No matter how lonely you think, there's always at least one person who keeps worrying about you.
"Kamu seriusan mau jalan sama kita weekend ini? Katanya mau pulang? Ada berkas yang belum kelar, kah?" tanya Kang Seulgi, salah satu teman yang bisa dibilang cukup dekat dengan Seungwan.
Sore ini Seungwan sedang makan bersama teman-temannya, Kang Seulgi, Bae Joohyun dan Park Sooyoung di salah satu tempat makan di dekat kampus. Bagi Seungwan tidak ada istilah makan pagi, makan siang atau makan malam. Yang ada hanya makan, kapanpun ia punya waktu untuk makan. Namun bukan berarti Seungwan mengabaikan asupan gizinya. Sebisa mungkin perutnya harus terisi dengan makanan cukup kalori. Oleh karena itu meskipun jam makan Seungwan sering loncat-loncat, kondisi lambungnya masih baik-baik saja. Begitu pula yang ia tekankan pada ketiga temannya yang bernasib sama dengannya, sama-sama tinggal di perantauan. Mereka berempat menjadi dekat setelah terikat dalam satu divisi pada sebuah kepanitiaan saat masih menjadi mahasiswa semester tiga. Kala itu, Seungwan menjadi koordinator divisi untuk pertama kali. Berbagai masalah timbul dalam pengerjaan acara, namun justru masalah itulah yang mendekatkan mereka.
"Udah beres semua kok. Tinggal tunggu balasan dari bagian penelitian universitas aja habis itu aku bisa langsung pesan bahan buat nge-lab. Sebenernya ini belum beres pun aku pulang nggak masalah. Draft proposal sama pengajuan dosen penguji udah. Kemarin diminta ketemu dosen pembimbing buat finalisasi segala macam sebelum ambil data juga udah," jawab Seungwan sambil menyeruput teh hangatnya.
Joohyun memandanginya bingung. "Terus kenapa deh? Kayaknya kemarin ngebet banget mau pulang padahal. Mau ketemu gengmu itu tuh katamu. The love of your life juga ikut kan," canda Joohyun. Seulgi dan Sooyoung tertawa, sedangkan Seungwan justru tersenyum kecut.
"The love of my life apaan. Nggak ada," balas Seungwan tegas.
"Lho itu, Minhyun kan ya namanya? Kapan terakhir kalian ketemu? Nggak kangen, kamu?" Sooyoung justru menambahi.
"Guys dia udah punya pacar. Lagian kapan sih aku bilang dia segitu pentingnya sampai kalian menjuluki dia kayak gitu. Iya dia first crush-ku. Iya aku suka sama dia waktu masih kecil. Tapi ya nggak gitu," Seungwan mendengus. Ia tidak habis pikir dengan teman-temannya. Ya, mereka memang menyebalkan. Mereka kelewat jujur dan ceplas-ceplos. Kadang-kadang Seungwan mempertanyakan apakah mereka punya saringan di otak mereka karena apa yang mereka pikirkan hampir selalu dilontarkan saat itu juga, terutama Seulgi dan Sooyoung. Namun, justru itu yang membuat Seungwan tidak ke mana-mana dari mereka. Ia butuh orang yang mengatakan apa adanya, langsung di depannya.
Joohyun geleng-geleng. "No, bukan first crush, tapi first love. Karena sampai sekarang, dari ceritamu yang udah-udah, kamu belum bisa move on. Mana ada a mere crush bertahan sampai hampir sebelas tahun. Dan ini kondisinya kamu belum pernah pacaran lho. Kamu terpaksa nerima cowok dulu pas masih sekolah karena kasian dia udah nembak tiga kali nggak kehitung,"
"Aku nggak se-pathetic itu, kedengeran ngenes banget tau nggak sih," balas Seungwan lirih.
"Aku setuju sama Joohyun. Bukan, kamu nggak pathetic, Seungwan. Justru aku malah kagum segitu lamanya kamu mempertahankan perasaanmu ke orang yang bahkan kamu nggak tau mau balas atau nggak. Sampai dia punya pacar berapa kali deh itu. Cuma, di sisi lain kamu juga berhak bahagia. Cobalah terima kalau ada yang nembak. Kamu cantik, pintar, baik, kamu populer karena aktif di organisasi padahal kamu nggak mengharapkan itu. Kurang apalagi?" ucap Seulgi. Ia melirik Joohyun dan Sooyoung. Sebenarnya dari awal ia menanyakan mengapa Seungwan tidak jadi pulang ia sudah menduga, sedikit banyak yang namanya Hwang Minhyun punya andil. Apalagi setelah Joohyun dan Sooyoung tambah menggodanya. Mereka bertiga sudah tahu cerita tentang hubungan Seungwan dan Minhyun, juga persahabatan sejak kecil dengan lima orang yang lain. Seungwan tidak selalu menceritakan kabar terbarunya dengan geng masa kecilnya, begitu Seulgi, Joohyun dan Sooyoung menyebut, namun mereka tahu seberapa dalam Seungwan perhatian dengan gengnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almost | Hwang Minhyun x Son Seungwan
FanfictionThey say you don't need perfection. But you need to always make yourself to be a better person. What will happen when a girl who respects imperfection likes a boy whose pride is too much to understand her imperfection? Son Seungwan and Hwang Minhyun...