"Kau adalah segalanya untukku Sae Bin. Yang akan aku lakukan untukmu adalah bukti akan hal itu. Tolong maafkan aku. Aku menyayangimu Shin Sae Bin."
Kedua mataku terbelalak. Seperti ada kejutan listrik yang mengalir didalam tubuhku. Nafasku terasa sesak dan pandanganku sama sekali tidak mengenal ruangan ini.
"Dokter! Dokter! Tolong..."
Suara ibu, aku mengenal suara ibu yang berteriak. Dimana aku? Apa yang terjadi padaku? Kenapa nafasku terasa begitu sesak? Apa yang terjadi? Beribu pertanyaan berputar di kepalaku seperti terserang kepanikan ekstrim.
"Tolong lepaskan alat bantu pernapasannya."
Seorang pria dengan jas putih berdiri disampingku. Ia mengarahkan senter tepat ke mataku. Seketika aku merasa lega karena aku bisa bernafas secara normal lagi.
"Sae Bin, kau bisa mendengar suaraku? Jika bisa tolong anggukkan kepalamu."
Yaa aku bisa mendengar suara pria ini. Aku menganggukkan kepalaku perlahan. Tapi entah kenapa masih terasa berat.
"Bagus. Sekarang kau bisa melihat jariku? Angka berapa ini?"
"Dua" gumamku. Sepertinya suaraku tidak keluar dengan baik. Padahal aku merasa sudah berbicara layaknya situasi normal tapi entah kenapa malah terdengar seperti suaraku ketika terserang sakit tenggorokan.
"Bagus sekali Sae Bin! Sekarang perawat akan memeriksa tensi darahmu yaa."
Aku bingung tentang apa yang terjadi padaku. Dari dari pria jas putih, bantuan pernapasan, perawat serta wangi yang tidak asing ini, rumah sakit...
"Sae Bin sayang! Kau sudah bangun nak."
"Ibu! Apa yang terjadi?"
"Kau mengalami koma selama hampir tiga minggu. Ibu sangat khawatir."
Aku mengalami koma selama tiga minggu? Kenapa lama sekali? Memangnya apa yang terjadi padaku?
Kepalaku kembali terasa sakit ketika aku berusa mengingat apa yang terjadi padaku. Seolah-olah dia tidak mengizinkanku untuk mengingat kejadian sebelum aku terbangun di rumah sakit ini.
"Apa yang terjadi padaku? Kenapa aku mengalami koma selama tiga minggu?"
"Kau tidak mengingatnya sayang?"
"Hmm, aku tidak ingat apapun. Kepalaku terasa sangat sakit."
Ibu terdiam sejenak seperti berfikir untuk memberitahuku sesuatu. Apakah masalahnya separah itu hingga ibu memerlukan waktu untuk berfikir lama?
"Apa yang terjadi bu? Lalu dimana eonni?"
"Chae Rin?"
Air mata ibu langsung jatuh begitu saja ketika mendengarku menyebut eonni. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa tidak ada yang mau memberitahuku sesuatu? Aku masih diliputi keadaan bertanya-tanya tentang apa yang terjadi selama tiga minggu aku koma hingga aku terbangun di rumah sakit saat ini.
"Kau tahu bahwa eonni sangat menyayangimu kan? Dia selalu ada disini."
Ibu menunjuk tepat kearah jantungku. Apa maksudnya itu. Aku memegang dadaku, debarannya tidak seperti biasanya. Aku mengusap dadaku perlahan dibalik baju rumah sakit yang sedang aku gunakan.
Hah? Ada bekas apa ini? Aku merasakan sesuatu yang kasar disekitar dadaku tapi karena aku tidak bisa melihatnya jadi aku tidak begitu yakin apa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain-Carnation
RomanceUntuk nafas yang masih berhembus dan untuk jantung yang masih berdetak didalam tubuhku, kata terima kasih juga masih tidak cukup untuknya. Sejak awal aku sudah tahu tidak akan bisa berhasil melalui semua ini tapi eonni merubah semua keputus-asaan me...