Jika Gapyeong bukanlah tempat rahasia eonni maka aku akan menjadikannya sebagai tempat rahasiaku. Disana aku bertemu dengan Pak Guru dan menghabiskan akhir pekanku dengan perasaan gembira, meskipun sebelumnya aku juga mengalami patah hati dengan pria yang sama. Tapi tidak apalah, yang terpenting sekarang aku harus berusaha lebih giat lagi untuk memenangkan hati Pak Guru.
"Hah? Hanya itu saja? Aku fikir Pak Guru mengatakan sesuatu yang bagus."
Geum Hee menghela nafas panjang setelah akhirnya aku menyerah terhadap rasa penasarannya tentang pembicaraanku dengan Pak Guru di Gapyeong minggu lalu. Memangnya dia berharap apa? Lagipula jika ada sesuatu yang bagus juga tidak mungkin aku beritahu, akan membahayakan Pak Guru juga nantinya.
Seperti yang dikatakan eonni, hubungan antara guru dan murid termasuk kedalam kategori terlarang. Tapi entah bagaimana membuatku jadi bersemangat untuk membuat hal itu terjadi padaku dan Pak Guru.
Bicara tentang eonni, aku memutuskan untuk menghormati rahasianya dan itu sebabnya aku membuang jauh-jauh rasa penasaranku tentang foto itu maupun tentang tempat rahasia itu. Lagipula saat ini fikiranku kembali dipenuhi oleh Pak Guru, jadi aku juga tidak punya waktu untuk membuang-buang tenaga dan fikiranku untuk mengetahui rahasia eonni lagi.
"Sae Bin! Kemari!"
Langkahku terhenti ketika melihat Pak Guru melambaikan tangannya padaku. Aku melihat sekitarku untuk memastikan bahwa akulah yang dipanggil oleh Pak Guru. Jari telunjuk aku arahkan hampir menyentuh batang hidungku dan saat itulah Pak Guru terkikik geli melihat gestur tubuhku yang kebingungan.
"Apa nama Sae Bin banyak disini? Tentu saja kau, kemarilah!"
Aku tersipu malu karena tidak biasanya Pak Guru memanggilku dengan mengendap-endap seperti itu. Apa dia sedang dimata-matai? Aneh sekali tingkahnya menurutku.
"Kenapa mengendap-endap begitu?"
"Karena aku akan bicara tentang rahasia padamu."
"Kenapa padaku?"
"Karena kau sudah banyak tahu rahasiaku, lagipula jika bertambah satu lagi juga tidak akan jadi masalah."
"Jadi sekarang Pak Guru percaya padaku yaa?"
Pak Guru menganggukkan kepalanya sambil meletakkan jari telunjuk di bibirnya, mungkin suaraku terlalu keras menurutnya. Ia menyerahkan beberapa lembaran kertas kepadaku dan memintaku untuk membacanya.
"Open Campus? Apa maksudnya ini?"
"Ini seperti festival yang biasanya diadakan di SMA atau universitas. Untuk menarik pengunjung datang ke acara yang sudah diselenggarakan sekaligus memperkenalkan sekolah atau universitas yang bersangkutan."
"Lalu kenapa Pak Guru menyuruhku membaca ini?"
"Yaa ampun Sae Bin! Aku ingin minta pendapatmu tentang ide ini. Kita akan melakukan festival untuk memperkenalkan tempat bimbingan belajar ini. Bagaimana?"
"Lalu festival seperti apa yang ingin Pak Guru selenggarakan?"
"Kau tahu di Jepang hampir semua sekolah dan universitas melakukan open campus atau open school. Tiap-tiap kelas diberi tugas untuk mendirikan stand mereka masing-masing seperti café, rumah hantu dan sebagainya."
Pak Guru terlihat antusias ketika menjelaskan tentang idenya yang ingin memperkenalkan bimbingan belajar ini kepada semua orang. Ternyata rumor tentang tempat ini adalah miliki keluarga Pak Guru memang benar. Tapi bagian yang membuatku senang adalah Pak Guru memilihku sebagai seseorang yang dia percaya memegang semua rahasianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain-Carnation
RomanceUntuk nafas yang masih berhembus dan untuk jantung yang masih berdetak didalam tubuhku, kata terima kasih juga masih tidak cukup untuknya. Sejak awal aku sudah tahu tidak akan bisa berhasil melalui semua ini tapi eonni merubah semua keputus-asaan me...