Evan POV
Kalau ada perempuan yang bisa bikin aku kesal selama aku hidup, ya cuma perempuan cantik berwajah jutek itu.
Pegawai WO yang merangkap menjadi pelayan coffee shop.
Perempuan satu-satunya yang berani menyengkat kakiku, dan tidak mau mengalah.
Aku mengamati profile wajahnya ketika dirinya menjelaskan sesuatu ke Ivan dengan wajah berseri-seri.
Kenapa bisa wajahnya berubah drastis diperlihatkan ke Ivan, tapi begitu menatapku, mukanya berubah dingin, bisa kulihat bibir atasnya yang bergerak-gerak mencibir, bikin tangan ini gatal untuk menyentilnya.
Aku tidak tahu kenapa dirinya berlaku tak bersahabat denganku. Salahku apa? Padahal kami baru bertemu di coffee shop tempatnya bekerja.
Aku menghembuskan nafas melalui mulutku, sudah mulai merasakan bete karena hanya terdiam melihat Ivan dan dia berbicara di ruang meeting.
Ivan memintaku untuk menemaninya untuk pertemuan ketiga, karena tunangannya ngambek.
Ck, perempuan, makhluk paling aneh di muka bumi ini.
Untungnya kembaranku sesama jenis, coba kalau perempuan, sepertinya bisa diramalkan kami berkelahi mulai di dalam kandungan.
Sifat Ivan yang supel berkebalikan denganku, dirinya banyak mempunyai teman perempuan, sedangkan aku, aku hanya cocok dengan satu perempuan saja, yaitu ibu.
Perempuan itu makhluk paling berisik, makhluk cengeng, makhluk manja, makhluk lebay.
Aku melotot ke arah Maya yang tiba-tiba melirik ke arahku.
Perempuan ini, bikin aku tambah tidak menyukai lama-lama berinteraksi dengan perempuan.
Mulutnya pedas luar biasa.
Dia bilang aku songong? Yang benar saja?
Siapa yang lebih songong menyengkat kaki orang yang belum dikenalnya?
Siapa yang lebih songong, tidak bergeming memberiku jalan untuk keluar dari parkiran ketika mobil kami mundur secara bersamaan.
Dan bisa-bisanya sekarang dirinya tersenyum sumringah ke arah Ivan, topeng!
Aku tiba-tiba berdiri, sehingga mereka berdua menoleh ke arahku.
"Gue keluar dulu Iv, nyari udara segar, bosen, pemandangannya kurang greget di dalam sini" Kataku lalu melangkah menuju pintu.
Kulirik Maya yang langsung mencibir melotot ke arahku.
Perempuan kok ga ada manis-manisnya. Muka kaya cuka, asem!!!
Sebelum tanganku mencapai handle pintu, pintu terbuka sepenuhnya memunculkan sesosok perempuan berambut hitam legam.
"Ehhh mas Ivan, mau ke toilet ya? Udah tau toiletnya di mana? Mau saya anterin?" Dirinya tidak berhenti berceloteh.
Ini nih yang aku bilang manusia makhluk paling berisik.
Aku menatap tajam ke arahnya dengan menundukkan wajahku.
"Saya bukan Ivan, Ivan lagi di dalam tuh sama Maya" Ucapku datar.
Perempuan itu membuka pintu lebih lebar dan maju selangkah ke dalam.
Matanya membulat.
"I...I...ini kenapa mas Ivan ada dua?" Cicitnya sambil menatap ke arah Ivan dan aku bergantian.
"Masuk Che, kenalin itu kembarannya mas Ivan, namanya Evi, ehhh Evan deng" Suara Maya membuatku mendelik ke arahnya, kulihat dirinya mengulum senyum.
"Kembar???"
"Ya ampun Tuhannnn, bisa-bisanya ngebelah makhluk ciptaannya jadi dua begini, hehehe kenalin mas saya Eche, konsultan di WO ini juga"
Dan makhluk lebay, benar kan aku?
Aku melengos keluar dari ruang meeting tanpa menanggapi uluran tangannya.
Berisik.
°°°
"Ev, lu tuh gimana mau dapat pacar kalo sikap lu dingin gitu ke perempuan" Suara Ivan membuatku menoleh ke arahnya ketika kami dalam perjalanan pulang.
"Gue belum mau pacaran juga" Jawabku sambil mendengus.
"Lu liat aja, mereka cuma berdua, tapi berisiknya kaya ada 20 orang, gue ga suka perempuan karena berisik" Lanjutku.
"Maya ga berisik ko"
Kutatap wajah Ivan dari samping dengan tatapan tidak percaya.
"Tunangan lu aja udah cukup berisik bagi gue Iv, dan lu bilang Maya ga berisik?"
"Itu perempuan mulutnya pedas luar biasa, bilang gue songong, terus lu denger ga tadi dia manggil gue apa? Evi?!!"
Aku menegakkan punggungku dengan menghempaskan kembali punggungku ke belakang.
Ivan tertawa kencang.
"Akuin aja Ev, Maya itu lawan sebanding lu dude"
"Belum ada kan perempuan yang bikin lu mati kutu gitu, biasanya wajah mereka langsung merah nahan nangis kalo lu buka suara"
"Tapi Maya? Hahahaha she's is totally different"
Aku kembali mendengus kesal.
"Udah, gue ga akan nemenin lu lagi ke pertemuan keempat, kelima, keenam, ketujuh, lu pergi aja sama tunangan lu ya" Kataku.
Ivan masih tertawa.
"Lu ga mau nemenin gue ikut pertemuan kalo buat menghindar ketemu Maya ya it's ok, asal lu jangan sering-sering ngopi di coffee shop tempat Maya kerja ya"
Ck, itu susah, jujur aja, aku jadi ketagihan ngopi di coffee shop itu karena cita rasanya beda banget, lattenya bikin aku ketagihan.
Makanya Sabtu kemarin aku mengajak Ivan untuk mencoba kopi di sana. Untuk kopi, selera kami sama.
"Lu mau langsung balik ke apartment apa balik ke kantor?" Tanya Ivan.
"Lu drop gue balik kantor lah Iv, mobil gue kan di sana, sebenarnya sih gue mau langsung cabut ngopi, kepala gue butuh kafein, buat ngusir suara Maya di kuping gue" Jawabku.
"Nahhhh udah ada tanda-tanda tuh, suara Maya masih terngiang-ngiang, lu mau nomornya Maya sekalian? Ntar gue kirimin"
"HA HA HA HASUUUU, makasih, ga lucu"
Jawabanku makin membuat Ivan tertawa.
Tbc
Up terakhir di malam ini
Lanjut weekend depan yakkk, maaf dikitttttt 😋 😂 perasaan ngetik udah lama ko ya masih aja 700 kata daritadi
Lahdalahhh 😆😆Met istirahat ya buat besok kembali beraktifitas.
Semangat kerja, mudah2n buat jones2 ketemu sama kembar caemmm macam Eva Evi ini, biar ga ada kata I hate Monday, tapi ganti I love Eva Evi
😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
My buggers
RomanceBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/7/17 - 12/8/17