14. Oneself

400 97 8
                                    

A person who can do anything by oneself doesn't mean he won't need any help. And a person who often needs help doesn't mean he can't do anything by himself.


"Aw!" Seungwan memekik pelan di tengah kesunyian laboratorium yang sekaligus berfungsi sebagai kandang hewan uji di fakultasnya. Perlahan ia meletakkan kembali mencit yang ada di tangannya ke dalam kandang, berusaha tidak memancing emosi hewan kecil itu. Sementara tangan kanannya yang memegang spuit injeksi masih terasa sedikit kaku karena kaget baru saja digigit. Ia sudah sering digigit sebenarnya, apalagi jika mencitnya rewel. Beruntung tangan kanannya memakai sarung tangan lateks. Meskipun tipis, namun cukup menahan gigitan mencit agar tidak terlalu dalam. Taring hewan pengerat kecil itu memang kecil, tapi cukup panjang.

"Seungwan, ya ampun sorry banget aku kesiangan!"

Seungwan refleks menoleh ke arah pintu. "Udah kuduga kamu bakal telat, Seul. Udah kubilang kamu nggak perlu ke sini. Aku kan udah biasa sendiri. Jadwalku ke lab selalu pagi-pagi dan aku yakin kamu sekarang belum mandi," respon Seungwan tenang pada teman baiknya yang kini ngos-ngosan di depan rak tempat meletakkan tas.

"Ya niatku kan baik supaya sekali-kali kamu ada temannya jam enam pagi begini. Lagipula dari dua puluh empat jam kenapa kamu milih sepagi ini buat injeksi, sih?"

Ya, demi memperoleh data penelitian untuk skripsinya, ia rela bangun pagi-pagi tiap hari pada jam yang sama untuk menginjeksi hewan ujinya. Bahkan Sabtu dan Minggu pun ia harus ngelab, kecuali jika memang ia ada agenda sejak pagi atau ada sesuatu yang penting. Seperti saat Minhyun pindahan tempo hari misalnya. Ia masih bisa meminta tolong pada laboran atau teman yang juga ngelab pagi-pagi dengan hewan uji untuk mengurusi anak-anaknya, begitu ia menyebut.

"Kalau siang atau sore takutnya tabrakan sama jadwal kuliah. Kalau petang menjelang malam nanti tabrakan sama rapat BEM. Paling aman ya pagi. Lagipula kalau pagi begini masih fresh. Aku bisa lebih sabar kalau ada yang rewel," jawab Seungwan, sambil melepas sarung tangannya. Ia mencari kotak P3K yang seharusnya ada di pojok ruangan ini. "Ini siapa sih yang ambil P3K nggak dikembalikan lagi," gerutunya, ketika menemukan kotak itu ada di laci bawah meja laboran. Segera ia ambil sebotol rivanol dan kapas untuk membersihkan lukanya.

Seulgi hanya geleng-geleng mendengar jawaban temannya. Ia kadang gemas, Seungwan terlalu independen sampai-sampai saat sedang repot atau kesusahan pun ia masih tidak mau merepotkan siapapun. Padahal toh yang lain tidak merasa direpotkan bila Seungwan memang butuh bantuan. "Terserah kamu aja, deh, Seungwan. Masih berapa ekor? Sini kuteruskan. Ke sinikan catatan dosisnya," balasnya. Jas lab putih sudah ia kenakan, sepatu tertutup dan tentu saja rambut terkuncir rapi. Seulgi memang sengaja hari Jumat ini datang pagi-pagi membantu Seungwan. Selain karena ia penasaran, skripsinya tidak menggunakan hewan uji by the way, ia juga kasihan dengan Seungwan yang tiap pagi ke sini tanpa ada yang membantu. Padahal kebanyakan mereka yang ngelab memakai hewan uji di sini hampir selalu membawa teman. Seperti ketiga teman yang satu dosen pembimbing skripsi dengan Seungwan. Mereka selalu mengajak pacar-pacar mereka untuk membantu. Sedikit miris memang.

"Kamu sampai kapan ambil datanya deh? Aku lupa," tanya Seulgi, setelah ia selesai dengan satu ekor mencit, berniat mengambil kandang mencit selanjutnya. Masih ada empat ekor lagi yang belum diinjeksi. Seulgi yakin hari ini Seungwan datang lebih pagi. Jarum jam belum sampai menunjukkan setengah tujuh tapi mereka sudah hampir selesai. Terakhir ketika Seulgi datang membantu, mereka selesai jam setengah tujuh lewat.

"Sampai tiga puluh satu Desember. Tapi pakai hewan ujinya terakhir sampai pertengahan Desember aja. Sisanya ngelab pakai alat," jawab Seungwan yang sedang menyiapkan pakan dan minum.

Almost | Hwang Minhyun x Son SeungwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang