Bab 36 - Cincin di Jari Manis Sasy

579 40 2
                                    

Kini sepasang rindu telah dipertemukan, biarkan mereka berjalan bergandengan

Siapa yang bisa menebak takdir?

Kalau memang berjodoh, seberapapun salah satunya berusaha menjauh, tetap Allah akan mendekatkan keduanya.

Malam ini Jati datang ke rumah Sasy bersama dengan kedua orang tua dan kerabatnya. Keluarga besar Jati membawa hantaran berupa kebaya, jarik, peralatan mandi, makanan tradisional, perhiasan, dan tentu saja sepasang cincin. Mereka akan menjalanan upacara tukar cincin sebagai tanda paningsetan. Peningsetan berasal dari kata singset, artinya mengikat erat antara putra-putri kedua pihak dan para orang tua penganten yang akan menjadi besan. Prosesi ini mengandung makna bahwa kedua calon pasangan telah setuju untuk melangsungkan kehidupan rumah tangga.

Ibunya Jati memasangkan cincin pada jari manis tangan kiri Sasy, kemudian Ibunya Sasy memasangkan cincin pada jari tangan Jati. Dengan begitu sepasang anak manusia itu sudah resmi diikat.

Jati dan Sasy tidak pernah menyangka keduanya akan sampai pada hari di mana mereka membicarakan mengenai rencana pernikahan. Tiga bulan lagi, mereka akan resmi menjadi sepasang suami istri.

Inilah hasil dari cinta diam-diam mereka. Walaupun diamnya mereka bukan berarti kedua keluarga tidak mengetahui perasaan masing-masing. Keluarga mereka sudah menyadari dan memilih untuk membiarkan dua anak manusia itu menjemput takdir mereka masing-masing.

Oleh karenanya ketika Jati memantapkan diri untuk melamar Sasy, orang tua dari kedua belah pihak tidak ada yang menghambat niatnya. Semua dilancarkan dan diatur sedemikian rupa.

Malam ini setelah mereka menyelesaikan prosesi tukar cincin, mereka menghabiskan sisa-sisa malam dengan merasakan angin di Ngarsopuro. Ditemani dengan semangkuk wedang ronde kesukaan Sasy. Jati menoleh pada gadis yang duduk di sampingnya. Gadis berparas ayu itu sekarang berstatus tunangannya.

Akhirnya Jati punya tunangan dan sebentar lagi akan memiliki istri. Rasanya Jati ingin memeluk Sasy saat ini juga. Tapi Jati berusaha untuk menahan keinginannya. Sementara ini dia harus memuaskan diri dengan menatap wajah cantik Sasy. Binar-binar bahagia itu terlihat jelas di mata Sasy. Gadis itu tidak henti-hentinya menatap jari manis kirinya. Cincin perak itu melingkar dengan indah di jarinya. Cincin itu sederhana namun istimewa. Cincin perak itu berukir nama Jati di dalamnya, begitu pun dengan cincin milik Jati. Ada ukiran nama Sasy di cincin tersebut.

"Cie, yang sekarang jadi milik orang," goda Jati. Dia gemas dengan Sasy yang sedang mengagumi sesuatu yang kini menghias jemarinya.

Dalam hati, Jati bangga karena cincin darinya berhasil bertahta dengan indah di jari manis Sasy. Mengingat begitu banyak pria yang mengincar jari itu.

"Belum sepenuhnya jadi milik orang lain, masih milik Bapak. Kalau cincin ini pindah ke jari tangan kanan, baru deh pindah kepemilikan." Sasy menjulurkan lidahnya pada Jati.

"Tiga bulan lagi, Sy."

Sasy tersenyum malu. Ya, tiga bulan lagi namanya akan bersanding dengan sebuah nama.

Muhammad Damar Jati dan Sasy Khomaria.

Dua nama itu akan tercetak di undangan pernikahan mereka.

Terkadang Sasy masih sulit mempercayai keajaiban yang membawa takdir mereka sampai di tahap ini.

Jati semakin tidak bisa menahan rasa gemasnya ketika melihat gadis itu malu-malu. Sehingga dia mencubit hidung hampir mancung milik Sasy. "Oh ya, Gusti udah bilang mau hadiah apa untuk syarat ngelangkahin dia?"

Memang bukan suatu kewajiban memberikan hadiah sebagai syarat untuk melangkahi kakaknya yang belum menikah. Hanya saja, Gusti sudah duluan meminta. Dasar kakak rese.

Jari Manis SasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang