Falih Ahmad. Namaku. Aku hanyalah seorang anak lelaki biasa. Kelas sepuluh ipa. Ipa 2. Dan aku tidak bisa terbang. Sama seperti pada umumnya.
Namun, aku memiliki hal yang tidak lumrah pada remaja seusiaku. Aku... Terbiasa berpikir dewasa. Setidaknya itu menurut guru-guruku.
Aku terbilang aktif di sekolah. Aku ikut OSIS, Rohis, klub musik, dan klub menulis. Semuanya aku minati. Tidak ikut-ikutan teman.
Di OSIS, aku mendapatkan banyak sorotan dari kakak kelas. Karena kecemerlanganku. Tidak ada yang bisa mengalahkanku dalam berdebat. Dan itulah kunci utama menjadi seorang anggota osis disini.
...
Pagi yang cerah. Seperti biasa ku isi dengan setiap hal yang membuatku senang. Lebih tepatnya bahagia. Karena menurutku senang dan bahagia memiliki arti yang sangat berbeda.
Sekolah masih sepu pukul 06.25, aku masih sendirian di kelasku. Ada beberapa orang siswa di luar sana. Kebanyakan kelas duabelas. Mereka terlihat sibuk. Kesana kemari, entah sedang melakukan apa.
Sambil menunggu teman-temanku datang. Aku membaca Al-Quran setiap pagi. Berusaha meng-khatam-kannya setiap bulan. Maka aku membacanya satu juz sehari. Dan itu tidak sulit. Terlebih jika mushaf yang kubaca tidak memiliki terjemahan.
Satu persatu temanku mulai berdatangan. Suara hentakan sepatu mulai terdengar. Sudah pukul 06.40, dan aku selesai membaca tujuh halaman. Biasanya aku sambung nanti. Di istirahat pertama, sambil mengerjakan sholat dhuha.
Di sekolahku memang ada dua istirahat. Istirahat pertama untuk ke kantin. Dan itu biasanya jam 10. Istirahat kedua untuk sholat dzuhur. Ketika waktu dzuhur telah tiba. Namun aku biasa menghabiskan waktu istirahat pertamaku di masjid. Bertadarus dan sebagainya. Lalu baru makan di istirahat kedua, karena waktu istirahatnya juga lebih panjang.
Selesai membaca Al-Quran, ku lanjutkan dengan membaca novel. Kali ini aku membawa novel dari novelis ternama di Indonesia. Daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Karya Tere Liye yang satu ini memang sangat kusukai. Semua kisah kehidupannya masuk akal. Tidak ada yang berlebih-lebihan. Setidaknya itu menurutku.
...
Jam pertama akan dimulai. Pelajaran yang sangat kusukai. Pendidikan Agama Islam. Ini akan sangat seru. Menurutku. Selain banyak pengetahuan yang akan menambah wawasanku tentang Islam, gurunya pun sangat asyik ketika mengajar.
Pagi itu kami membahas tentang bab nikah. Munakahat. Aku jadi tau tentang rukun nikah yang sebenarnya. Secara syariah ternyata hanya perlu lima. Calon suami, calon istri, wali, dua orang saksi, dan ijab qobul.
Kapan aku nikah? Secepatnya. Haha.
...
Tak terasa waktu pulang telah tiba. Tepat pukul tiga sore. Walau sebenarnya kurang tiga menit sepuluh detik. Bel berbunyi keras. Semua siswa berhamburan menuju tempat parkir. Lantas memacu motornya yang entah kemana. Entah langsung pulang, atau lanjut main.
Tapi aku berbeda. Aku dengan beberapa siswa kelas sepuluh lainnya bergegas menuju kelas tempat kami biasa kumpul OSIS. rutinitas kami di hari senin dan rabu. Ya, hari ini hari rabu. Kami mengenakan batik sekolah yang berlatar biru tua.
Ada dua senior yang masuk. Kang Dian dan Teh Giovani. Lantas aku memimpin salam.
"Sikap!" Semua duduk, lalu menghentakan kaki tiga kali.
"Sebelum memulau kegiatan, alangkah baiknya kita berdoa. Untuk senior tingkat tiga harap menyesuaikan." Kebetulan yang hadir hanya senior tingkat tiga. Kelas duabelas.
"Siap!" Sahut kang Dian dan teh Gio.
"Berdoa mulai!" Kami berdoa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Kelas senyap sejenak.
"Berdoa selesai!"
Semuanya duduk dengan rapi. Ada sekitar empat puluh tiga orang junior di kelas ini. Semuanya duduk berpasangan. Hanya aku yang sendirian. Duduk di kursi paling belakang.
Kang Dian memulai materi hari ini. Topiknya mengenai tanggung jawab OSIS di sekolah. Tanggung jawab keseluruhan dan persekbid -seksi bidang- yang ada di dalam struktur organigram OSIS sekolah ini.
Seperti biasa aku mendengarkan setiap materi penuh antusias. Aku mengerti semua tugas yang harus kami kerjakan dan yang harus kami hindari. Semua ini sangat mudah bagiku.
"Oke, sekarang akang mau ngasih satu pertanyaan. Jika ada yang bisa menjawab, akang kasih hadiah." Kang Dian mengeluarkan benda kecil dari sakunya.
Pin OSIS!. Teriakku dalam hati.
"Pertanyaannya hanya satu. Penting mana antara kewajiban dan amanah?"
Kelas dengan pencahayaan yang redup itu lengang untuk waktu yang cukup lama. Semuanya berpikir keras. Untuk mendapatkan pin OSIS memang tidak mudah. Kami harus mengikuti beberapa tahap tes yang sangat sulit dan melelahkan. Karena itulah kami sangat bersemangat ingin menjawab pertanyaan ini.
Semua orang telah menjawab. Namun belum ada yang tepat alasannya. Itulah bagian tersulitnya. Alasannya harus tepat dengan pilihan kita. Termasuk aku, aku sudah mencoba duakali. Dan itu gagal.
Aku memtuskan untuk menjawab sekali lagi. Dan jika gagal, aku akan diam. Ini yang terakhir.
"Jawabannya amanah. Kenapa amanah? Karena kita adalah organisasi. Organisasi yang mengurus sebagian urusan di sekolah ini. Dan amanah, itu sangat penting bagi kita. Sebagai anggota organisasi ini kita harus amanah. Kepercayaan seluruh warga sekolah adalah hal yang utama bagi kita."
Semua orang terdiam mendengar kalimatku. Aku duduk dengan tenangnya. Kang Dian masih terlihat kagum memandangiku. Begitu pula dengan yang lainnya. Aku menghela napas panjang. Jikapun salah, setidaknya aku sudah mencoba dengan jumlah ganjil. Allah lebih menyukai bilangan ganjil.
"Tiga tahun akang mencari jawaban ini." Kang Dian memujiku. Matanya masih berbinar. Kagum.
"Kamu selalu seperti itu. Pemikiranmu selalu diatas rata-rata. Pertahankan semua itu. Tetapi ingat, jangan sombong dan selalu lah menghargai orang lain." Kang Dian menghampiriku. Dia memberikan pin OSIS kepadaku. Memasangkannya di kerahku sebelah kanan.
Semuanya bertepuk tangan. Menatapku kagum. Aku tak akan lupa nasehat Kang Dian.
...
Jawabanku waktu itu, mengubah kehidupanku. Aku yang pada awalnya penyendiri, kini membuka diri untuk berteman dan bersahabat. Dengan setiap orang. Siapapum dia. Aku tak akan pernah keberatan berteman dengan siapapun.
---
![](https://img.wattpad.com/cover/118651173-288-k784040.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepotong Kisah Kehidupan
Short Story#1 Sehari Kumpulan cerpen yang semoga menginspirasi. walaupun bukan kisah nyata semuanya, semoga bisa bermanfaat bagi para pembacanya. 😊