Bab 13 - Acara Keluarga Aji

331 41 2
                                    

"Aku ngerasa kayak tamu yang nggak diundang," ujar Sasy lalu menggigit bibir bawah. Dia menghentikan langkahnya yang hendak masuk ke dalam sebuah rumah minimalis dengan pot-pot tanaman berjejer di halaman depan.

Aji menoleh, memberi kepercayaan diri pada Sasy. "Siapa bilang kamu nggak diundang? Keluargaku udah tau kalau kamu mau datang dan nggak ada yang keberatan. Lagi pula kamu kan sudah bantu aku milih kado untuk Citra." Aji mengangkat kardus yang terbungkus kertas kado di tangan kanannya.

Sasy tahu isi kado tersebut, yaitu sepasang sepatu sekolah anak perempuan. Kemarin Aji meminta tolong pada Sasy untuk memilihkan kado yang bagus untuk adiknya. Di tangannya saat ini juga membawa boneka yang terbungkus kertas kado. Ya, chat mereka di LINE berlanjut ke dunia nyata. Kalau dihitung ini adalah kedua kalinya mereka bertemu muka.

"Ta—"

Baru saja Sasy mengucapkan sepatah kata, Aji langsung memotong. "Udah, santai aja. Masuk yuk." Aji tiba-tiba saja meraih pergelangan tangan Sasy menariknya untuk melangkah masuk ke dalam rumah.

Tentu saja Sasy kaget, rasanya kulitnya terasa tersengat lebah ketika bersentuhan dengan kulit Aji. Dia belum sempat mengelak hingga membiarkan tangannya digandeng oleh Aji. Sampai akhirnya dia menemukan cara untuk lepas.

"Eh ... bentar, Mas." Sasy menarik tangannya yang digandeng Aji dengan pelan-pelan kemudian dia pura-pura merapikan rambut. Lalu tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket.

Aji mengamati gesture Sasy sambil tersenyum, memaklumi.

Suara gelak tawa mengiringi langkah Sasy masuk ke dalam rumah. Semakin dekat, makin keras suara tawa itu dan juga detak jantung Sasy. Mendadak dia merasa gugup sekaligus takut dengan bagaimana respon keluarga Aji atas kedatangannya di acara mereka. Tapi kekhawatirannya perlahan sirna ketika dia disambut dengan senyum sumringah dari orang-orang yang berkumpul di tempat yang dijadikan untuk perayaan ulang tahun Citra. Mereka yang tengah berkumpul di sebuah meja itu serempak menatap pada Aji dan Sasy.

"Wah, ini dia yang ditunggu-tunggu muncul!" celetuk salah seorang wanita yang sedang duduk di kursi. Sasy tersenyum canggung dan berdiri dengan tidak tenang.

Setelahnya Sasy diperkenalkan pada Handris dan Ranny—orang tua Aji—serta Citra—gadis yang sedang berulang tahun hari ini.

"Akhirnya Aji bawa kamu ke sini. Aji udah banyak cerita tentang kamu, loh," sapa Ranny.

Sasy meringis. Sebenarnya apa yang sudah Mas Aji ceritakan kepada Tante mengenai saya? Sasy menggumamkan pertanyaan itu dalam hati. Namun dia tidak berani untuk mengucapkannya.

Ranny mendekati Sasy lalu mengajaknya untuk berkenalan pada keluarga besar. Sasy menyalami mereka satu per satu. Ada om, tante, sepupu, dan keponakan Aji. Mereka menyambut Sasy dengan ramah dan ... hangat. Yang terakhir Sasy diperkenalkan pada nenek Aji. Sasy mencium punggung tangan nenek Aji.

Nenek Aji membalas dengan sebuah usapan lembut di ujung kepala Sasy sambil mengucapkan, "Ini dia calon cucu mantu Nenek."

"Wah, restunya sudah turun!" seru salah seorang sepupu Aji. Kemudian terdengar suara gelak tawa.

Sasy menatap nenek Aji cukup lama hingga akhirnya dia hanya bisa tersenyum canggung. Tidak berani untuk menjelaskan kebenaran mengenai hubungannya dengan Aji.

Sasy memberi selamat ulang tahun pada Citra lalu menyerahkan kadonya. "Selamat ulang tahun, Adik cantik."

"Makasih, Mbak Sasy udah mau dateng."

Citra duduk di sana, menghadap sebuah kue ulang tahun yang ditaruh pada meja. Pada kue ulang tahun itu ada sebuah lilin bertuliskan angka 14 di atasnya.

Jari Manis SasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang