Pria itu berlari menyusuri koridor rumah sakit. Beberapa perawat rumah sakit meminta kepadanya agar tidak berlari, tapi ia tidak mengacuhkan larangan tersebut. Sesekali ia menyeka air matanya yang juga ikut beterbangan diterpa angin ketika ia berlari.
"Aku harus menemui gadis itu" gumamnya dalam hati.
Nafasnya terdengar tidak beraturan. Ia menghentikan langkahnya tepat di depan pintu sebuah kamar rawat. Tangan kanannya memegang dada yang sejak tadi bergemuruh dan terasa belum stabil hingga saat ini.
Ia melihat dari balik kaca pintu, seorang gadis sedang terbaring diatas tempat tidurnya. Selang infus menancap di pergelangan tangannya, gadis itu sedang tertidur.
"Ibuku... meninggal! A.. aku ingin memberitahumu."
Pria itu mengepalkan kedua tangannya dan lagi-lagi air mata itu kembali mengalir di pipinya. Rasanya ingin sekali ia menerobos masuk ke kamar gadis itu lalu membangunkannya. Memberitahu pada gadis itu bahwa wanita yang paling ia cintai sudah pergi meninggalkannya.
Awan gelap yang sejak tadi mengitari langit rumah sakit akhirnya menurunkan hujannya. Pria itu berjalan gontai menyusuri rintikan hujan deras yang seketika membasahi seluruh tubuhnya. Tidak bisa lagi membedakan mana air matanya dan mana air hujan yang juga membasahi wajahnya.
Kepalanya tertunduk menghadap kearah tanah. Kedua tangannya menutup wajah dan bahunya mulai gemetar. Mungkin setiap orang yang memperhatikannya akan beranggapan bahwa pria ini pasti sudah gila. Berjongkok ditengah-tengah guyuran hujan dengan tubuhnya yang gemetar. Beberapa dari mereka berteriak meminta pria itu agar berteduh dan berhenti untuk menempatkan dirinya dibawah derasnya rintikan hujan.
Sepertinya hal itu, berteduh dari guyuran hujan, bukanlah hal yang ia inginkan saat ini. Pria itu sama sekali tidak mendengarkan apa yang dikatakan orang-orang padanya. Ia berfikir bisa menahan rasa dingin yang mulai merasuki tubuhnya. Tapi ia tidak bisa menahan rasa sakit dan sedih yang merasuki hatinya saat ini.
Seorang wanita muda dengan payung berwarna kuning perlahan berjalan mendekati pria itu. Dia, wanita itu berhenti tepat dibelakang punggung pria tersebut. Memberikannya tumpangan payung agar tidak lagi terkena hujan.
Pria yang menyadari bahwa dirinya tidak lagi bisa merasakan guyuran hujan mulai mengangkat wajahnya. Kepalanya terangkat naik melihat sosok wanita muda sedang tersenyum kearahnya.
Kenapa wanita ini tersenyum kepadaku? Siapa dia?
"Kau bisa terkena flu jika duduk dibawah guyuran hujan seperti ini. Boleh aku membantumu berdiri?"
Wanita itu mengulurkan tangan kanannya untuk membantu si pria berdiri. Tapi hanya tatapan bingung yang bisa diberikannya sebagai jawaban untuk pertanyaan wanita itu.
***
Pria itu masih penasaran dengan yang dilihatnya. Ia kembali mengikuti jejak kaki yang ditinggalkan si wanita.
Apa yang dia lakukan di tempat ini? Kenapa dia bisa ada disini?
"Tu.. tunggu sebentar!"
Wanita itu menghentikan langkahnya. Ia menutup kembali payung berwarna kuning yang sejak tadi melindunginya dari terik matahari. Meskipun saat ini musim semi tapi teriknya matahari bukan main panasnya.
"Eh? Kau.. yang waktu itu kan?"
Dia terlihat kaget bisa bertemu dengan sosok pria yang berada dibawah guyuran hujan waktu itu. Sebuah takdirkah? Ah... mungkin hanya sekedar kebetulan. Fikiran seperti itu berputar didalam kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain-Carnation
RomanceUntuk nafas yang masih berhembus dan untuk jantung yang masih berdetak didalam tubuhku, kata terima kasih juga masih tidak cukup untuknya. Sejak awal aku sudah tahu tidak akan bisa berhasil melalui semua ini tapi eonni merubah semua keputus-asaan me...