9. batal

7.1K 1K 183
                                    

Maya POV

Aku mendengus dan memutar tubuhku masuk kembali ke dalam ruang kerja setelah mobil Jaguar yang dikendarai Evan berlalu.

Huh.

Entah apa alasan Ivan meminta Evan menggantikan dirinya untuk menghadiri pertemuan hari ini.

Kan bisa aja Ivan memintaku mengundurkan pertemuan ke hari berikutnya kalau memang hari ini berhalangan, kenapa harus minta si tukang nyelak itu sih.

Mukanya itu ga enak banget di lihat, senyumnya aja kaya orang yang burungnya kejepit resleting celana.

Ketika aku membuka pintu ruang meeting, aku langsung mengetahui kalau pria yang duduk itu adalah Evan.

Postur tubuh mereka sama, cara berpakaian mereka pun seleranya sama.

Tapi....

Bentuk wajah mereka kan beda, aku bisa membedakan mereka walaupun Evan memakai kacamata yang sama seperti punya Ivan, dan mereka sampai bertukar mobil pula.

Niat sekali.

Aku melempar buku catatanku ke atas meja, Eche hari ini sedang mengantar klien survei tempat.

Aku duduk, lalu membuka MacBook ku.

Ko perasaanku ga enak ya?

Punya firasat kalau pasangan Ivan dan calonnya tidak melangsungkan pernikahan sesuai rencana mereka.

Sudah berapa kali pertemuan berlalu, si calon pengantin perempuannya tidak menghadiri pertemuan, padahal klien-klien ku terdahulu lebih banyak calon pengantin perempuannya loh yang datang.

Ini kenapa malah calon pengantin prianya yang selalu hadir.

Aku menghela nafasku.

Bodolah, yang penting mereka udah membayar DP.

Kulirik jam tanganku, jam 3 sore, ke coffee shop bang Bima aja kali ya.

Aku merapikan barang-barang bawaanku ke dalam ransel, lalu berjalan keluar menuju mobilku.

Sejam melihat muka si tukang nyelak yang sinis mungkin akan membuat moodku enakan dengan menikmati secangkir atau dua cangkir latte gratisan di coffee shop bang Bima.

Membuatku tersenyum.

Aku langsung melajukan mobilku keluar dari parkiran.

°°°

Keningku berkerut melihat mobil Jaguar Ivan yang terparkir di dekat pintu masuk coffee shop.

"Ck" Tak sadar aku berdecak.

Jadi malas masuk ke dalam, pasti si tukang nyelak ada di dalam.

Ketika aku mau memundurkan mobilku, handphoneku bergetar.

"Donasi Utama's calling"

"Ya bang?" Sapaku setelah memarkirkan kembali mobilku ke tempat semula.

"..."

"Hehehe abang liat adek ya?" Mataku reflek melihat ke arah coffee shop.

"..."

"Iya iya, adek masuk nih, ga jadi pulang" Aku langsung memutuskan hubungan telepon.

Sambil membuka seat belt, aku kembali berdecak.

Kenapa bisa ngeliat muka si tukang nyelak itu lagi sih.

Kayanya sejam sama dia udah bikin moodku ga enak.

My buggersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang