"Sae Bin, kenapa sejak tadi senyum-senyum sendiri? Mencurigakan."
"Astaga, bahkan senyumanku juga tidak bisa disembunyikan darimu eonni."
"Kau tahu tidak ada yang bisa kau sembunyikan dariku, aku tahu semua tentangmu adik kecil."
Chae Rin eonni dengan senyuman manisnya yang merekah seperti bunga Mawar yang mekar di pagi hari. Kedua matanya sedikit tertutup ketika senyum lebar itu menghiasi wajahnya. Rambut hitam yang terurai menambah kesan manisnya. Sejak tadi ia hanya sibuk memandangi bunga-bunga yang ada dihadapannya. Eonni sangat menyukai bunga, ia berusaha keras untuk membagi waktunya sekolah dan juga bekerja. Keluargaku memiliki sebuah toko bunga yang terletak di kawasan Mapo, Seoul. Sepulang sekolah eonni biasanya langsung datang ke toko untuk menggantikan ibu berjualan bunga.
Aku bukan berasal dari keluarga kaya ataupun terpandang. Jika diceritakan lagi sejarah keluargaku cukup menyedihkan. Ibu dan ayahku bercerai ketika aku masih duduk dibangku Sekolah Dasar, saat itu aku masih tidak mengerti apa-apa. Yang aku tahu hanyalah ayah yang suka mabuk dan cukup sering memukuli ibu. Aku tidak begitu ingat kejadian masa kecilku, karena hanya menimbulkan trauma bagiku. Dulunya keluargaku menetap di Yeosu, tapi setelah bercerai ibu membawa aku dan Chae Rin eonni ke Seoul untuk memulai hidup baru.
Hidup baru yang aku impikan ketika menginjakkan kaki di Seoul adalah kehidupan mewah dan senang seperti yang sering aku lihat di drama televisi. Seoul adalah kota impian untuk setiap orang, seperti menjanjikan perubahan kehidupan. Tapi tetap saja hal itu hanyalah kesenangan mata saja karena pada kenyataannya hidup keluargaku tidak jauh berbeda dibandingkan di Yeosu. Memang segala sesuatu tentang desa dan kota jauh berbeda, gaya hidup dan tuntutan ekonomi benar-benar membuat ibu kewalahan. Itu sebabnya ibu memutuskan untuk meminjam uang kepada rentenir sebagai modal usaha membuka toko bunga. Ironis ketika penghasilan dari berjualan bunga dibayarkan untuk menutupi bunga hutang, tapi itulah yang terjadi.
"Kalau kau ingin kuliah, maka kumpulkan uangmu sendiri!"
Jawaban ibu ketika eonni meminta izin untuk melanjutkan kuliahnya ke universitas. Saat ini eonni duduk di SMA tingkat akhir dan harus segera mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian masuk universitas. Aku tidak sengaja mendengar percakapan mereka ketika melintasi ruang makan. Jawaban tegas dari ibu seolah-olah mengakhiri semangat eonni yang ingin sekali melanjutkan sekolahnya.
"Harusnya kau tahu dan mengerti bagaimana kondisi keluarga kita. Hutang yang harus dibayar, sekolah dan bimbingan belajar Sae Bin, belum lagi biaya pengobatan Sae Bin setiap minggunya. Darimana ibu bisa mendapatkan uang sebanyak itu untuk menutupi segala kebutuhan keluarga ini."
Darahku berdesir hebat ketika mendengar perkataan ibu. Jadi pada akhirnya semua ini karena aku, karena pengobatanku. Sejak kecil aku sudah bisa merasakannya, sakit yang sangat menusuk dadaku tanpa bisa aku jelaskan. Dokter bilang bahwa jantungku sangat lemah sehingga rentan akan gagal jantung. Untuk semua itu aku harus menjalani pengobatan dan terapi rutin dari rumah sakit. Pada awalnya aku menolak semua itu karena bagaimanapun juga mengetahui bahwa akan sangat sulit untuk ibu dan eonni menanggung semua beban pengobatanku dengan kondisi keuangan keluarga yang seperti ini.
Suatu hari aku merasa kepalaku sangat pusing dan nafasku terasa berat. Setelah mengikuti pelajaran olahraga yang hampir setiap kelasnya tidak aku ikuti karena saran dari dokter yang melarangku untuk melakukan kegiatan yang akan memompa kerja maksimal jantung sehingga akan berbahaya bagiku. Hal terakhir yang aku ingat ketika mengganti pakaian olahraga di ruang ganti, setelah itu aku tidak mengingat apapun lagi. Ketika aku sadar, ternyata aku sudah dirawat di rumah sakit dan tidak sadarkan diri selama tiga hari lamanya. Dan hal itu membuat ibu dan eonni benar-benar takut dan khawatir, itu sebabnya aku menerima pengobatan tersebut untuk menghindari kejadian yang sama terulang kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain-Carnation
RomanceUntuk nafas yang masih berhembus dan untuk jantung yang masih berdetak didalam tubuhku, kata terima kasih juga masih tidak cukup untuknya. Sejak awal aku sudah tahu tidak akan bisa berhasil melalui semua ini tapi eonni merubah semua keputus-asaan me...