Setelah menyelesaikan urusannya di Sekolah para bungsu, maka Doyoung melanjutkan kegiatannya, yakni menjemput Ten dan Winwin ke bandara. Keduanya kebetulan sama-sama kembali ke Santmutz hari ini, dan memiliki waktu kedatangan yang hampir sama.
"Ten, Winwin!" ujar Doyoung melambaikan tangan saat melihat kedua sepupunya itu di pintu kedatangan.
Yang dipanggil hanya bisa tersenyum, dan menarik koper barang mereka berjalan menuju Doyoung. Ketiganya berpelukan, sedikit selebrasi akan kerinduan mereka.
"Bagaimana kabar kalian?"
"Cukup baik, kalau kau?" tanya Ten santai.
"Seperti yang kau lihat" jawab Doyoung.
Winwin yang ditanyai juga hanya bisa menjawab dengan senyuman di wajahnya yang mengisyaratkan jika ia juga baik-baik saja.
"Ayo kita kembali ke Istana, kurasa Tante Tiffany dan Tante Victoria sudah menunggu, aku tidak mau mereka marah padaku jika aku membawa kalian terlambat ke Istana" ucap Doyoung.
Ten dan Winwin yang diajak pun hanya bisa mengiyakan, keduanya tidak banyak bicara mungkin karena efek jetlag.
"Oh iya kak, apa kak Taeil juga sudah datang?" tanya Winwin sesaat sebelum mereka sampai di mobil.
"3 hari lagi ia akan kembali, dan masa kita menjadi pangeran akan benar-benar dimulai" ujar Doyoung.
Ten dan Winwin hanya diam mendengarkan ucapan Doyoung, sepertinya mereka sedang berkompromi dengan otak masing-masinh mengenai hal yang akan dilakukan selama 7 bulan ke depan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pinggiran Kota Santmutz, 10.00 A.M
Mungkin banyak yang penasaran apa hal yang dilakukan Jungwoo. Tidak ada yang tahu sebenarnya apa saja kegiatan Jungwoo diluar Istana, kecuali saat adik-adiknya memergokinya bekerja di Cafe Eunseo. Tapi ada hal lain rupanya, ternyata selama ini Jungwoo menjadi sukarelawan pengajar masyarakat kurang mampu. Jika ditanya hal ini diwarisi dari siapa? Tentulah jawaban Ibunya Sooyoung.
Saat ini Jungwoo mendatangi perumahan masyarakat pinggiran Kota Santmutz, dengan keadaan rumah penduduk yang padat dan kondisi ekonomi yang bisa dikatakan cukup tapi kurang memenuhi standar kehidupan, dan tujuan Jungwoo saat ini adalah rumah kecil yang dijadikannya sekolah untuk mengajar anak-anak daerah tersebut.
"Benarkah kak James akan meninggalkan kita?" ucap gadis kecil.
Jangan heran jika Jungwoo masih dipanggil James, diluar Istana Jungwoo mengakui dirinya sebagai James, agar tidak ada yang tahu status pangerannya.
"Aku akan sangat sedih dan merindukan kak James" ujar anak lelaki.
"Aku juga, tak bisakah kak James tetap disini?" pinta gadis lainnya.