Forget-Me-Not: Ingatan Yang Kembali

2 0 0
                                    

"Katanya dia menolak untuk menanganimu karena pasiennya saat ini sangat banyak ditambah lagi dengan pasien Dokter Moon."

Aku berjalan gontai sambil memegang pot bunga kecil menyusui lorong rumah sakit. Tae Woo oppa berkata bahwa Dokter Cho, yang tidak lain adalah Pak Guru, menolak untuk menjadi dokterku. Aku bisa paham situasinya saat ini. Jika dia bersedia membantuku malah akan membuatku bertanya-tanya.

Sejak kejadian itu aku menghindari bagian unit syaraf agar tidak bertemu dengan Pak Guru. Entah kenapa aku masih saja betah memanggilnya Pak Guru. Tapi dia yang sekarang begitu berbeda, tanpa senyum dengan wajah yang serius. Aku jadi takut mendekatinya.

Tapi entah kenapa sekarang aku malah sedang berjalan di lorong unit syaraf. Langkah kaki tanpa sadar membawaku datang kemari. Astaga, sebenarnya ada apa denganku?

Tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan pandanganku mulai kabur. Tubuhku tersandar pada dinding. Belakangan ini sakit kepalaku sering muncul bahkan disaat yang tidak kuharapkan sekalipun.

"Heii, kau baik-baik saja?"

"Uhmm, kepalaku sedikit pusing tapi aku..."

Aku menghentikan kalimatku ketika aku menyadari bahwa yang bertanya padaku adalah Pak Guru. Ia memegang bahuku erat dan menyadari hal itu aku langsung menepisnya.

Aku melihat wajah terkejut itu sekali lagi padanya. Tentu saja aku tidak bermaksud jahat, hanya saja aku kaget karena Pak Guru yang sedang berdiri dibelakangku.

"Ma.. maaf aku..."

"Wajahmu pucat. Ada keperluan apa kau kemari?"

"Eh? A.. aku ingin membawa surat rekomendasi ke Dokter Kim."

"Dokter Kim? Jadi kau akan menjadi pasiennya?"

Aku menundukkan kepala tanpa menjawabnya. Aku berubah menjadi murid SMA yang tidak bisa menatap wajah Pak Guru seperti dulu. Lagipula bertanya seperti itu, bukankah dia sudah menolakku. Bukan hanya menolak menjadi kekasihku tapi juga menolak sebagai dokterku.

"Iyaa, Dokter Byun dari unit bedah jantung membuatkan surat rekomendasi yang baru untukku. Karena Pak Guru sudah menolak untuk menjadi dokterku tempo hari."

"Pak Guru?"

"Eh? Tidak... maksudku..."

Kepalaku kembali berdenyut dan kali ini kedua kakiku gemetar dan seketika aku jatuh terduduk di lantai. Aku melihat Pak Guru menahan lenganku tapi terlambat.

"Kau tidak apa-apa? Bisa berjalan?"

"Kepalaku terasa sakit. Yaa aku bisa..."

Aku mencoba untuk berdiri tapi pandanganku kembali suram. Bahkan tanganku yang memegang pot bunga menjadi gemetar.

"Sudah tumbang begini masih bilang bisa."

Ocehan Pak Guru diakhiri dengan menggendongku. Tentu saja aku terkejut karena tindakan Pak Guru yang tiba-tiba. Disaat seperti ini aku malah masih berfikir jangan sampai Pak Guru melihat wajahku yang memerah.

Pak Guru membawaku masuk ke dalam ruangannya. Ia membaringkanku perlahan di sofa panjang lalu mengeluarkan senter kecil dari saku jas dokternya. Ia membuka kelopak mataku bergantian, memeriksa sesuatu yang aku juga tidak tahu.

"Kau sudah melakukan CT scan dan MRI scan sebelumnya?"

"Belum. Sakitnya baru belakangan ini jadi..."

Rain-CarnationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang