[Langit] - Eksponen dan Elegi

798 83 14
                                    

Sekarang tanggal tujuh belas. Langit dan Lintang sedang berbelanja untuk mengisi kulkas mereka yang kosong. Langit yang sudah masuk kuliah, memutuskan untuk menghemat karena ia banyak keperluan lain.

Lintang sendiri yang masih kelas 12 memilih berbelanja buku juga. Tapi bukan buku SBMPTN atau kisi-kisi UN, malah buku-buku cinta yang menurut Langit amat-sangat-tidak-penting-sekali.

Berlebihan memang, tapi lihat saja judul yang dibeli Lintang.

"Jurus Mencuri Hati Lelaki"

"Jalan Menuju Hati"

"Ketua Osis vs Si Cantik"

"When You Find The Love"

"Badboy and Goodgirl"

Langit melongo melihat itu semua. Matanya hampir saja tercongkel keluar andai Lintang tak menariknya menuju kasir.

"La, aku suka deh cerita bad boy sama ketos gitu. Cool ya."

'Keren dari comberan!'

Langit bukan membenci jenis roman macam itu. Tapi, aneh saja. Kenapa harus anak nakal atau ketua OSIS? Memang anak sekolahan hanya itu saja?

Langit mempunyai teman. Ia merupakan anak Rohis yang taat. Tapi banyak saja tuh yang mengejarnya. Contoh lain temen perempuannya. Ia merupakan perempuan berhijab, ketua klub Bahasa Inggris. Banyak yang mengejarnya lantaran ia manis dan baik.

Adalagi temannya anak KIR*. Ia berprestasi di bidang akademik mata pelajaran Fisika. Wajahnya tidak terlalu tampan, tapi banyak yang memperebutkannya. Satu yang menjadi pelajaran hidup Langit.

Bahwa hidup tak seindah novel.

•••

Elegi dari Pujangga

Pucuk pucuk kecil telah tumbuh
Pada waktu senja mengubah jingga menjadi merah
Gemilang bintang terhampar
Melintasi ratusan meteorid yang hendak mampir ke bumi

Wahai pujangga tak bernama
Bahasamu sedalam lautan
Kiasanmu seerat sendi
Rayuanmu sehangat mentari

Wahai pujangga tak bernama
Venus saja kalah terang darimu
Jupiter saja kalah mengagumkan darimu
Dan merkurius kalah dekat darimu

Wahai pujangga tak bernama
Ilalang saja hendak mengayun
Rumput saja hendak bergoyang
Padi saja hendak merunduk

Maka, tolong ....
Jangan buat aku melambung
Aku takut ....
Nanti terjatuh

"Langgg ...."

Langit tersentak. Kursi belajarnya terdorong sedikit dan hampir terjungkal.

Suara Lintang yang mencarinya hampir saja menggoreskan tinta di atas puisinya. Puisi yang baru saja dibuatnya.

Brak!

"Langgggggggggg!!!!"

"Ajarin aku eksponen huaaaaaaa!!!"

Jeritan Lintang begitu menyakitkan. Efek dari soal terkutuk-eksponen-dan-menstruasi membuatnya jadi seperti orang kesurupan.

"Ini aku nggak paham ah!"

Astaghfirullah

Terlihat berbagai soal eksponen di buku Lintang. Jumlahnya ada lima soal. Masih termasuk mudah bagi Langit.

"Udah ngerti belum?" tanya Langit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Udah ngerti belum?" tanya Langit.

Lintang menggaruk kepalanya, berusaha memahami eksponen. "Udah sih. Tapi ...."

"Kenapa? Ini pelajaran kelas sepuluh tau."

"Aku kan nggak suka Matematika Lang! Aku masuk MIPA tuh karena ada Biologi doang hehehe."

"Jadi intinya gini, kamu samain dulu angkanya. Kayak ini, misal ini 4 sama 16. Nah bisa juga kamu pake 4 pangkat 1 sama 4 pangkat 2. Tapi, empat itu masih bisa diakarin lagi. Ngerti?"

Lintang menggelengkan kepalanya.

"Yaudah nggak usah dipaksa deh."

Langit langsung turun dari kasurnya dan meningglkan Lintang.

'Kok jadi marah ya?', batin Lintang sambil mengikuti Langit.

Eksponen

Wahai syahdu angka laknat
Kumpulan baris tak bertuan
Jiwa muda yang membara dalam
Tolong, bantu kami

Eksponen jiwa tak bernyawa
Hanya kumparan angka tak bermakna
Satu poros, kau ujar
"Inikah angka sulit itu?"

Kami hanya tergolek
Bergeming melihat gemuruh soal
Tak tahu apa yang diajarkan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa itu
Laksana eksponen tak bertuan

Kami ini anak IPA!
Jiwa kami membakar dada
Berujung pada satu titik dalam matematika
Haruskah kami belajar?

Harus!
Mau jadi apa negeri ini
Jikalau pemuda layaknya kucing jalanan
Hanya meluntang tanpa arah

Kami ini satu
Berpadu layaknya eksponen
Bisa dipecah jua layaknya eksponen
Maka dari itu, kami belajar

Menjadi anak yang pandai
Dan menjadi bangsa yang satu

🐾🐾🐾

Catatan:
- KIR : Karya Ilmiah Remaja

HAPPY INDEPENDENCE DAY 💞💞💞

SATU DARAH MENJADI SATU NADI
SATU NADI MENJADI SATU TUBUH

SEMOGA INDONESIA JAYA TERUS

Spesial HUT RI ke 72 tahun, double puisi. Wkwk itu tanggal 17 gak sengaja yaaaaa ...

Sil, with more love (so much)

😘😘😘👌

Biru dan Langit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang