C O M P L E T E D
15+
"Jatuh cinta itu mudah, yang sulit itu, hanya pada siapa kita bermuara?"
Biru Andani menyukai dua hal, buku dan cokelat. Sedangkan Langit Antara, menyukai tiga hal; awan, hujan dan biru. Langit selalu menatap awan, berharap cem...
Sekarang tanggal tujuh belas. Langit dan Lintang sedang berbelanja untuk mengisi kulkas mereka yang kosong. Langit yang sudah masuk kuliah, memutuskan untuk menghemat karena ia banyak keperluan lain.
Lintang sendiri yang masih kelas 12 memilih berbelanja buku juga. Tapi bukan buku SBMPTN atau kisi-kisi UN, malah buku-buku cinta yang menurut Langit amat-sangat-tidak-penting-sekali.
Berlebihan memang, tapi lihat saja judul yang dibeli Lintang.
"Jurus Mencuri Hati Lelaki"
"Jalan Menuju Hati"
"Ketua Osis vs Si Cantik"
"When You Find The Love"
"Badboy and Goodgirl"
Langit melongo melihat itu semua. Matanya hampir saja tercongkel keluar andai Lintang tak menariknya menuju kasir.
"La, aku suka deh cerita bad boy sama ketos gitu. Cool ya."
'Keren dari comberan!'
Langit bukan membenci jenis roman macam itu. Tapi, aneh saja. Kenapa harus anak nakal atau ketua OSIS? Memang anak sekolahan hanya itu saja?
Langit mempunyai teman. Ia merupakan anak Rohis yang taat. Tapi banyak saja tuh yang mengejarnya. Contoh lain temen perempuannya. Ia merupakan perempuan berhijab, ketua klub Bahasa Inggris. Banyak yang mengejarnya lantaran ia manis dan baik.
Adalagi temannya anak KIR*. Ia berprestasi di bidang akademik mata pelajaran Fisika. Wajahnya tidak terlalu tampan, tapi banyak yang memperebutkannya. Satu yang menjadi pelajaran hidup Langit.
Bahwa hidup tak seindah novel.
•••
Elegi dari Pujangga
Pucuk pucuk kecil telah tumbuh Pada waktu senja mengubah jingga menjadi merah Gemilang bintang terhampar Melintasi ratusan meteorid yang hendak mampir ke bumi
Wahai pujangga tak bernama Bahasamu sedalam lautan Kiasanmu seerat sendi Rayuanmu sehangat mentari
Wahai pujangga tak bernama Venus saja kalah terang darimu Jupiter saja kalah mengagumkan darimu Dan merkurius kalah dekat darimu
Wahai pujangga tak bernama Ilalang saja hendak mengayun Rumput saja hendak bergoyang Padi saja hendak merunduk
Maka, tolong .... Jangan buat aku melambung Aku takut .... Nanti terjatuh
"Langgg ...."
Langit tersentak. Kursi belajarnya terdorong sedikit dan hampir terjungkal.
Suara Lintang yang mencarinya hampir saja menggoreskan tinta di atas puisinya. Puisi yang baru saja dibuatnya.
Brak!
"Langgggggggggg!!!!"
"Ajarin aku eksponen huaaaaaaa!!!"
Jeritan Lintang begitu menyakitkan. Efek dari soal terkutuk-eksponen-dan-menstruasi membuatnya jadi seperti orang kesurupan.
"Ini aku nggak paham ah!"
Astaghfirullah
Terlihat berbagai soal eksponen di buku Lintang. Jumlahnya ada lima soal. Masih termasuk mudah bagi Langit.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Udah ngerti belum?" tanya Langit.
Lintang menggaruk kepalanya, berusaha memahami eksponen. "Udah sih. Tapi ...."
"Kenapa? Ini pelajaran kelas sepuluh tau."
"Aku kan nggak suka Matematika Lang! Aku masuk MIPA tuh karena ada Biologi doang hehehe."
"Jadi intinya gini, kamu samain dulu angkanya. Kayak ini, misal ini 4 sama 16. Nah bisa juga kamu pake 4 pangkat 1 sama 4 pangkat 2. Tapi, empat itu masih bisa diakarin lagi. Ngerti?"
Lintang menggelengkan kepalanya.
"Yaudah nggak usah dipaksa deh."
Langit langsung turun dari kasurnya dan meningglkan Lintang.
'Kok jadi marah ya?', batin Lintang sambil mengikuti Langit.
Eksponen
Wahai syahdu angka laknat Kumpulan baris tak bertuan Jiwa muda yang membara dalam Tolong, bantu kami
Eksponen jiwa tak bernyawa Hanya kumparan angka tak bermakna Satu poros, kau ujar "Inikah angka sulit itu?"
Kami hanya tergolek Bergeming melihat gemuruh soal Tak tahu apa yang diajarkan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa itu Laksana eksponen tak bertuan
Kami ini anak IPA! Jiwa kami membakar dada Berujung pada satu titik dalam matematika Haruskah kami belajar?
Harus! Mau jadi apa negeri ini Jikalau pemuda layaknya kucing jalanan Hanya meluntang tanpa arah
Kami ini satu Berpadu layaknya eksponen Bisa dipecah jua layaknya eksponen Maka dari itu, kami belajar
Menjadi anak yang pandai Dan menjadi bangsa yang satu
🐾🐾🐾
Catatan: - KIR : Karya Ilmiah Remaja
HAPPY INDEPENDENCE DAY 💞💞💞
SATU DARAH MENJADI SATU NADI SATU NADI MENJADI SATU TUBUH
SEMOGA INDONESIA JAYA TERUS
Spesial HUT RI ke 72 tahun, double puisi. Wkwk itu tanggal 17 gak sengaja yaaaaa ...