[Biru] - Ternyata Dia

806 74 13
                                    

Music : Complicated - Dimitri Vegas & Like Mike;David Guetta

•••
Biru lagi-lagi menegak minumannya dengan kasar. Membuat Guntur yang sedang bermain sepak bola mengarahkan bolanya ke arah Biru.

Bola hitam putih itu mengenai kaki Biru, membuat Biru tersentak-hampir tersedak-kalau saja ia tak segera menjauhkan botolnya dari mulutnya.

"Hei!" seru Biru tak terima.

Guntur nyengir tak jelas sambil berlari ke arahnya. Pemuda berkaos lengan panjang itu mengucurkan banyak keringat. Rambut hitam legamnya lepek dibawah sinar jingga.

Pohon angsana bertiup pelan. Membawa kuncup-kuncup kemuning itu pergi tertiup angin.

Biru hanya mendesah, melihat trotoar yang penuh sesak dengan pedagang kaki lima.

"Capek?" tanya Biru pada Guntur.

Si Minang hanya nyengir tak karuan. "Capek Ruu..." keluhnya manja.

"Ayo pulanglah. Sudah nak tenggelam itu matahari."

"Sebentar."

Guntur berlari ke arah penjual es doger. Es berwarna merah muda itu menggugah selera haus Guntur.

Lalu, Guntur juga membeli sekantong gorengan isi bakwan, tahu isi, tempe, oncom, dan pisang goreng.

"Allahu Akbar!" seru Biru begitu Guntur kembali. Dua tangannya begitu penuh dengan mulut yang tersumpal bakwan.

"Kau lapar atau rakus?"

"Lapwarrr..."

"Halah. Cepatlah habiskan itu. Boleh balik cepat."

Guntur duduk disisi kanan Biru. Mengipaskan tangannya yang bebas setelah menaruh kantung gorengannya di bangku.

Sepoi angin begitu sejuk, membuat Guntur terbuai. Hampir terlelap andai kata Biru tak menepuknya.

"Saya mau ajak kau balik. Bukan tidur! Nanti tidurlah kau di rumah!"

Biru lekas mengenakan jaket denim yang ia lepas tadi. Lalu mengayun-ayunkan kunci motornya sambil setengah menyeret badan besar Guntur.

Ia bergegas akan pulang, andai saja celetukan Guntur tak membuatnya mengurungkan niat.

"Masih macet. Nanti sajalah."

"Putar arahlah. Lewat sekolah kita dulu."

Guntur dan Biru berboncengan menaiki motor ninja itu. Motor milik Ayah Biru itu sudah menemani mereka kurang lebih dua tahun.

Mereka berkelok, masuk gang sempit. Sampai di pertigaan sekolah mereka dulu. Lalu sepintas, Guntur melihat sebuah mobil hitam.

Mobil itu hendak menuju sekolahnya juga. Lalu berhenti setelah motor Biru berjarak dua meter dibelakangnya.

Biru dan Guntur melebarkan matanya tatkala si empunya turun dari mobil. Seorang laki-laki berkemeja merah marun dan seorang gadis yang betul-betul dikenali oleh mereka.

"Woy! Biru sama Guntur kan? Gila masih bareng aja kalian!" Laki-laki berkemeja itu dengan santai bercanda ria tanpa tahu perubahan suasana disekitarnya.

"Hal-lo."

Biru tersentak, begitu pula dengan Guntur. Begitu menyadari, Guntur langsung turun dari mobil. Ia melepas helmnya lalu beranjak pergi ke arah si lelaki.

Biru menduga akan terjadi perkelahian. Ia menyusul Guntur sampai saat itu Guntur ternyata menjabat tangan si lelaki.

"Lama gak jumpa ya Al."

"Eh. Iya Tur."

"Lu juga ... Lintang."

Ada nada pedih dipengucapan nama gadis itu. Biru tahu, masa lalu mereka begitu kelam. Hingga Guntur maupun gadis itu tak mau mengungkitnya. Begitu juga dengan Biru.

"Kalian ngapain di sini?" tanya Biru mencairkan suasana.

"Oh, gue sama Lintang mau mampir aja ke sekolah. Mumpung libur Sabtu ini. Kebetulan ketemu sama kepsek tadi."

"Wah gila. Lu kerja atau kuliah Al?" Kali ini giliran Guntur yang bertanga dengan nada kelewat ceria.

"Kerja Tur," jawab Al kelewat kalem.

"Hebat! Kerja di mana?" tanya Biru.

"Repair shop punya om gue. Kebetulan gue juga suka mekanik."

"Mobil lu?"

Nada itu terlempar begitu sinis. Biru menyadari, mungkin juga Al. Tapi lelaki yang pernah menjadi The most wanted di sekolahnya dulu itu hanya tersenyum simpul.

"Bukan. Punya om gue."

"Wah gue kira punya lu. Tak ganti mobil lagikah?"

Biru hampir melangkah andai kata Al tak mengodenya lewat tangan. Kali ini Guntur telah keterlaluan.

"Hahaha gak kok Tur. Udah insyaf gue."

"Syukurlah."

Dan Biru segera menyeret Guntur pergi. Gadis itu tetap bergeming, tanpa mengucap satu kalimatpun. Begitu juga dengan Al, lelaki yang dulunya paling kaya di sekolahnya itu hanya menatap kosong deruman motor Biru.

Langit senja menjadi saksi. Atas kemenangan serentak seorang Guntur Prakarsa. Yang mana dulu pernah dipermalukan oleh lelaki berkemeja marun itu.

🐾🐾🐾

Yippiiiiii...

Alhamdulillah lancar nulis :)

Biru dan Langit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang