eh tapi bener juga lho katamu San. Orang berjilbab jaman sekarang itu rata-rata tampil cantik ya. Bajunya keren-keren, udah banyak di modif." Kak Dinda mencoba mancairkan suasana.
"Kayak motor aja Kak di modif." Kataku sedikit terkekeh sambil menengok layar hp yang menyala.
Obrolan kita berhenti saat Pak Ustadz Fikri mulai membaca doa ta'awuds, dan diikuti oleh semua yang hadir di acara ini.
Dengan seiring berkembangnya teknologi. Tren mode hijab memang berkembang pesat. Para desainer baju muslimah tidak kehabisan ide untuk memodifikasi baju muslimah agar terlihat elegan. Dan dengan adanya acara televisi yang banyak menyuguhkan acara tentang mode hijab, sekarang hijab tidak lagi dipandang sebelah mata.
Ada perasaan senang karena jilbab mudah diterima para kalangan muda. Tapi merasa prihatin juga, karena masih banyak yang pakai jilbab itu cuma gara-gara ikutin tren saja. Hmmm... tapi setidaknya sudah merasa nyaman dulu ya pakai jilbab. Husnudzon!!!
Mungkin yang hanya sedang ikutan tren mode hijab, mereka sedang belajar tuh buat memantapkan hati. Ya kembali lagi, menengok diriku yang dulu. Tidak mudah dalam mengenakannya, karena niat yang setengah-setengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jilbabku
SpiritualRank #2 in Hamasah (16-08-2018) [Jangan lupa tinggalin jejak ya readers, hargai sebuah karya. Terima kasih :) ] Memperbaiki diri itu, pandangan lurus kedepan! Ingat! Apapun yang baik itu datangnya dari Allah, maka tidak perlu ragu untuk terus menja...