Evan POV
"Ko semalam ga hubungin gue kalo udah sampe rumah?" Tanyaku begitu kulihat dirinya masuk ke dalam ruang meeting ketika aku datang menjemput di kantornya.
Kulihat wajahnya meringis.
"Mas Evi, emangnya saya punya nomornya mas? Gimana mau kasih tau kalo saya udah sampe rumah? Tereak pake toa masjid gitu?" Dirinya berdiri beberapa jengkal di samping tempat ku duduk.
Aku merutuki diriku. Iya juga, dia kan punyanya pasti nomornya Ivan.
"Apaan?" Tanyanya bingung karena melihat tanganku menengadah ke arahnya.
"Mana handphone lu?"
"Buat apaan?" Tanyanya masih bingung walaupun sambil merogoh celananya dan memberikan handphone ke tanganku.
Aku mengulurkan kembali handphone ke arahnya.
"Hastagaaaaa, apaan lagi sih?" Tanyanya makin bingung.
"Passwordnya apa? Udahlah buruan simpen nomor gue" Kataku tak sabar lalu menyebutkan nomor handphoneku.
"Jangan simpen kontak gue pake nama Evi ya" Kataku ketika dirinya kulihat senyam-senyum sendiri.
Matanya melotot ke arahku sambil kulihat dirinya menelan ludah.
"Ga bisa liat orang seneng, handphone, handphone saya, terserah sayalah" Jawabnya santai.
Aku merebut handphone dari tangannya dan melotot membaca kontak namaku.
"Evi nyinyir"
Sialan nih perempuan mulut pedas, aku mengedit namaku.
"Evan caem"
Aku tersenyum puas, lalu mengembalikan handphonenya setelah melakukan miss call ke nomorku.
Dirinya mengendikkan bahunya dengan muka meringis melihat nomor kontakku.
"Awas jangan di ganti-ganti ya" Kataku sambil berdiri. Suaraku sedikit mengintimidasi dirinya, walaupun aku tahu tidak akan terpengaruh untuknya.
"Ayo jalan" Lanjutku lalu melangkah ke arah pintu.
Kami masuk ke dalam mobilku yang sudah ku tukar, mitsubishi XM.
Aku menyalakan mesin mobil dan menyalakan iPod yang belum terhubung.
Terdengar lantunan lagu favoritku "lose my head" milik RUFUS.
"Lagunya ga enak, coba dengerin ini deh, pasti suka" Maya dengan tanpa sungkan mencabut iPodku dan menyambungkan kabel USB dengan iPod miliknya.
"Heh, mobil siapa deh ini?" Tanyaku dengan suara dingin.
"Mobilnya mas Evi" Jawabnya sambil nyengir, tapi jempolnya masih aktif menscroll iPodnya mencari-cari lagu yang dia maksud.
"Terus ko lancang ya, ganti-ganti lagu seenaknya" Kataku lagi.
"Saya kan tamu di mobil ini mas, tamu adalah ratu, jadi yesss aja, ratu bebas mau bersikap lancang juga"
Aku jadi teringat perkataan Ivan, perempuan di sampingku ini memang tandinganku, she is totally different.
Aku selalu saja kena dibikin mati kutu olehnya.
Ck, ga bisa dibiarkan nih, lama-lama martabatku di injek-injek sama perempuan jutek ini.
"Mas Evi!!! Sampe kapan kita diem gini? Kapan berangkatnya mas???" Suaranya mengembalikanku ke alam nyata.
Ck, balik lagi kan tuh mulut manggil aku Evi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My buggers
RomanceBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/7/17 - 12/8/17