Tema: Terjebak Macet (Keyword: Basah)

50 7 1
                                    

1.

Brexit. Aku baru tahu istilah itu, saat aku stuck di sini, hanya beberapa kilometer sebelum gerbang tol Brebes Timur. Bertiga dengan ayah dan adikku, kami berencana sampai di Pati pukul dua belas malam tadi. Apa daya, macet bertubi-tubi yang terjadi di setiap rest area, ditambah antrian yang luar biasa ini, membuat kami tertahan selama hampir 20 jam. Peluh yang membasahi punggungku sudah tidak kupedulikan. Menatap panjangnya antrian kendaraan roda empat di hadapanku, sambil mendengar lagu pop dari radio, entah mengapa tercetus satu kata dalam pikiranku, 'Asuw.'

By: Mathar

**************************
2.

Hujan berhenti tepat 1 jam sebelum aku pulang kantor. Helaan napas lega akhirnya keluar dari mulutku.  Aku bersyukur dalam hati, untuk tidak harus menerjang buliran air yang jatuh tersebut. Namun ternyata, harapan tak sesuai dengan kenyataan. Aku memang tidak harus kehujanan, tapi atrian panjang kendaraan ini membuatku kembali menghela napas. Gusar. Ditambah dengan genangan setinggi paha yang mulai membasahi bagian bawah tubuhku. Ya.. Setidaknya hawa menjadi tak terlalu panas.

By: tika_mener

**************************
3.

"Tangkap para pelaku korupsi!"
"Tangkap!"

Begitulah teriakan yang diserukan para pendemo di depan gedung istana. Aku memperhatikan gerak-gerik para penumpang transjakarta. Sebagian terkesiap dan ikut mengedarkan pandangannya. Namun, sebagian yang lain tak peduli. Diujung lampu merah, beberapa anak mengeliling kendaraan. Menadah, menyanyikan lagu, atau menjajakan dagangannya. Peluh yang mengucur membasahi pakaian anak-anak itu dan para pendemo. Akupun ikut gerah berada di antaranya. Kepalaku basah dengan keringat.

By: Z A N

**************************
4.

Kualihkan pandanganku kearah kaca dihadapanku, menatap deretan-deretan mobil yang diam tak bergeming, tak sanggup bergerak. Hujan yang mengguyur kota ini seakan-akan menyatakan kalau alam semesta turut bersedih untukku. Kuusap kembali pipiku yang sudah basah karena air mata. Perasaan sesak yang kurasakanpun tak kunjung pudar. Yaaah..  kupikir lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali bukan? Tapi aku benar-benar berharap kalau aku tidak terlambat. Semoga saja.

By: afiraa

**************************
5.

"Assalamu'alaikum..." ucapku saat membuka pintu rumah.

Kemudian aku berjalan menuju kamar. Aku melempar tas ke samping meja belajar, menggati seraga dengan pakaian yang biasa kukenakan di rumah, lalu menghempaskan diri ke atas kasur yang empuk dan nyaman.

Fiuh... sayangnya itu hanyalah sekedar angan saja saat ini. Nyatanya, kemacetan yang berlangsung lebih dari tiga puluh menit ini, membuat kepulanganku terhambat dan lebih lama tertahan dalam angkot yang sesak ini. Aku meneguk habis air mineral botol yang tersisa untuk membasahi tenggorokanku. Kemacetan ini membuat tenggorokanku terasa amat kering. Menyebalkan!.

By:

**************************
6.

Menangis didepan orang yang kau sayangi? Aku hampir jarang melakukannya,selama menjadi dewasa aku mengurangi dosis menangis didepan sahabat atau bahkan keluargaku karena aku ingin membuktikan bahwa aku adalah wanita yang tegar didepan mereka,tetapi tidak malam ini,aku dan Rinaldy-kekasihku yang telah menghancurkan komitmen dan rasa percaya yang kuberikan untuknya selama 8 tahun begitu saja hanya dalam waktu 30 menit.
Disinilah kami berdua berada ditengah kemacetan jam pulang kerja di ibukota dalam mobil Toyota Fortuner milik Rinaldy kami berdua bertengkar hebat karena aku yang memergokinya tengah mencium pipi seorang wanita.
"Jadi kamu pikir hubungan kita selama ini itu apa?!?!" tanyaku dengan nada yang sedikit tinggi.
"Dia itu cuma temen SMA-ku,kita berdua gak ada apa-apa!!"jawabnya dengan ketus.
"Kalo cuma temen kenapa kamu cium-cium pipinya?!?!" Tanyaku dengan nada yang lebih ketus dari yang aku sangka.
"Aku lagi gak mau ribut sama kamu,lebih baik kamu turun dari mobilku ya" jawabnya mengusirku.
Aku tak menyangka kata-kata itu keluar dari mulutnya yang dulu selama 8 tahun berpacaran denganku selalu mengeluarkan kalimat-kalimat yang tidak pernah mengecewakanku,kini mataku tengah berkaca-kaca, aku menahan airmata yang keluar agar tidak jatuh membasahi pipi ini.
"AKU GAK MAU KENAL LAGI SAMA KAMU,brakk" teriakku sambil menutup pintu mobil Rinaldy dengan kencang.
kini dengan bulir airmata yang masih kutahan,kuberjalan tanpa tujuan di trotoar tepat didepan Senayan City,it would be such a good idea if i enter this mall just to fresh my mind and forget about the tragedy" gumamku dalam hati memantapkan langkahku untuk masuk ke Senayan City.
Matcha latte memang tidak pernah membuatku kecewa dengan cita rasanya yang khas. Kini aku duduk di bangku kedai kopi yang ada di Senayan City,mencoba untuk tidak mengeluarkan setetes airmata pun,tapi ternyata aku gagal. aku menangis,satu isakan untuk memoriku bersama Rinaldy disaat kami sejak kelas 11 SMA,satu isakan untuk memoriku bersama Rinaldy sejak kami lulus bersama dan satu isakan yang mengingatkanku atas apa yang telah ia lakukan untukku beberapa menit yang lalu.
"Mbak,saya boleh ikut duduk disini gak?" Suara itu merusak lamunan dan isakanku, aku menghapus airmartaku.
"Boleh" jawabku tersenyum manis.
Malam itu  di sebuah taman di kawasan Jakarta,  Harun-pria yang 10 tahun lebih tua dariku,yang pernah mengisi hari-hariku mengusap rambutku dan mengelus pipiku
"Ternyata sekarang kamu sudah dewasa,ya?" Ujarnya memelukku hangat.

By: Tikaaaaaa

**************************
7.

Pukul 08.00 WIB. Mampus aku telat lagi. Aku segera mengeluarkan sepeda motorku dan berlaju dengan kecepatan 60 KM/jam. Sebelum di depan gerbang perumahan, dari kejauhan tampak benda-benda beroda empat berjejer panjang di jalan raya. Buset dah, kenapa harus sekarang ? Aku sangat buru-buru. Kemarin sudah terlambat masa sekarang juga terlambat. Bisa-bisa namaku kena tanda lagi. Kesel, kesel, kesel. Aku terus saja menggerutu tanpa henti gara-gara kemacetan yang menyebalkan ini. Aku memaksa menyelip diantara mobil-mobil itu, aku tidak perduli cacian dan makian yang dilontarkan untukku. Yang terpenting sekarang aku harus segera sampai ke kampus secepatnya. Aku bersyukur sudah memasuki area kampus tapi sialnya karena melaju cepat aku tidak sempat ngerem. Di sepanjang jalan masuk tergenang air yang banyak. Aku lupa tadi malam pekanbaru terguyur hujan lebat. Baju gamis biru yang kukenakan basah terkena cipratan air yang banyak karena aku tidak hati-hati. Aku menggerutu dan memutuskan untuk pulang saja mengganti baju dan kembali lagi ke kampus. Aku tidak perduli lagi kalau namaku menjadi catatan hitam di buku dosenku.

By: Noeradjira..

**************************
8.

Satu jam sebelum macet. Ritme langkahku semakin cepat, seperti gerbong kereta yang bergerak meninggalkan stasiun. Dalam perjalanan jarak dekat ini, waktu berjalan amat lambat. Pikiranku bergerak lebih jauh lagi. Membayangkan lubang-lubang knalpot berasap, antrean panjang yang tersusun dari bus dan mobil, klakson cempreng di lorong-lorong gedung tinggi, pengendara motor yang zig-zag di celah-celah sempit. Belum lagi bayangan wajah para pengendara yang menatap jerih, batok kepala yang basah bersama kap mobil yang terpapar panas. Masih ada waktu beberapa detik lagi. Aku harus segera berangkat. Tepat satu jam sebelum macet.

By:

**************************
9.

Pemandangan tak begitu berubah sejak setengah jam yang lalu. Padatnya arus mudik seakan menjebak kendaraan-kendaraan dalam jaring kemacetan, tak terkecuali mobil bututku yang kini kukendarai seorang diri. Alunan suara musik yang tenang sedikit mengobati kebosananku meski tak mengubah satu kenyataan bahwa kemacetan ini hampir membuatku gila. Aku menghela napas. Sekali lagi kurogoh saku bajuku lalu kukeluarkan selembar foto dari sana. Kupandangi foto itu sepuas hatiku dan sama seperti sebelumnya, kerinduan kembali menyeruak di dalam dada. Bulir-bulir air mulai membuat kedua mataku sedikit basah. Dan setelah kerinduan terasa tak tertahankan lagi, aku pun menaruh kembali foto itu ke dalam saku bajuku kemudian memandang ke depan, ke arah kumpulan kendaraan yang masih belum dapat bergerak untuk beberapa waktu. 'Tunggulah, Nak! Ayah akan pulang sebentar lagi,' seruku dalam hati. Dan sekali lagi, helaan nafas berat terdengar menyelingi alunan musik yang syahdu.

By:

**************************
10.

Bukan hal aneh bila kemacetan menyambut di ujung jalan tol. Seperti halnya kali ini. Aku ingin mengumpat dalam hati, tapi kubatalkan segera. Teringat percakapan kami tadi; tantangan satu hari tanpa mengeluh. Well, kuakui itu bukan hal yang mudah. Aku bisa saja mengatakan pada Reina bahwa hari ini aku tidak mengeluh sama sekali, tapi aku tak bisa membohongi diri sendiri. Apalagi berdusta pada Reina. Tidak. Aku tidak mau. Cukup satu kali saja aku mengeluh hari ini, karena pagi tadi rintik-rintik air dari langit menjatuhi bumi dan membuat pakaian serta sepatu suede-ku basah. Pakaian tak masalah, karena aku membawa gantinya. Sepatuku? Ah, tapi sudahlah. Kuputar sebuah CD album musik dan bersyukur karena lagu ini adalah lagu kesukaanku. Sebelumnya aku memang tak sempat menghafal lirik lagu ini, tapi mungkin sekarang bisa. Berkat terjebak macet.

By:

The End.

#oneparagraphchallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang