Evan POV
Dengan kesal aku menggebrak meja CS dan menyebabkan member-member gym yang sedang duduk santai di lounge gym dan khususnya karyawan gym melihat ke arahku bingung.
"Sori" Ucapku pelan, lalu berjalan keluar dari gym dengan langkah lebar.
Untungnya gue caem, coba kalo punya muka pas-pasan terus gebrak meja gak ada angin gak ada ujan bisa di pelototin terus di usir sama security gym.
Sial, harus ya ngasih liat kemesraan mereka di depanku.
Teringat bayangan Maya mencium pipi pria itu saja udah bikin dadaku mendadak berdenyut sakit, belum sakitnya hilang ini ditambah lagi melihat mereka seperti barusan.
Rasanya seperti punya koreng yang masih basah dikasih tetesan obat merah 'tieh ta yao gin' rasanya perih jendralll.
Aku berjalan ke arah parkiran. Membuka pintu tengah dan melempar tas gymku dengan kesal ke bangku tengah. Lalu membuka pintu depan mobil dan...
"Awww!!!" Aku berteriak keras ketika keningku terbentur atap mobil, karena aku tidak menunduk ketika masuk ke dalam.
"Darn!!!!!!" Dengan kesal aku memukul setir mobil berkali-kali. Kurasakan kepala dan tanganku langsung berdenyut hebat.
Aku menarik nafas panjang mengatur nafas dan emosiku.
"Mas Evan tuh musti bisa ngontrol emosinya"
Aku teringat perkataan Maya beberapa hari lalu dan membuatku mendengus.
Kali ini emosiku meluap disebabkan oleh kamu wahai perempuan bermulut pedas.
°°°
Pagi harinya aku merasakan kepalaku masih berdenyut, aku meraba keningku, kurasakan benjolan dan terasa sakit.
Aku bangkit dari ranjang, berjalan ke arah kamar mandi dengan langkah gontai.
"Great!!" Runtukku kesal, kulihat jendolan berwarna biru di keningku. Seharusnya tadi malam aku langsung mengompres keningku bukannya langsung tidur.
Aku menghela nafas panjang.
Kenapa jadi gak karuan gini sih mood ku ini.
°°°
Aku melangkah memasuki ruangan kerjaku dengan diiringi tatapan para bawahanku dari aku memasuki lobby kantor sampai aku masuk ke dalam ruanganku.
Huh.
Mungkin mereka bingung melihat gaya rambutku yang ku tata menutupi keningku yang benjol. Bisa jadi mereka berpikir aku tampak lebih cute dengan poni.
Mataku membulat kaget mendapati Ivan yang sedang duduk di kursi besarku, kulihat matanya juga membulat kaget melihatku, lalu tertawa.
"What happen with your hair dude?"
"New look?" Ivan masih tertawa dan bangkit dari kursiku ketika aku mengusir dia dari kursiku dengan menarik tubuhnya berdiri.
"Shut up!" Kataku kesal.
"Oh ok, apa semua orang yang broken heart harus ganti gaya rambut ya, jelek banget lu pake poni gitu" Kulihat Ivan menahan diriny untuk kembali tertawa.
Aku menatapnya tajam.
"Ngapain lu pagi-pagi ke sini? Di kantor lu ga ada kerjaan?" Tanyaku tanpa perlu menanggapi perkataannya.
"Mau ngajakin lu makan malam ntar malam" Jawabnya santai sambil duduk di sofa, kakinya melonjor di atas meja.
"Acara apa?" Alisku bertaut, tanganku membuka MacBook ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My buggers
RomanceBEBERAPA PART SAYA HAPUS UTK KEPENTINGAN PENERBITAN Warning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/7/17 - 12/8/17