Hari Minggu ini Langit dan Lintang sudah berencana lari pagi. Namun naas, kejadian kala hari Jum'at terulang. Kali ini pelakunya bukan Langit, melainkan Lintang sendiri.
Akhirnya mereka terdampar lagi di dapur dengan dua gelas berisi susu ovaltine. "Mager* mau ngapain ya?"
Lintang mendesis, merasa Minggu ini membosankan karena Mama dan Papa sibuk mengurusi pernikahan saudaranya. Memasak pun bosan, rumah sudah tertata rapi.
"Jalan yuk!" ajak Langit kepada Lintang.
Kepala Lintang terangkat, "Ke mana?!" serunya dengan semangat.
"Kedai es krim aja deket sekolah kamu. Kata kamu disitu enak, Aku pengen rasain."
"Yahh, kirain ke mall gitu. Shopping-shopping cantik. Tapi, bolehlah."
"Ya udah sana mandi. Aku mau ganti baju dulu."
Langit dan Lintang berangkat dengan mobil Langit. Mobil pemberian atas keberhasilannya sebagai anak akselerasi sewaktu SMA lalu.
Mereka berangkat sekitar pukul sembilan pagi. Seperti dugaannya, keadaan Jakarta macet parah. Mereka terjebak macet selama kurang lebih dua puluh menit. Jam sepuluh kurang, mereka sampai.
"Lin, aku mau ke seberang dulu. Kamu mau ikut atau duluan?"
"Ikut aja La. Aku mau beli air mineral di minimarket situ."
Mereka menjulurkan tangannya ke depan, memberi tanda bahwa mereka akan menyebrang. Langit masuk ke dalam toko alat tulis karena ia ingat persediaan pulpennya habis.
Lintang sendiri masuk ke dalam minimarket. Langit yang sudah selesai keluar dari toko itu, lalu menunggu Lintang tepat di depan minimarket.
Selang lima menit, Lintang keluar. Tapi ia tak sendiri, ia bersama seorang lelaki yang dirasa Langit pernah ia lihat.
'Ah, itu cowok Batak yang suka bareng Gun ... Gun siapa ya?'
Langit mencoba mengingat. Namun, tepukan di pundaknya membuat ia terpe,o.g,rangah. "La, kenalin temenku."
Lintang tersenyum canggung, Langit yang tak mengerti keadaan langsung saja mengulurkan tangannya. "Langit Antara."
"Biru Andani." Ucapannya tegas dan berkharisma. Sesuatu dalam diri Lagit bergejolak, tak mengerti kenapa.
"Eh, kamu yang waktu itu bukan? Yang sering bareng siapa itu, Gun ... Gun siapa ya?"
"Guntur?" tanya Biru memastikan.
"Ah iya Guntur. Sekarang sendiri?"
Biru bukannya menjawab malah menatap ke arah Lintang. Disampingnya, Lintang seperti orang yang sedang menahan tangis.
"Eh, udah yuk. Ruu, aku sama Langit duluan ya. Kita mau makan dulu di kedai."
"Loh, saya juga makan di sana."
Langit berbinar, "Wah kebetulan banget. Bareng aja yuk!" ujar Langit menarik tangan Lintang. Biru mengikuti mereka berdua dari belakang.
Biru mendahului dan segera memberi tanda di mana ia duduk. Lintang saat itu terpaku, melihat Guntur Prakarsa dengan santainya duduk di sana. Seharusnya Lintang sudah menduga ini.
Lain Lintang, lain pula dengan Langit. Langit terkejut, ia kira diamnya Biru menandakan bahwa laki-laki itu sendiri.
"Hai!" sapa Langit kepada Guntur.
Guntur mendongak, terkejut menemukan wajah perempuan yang pernah meminjamkannya catatan Bahasa Indonesia.
"Hai! Langit kan?"
"Iyups! Gila aku—well, gue nggak nyangka kita bakal ketemu di sini."
Langit berujar dengan canggung, lalu tawa Guntur berderai begitu saja. "Santai Lang. Pake aku-kamu aja kalau emang nggak nyaman."
"Modus." cibir Biru.
"Heh, den ini tak modus. Kalau Langit memang nyaman dengan aku-kamu kenapa harus pakai lu-gue. Kita saja pakai saya-kau." jelas Guntur panjang.
Langit tertawa, ia segera duduk disamping Guntur, Lintang sendiri duduk diantara Langit dan Biru.
Guntur berdeham, semua hening. Langit yang tak mengerti hanya cuek saja. "Kalian udah pesan?" tanya Langit.
"Udah," jawab Guntur dan Biru berbarengan.
"Oh, kalau gitu aku pesan dulu ya. Kamu mau apa Lin?"
Lintang mengerutkan dahinya, "Eh, aku ikut kamu aja."
"Ah nggak usah. Aku aja yang pesan. Mau apa?"
"Hmm, vanilla pake toping almond aja."
"Makannya?" tanya Langit.
"French fries yang kecil aja satu."
"Sip."
Langit berjalan menjauhi mereka bertiga. Seketika keadaan sunyi lagi. Kemudian, Guntur berdeham lagi dan menegakkan tubuhnya yang tadi bersender pada kursi.
"Dia siapa?" tanya Guntur pada Lintang.
"Langit," jawab Lintang.
Guntur memutar bola matanya, "Iya gue tau dia Langit. Maksud gue siapa lu? Kok bisa bareng."
"Kembaran saya."
'Anjrit! Dunia sempit amat ya. Eh tapi kalau kembaran, kok bisa beda sekolahnya?'
"Kembaran? Kalian beda tingkat sekolah."
Kali ini Biru angkat bicara. Kemudian Biru memandang Guntur. Lelaki itu nampak tenang dari biasanya.
"Iya, Langit ikut program aksel waktu SMA. Kita juga beda SMA."
"Ohh."
Guntur hanya ber'oh'ria, dan Biru hanya menganggukkan kepalanya.
'Pantes aja tulisannya berkelas gitu. Taunya anak aksel.'
"Permisi mas, mbak. Rainbow ice, cheese burger, chocolate ice, spaghetti bolognese atas nama Mas Biru ya? Adalagi yang kurang atau ingin ditambah?" Pramusaji kedai itu datang memotong apa yang ingin mereka bicarakan.
Biru hanya menggeleng sopan, "Nggak mbak. Ini aja makasih."
"Silahkan dinikmati. Semoga Mas dan mbaknya suka dengan apa yang kami sajikan." Pramusaji itu undur diri dengan senyum sopannya.
Keheningan lagi-lagi melanda. Tiga anak adam itu hanya terdiam. Biru yang mengambil es krim dan dua burgernya. Guntur yang menyeret perlahan mangkok es krim dan piring spagetinya.
Hening ....
🐾🐾🐾
Catatan:
Mager : akronim dari males gerakFyuhhhh .... Akhirnya aku lagi dan lagi khilaf. Enam chapter terakhir always diatas 640 words. Bahkan dua chapternya nyentuh angka 900 dan satu chapter nyentuh 1k words. Entah kenapa, feel aku ilang tapi malah lancar nulisnya. Aku emosi mak! Wakakkaakk aneh emang.
Aku abis buat video like trailer or whtvr lah. Chapter ini di post sekitar empat hari sesudah aku buat video. Jadi ketika kalian baca ini udah empat hari lalu Aku buatnya :v.
Nanti kalau khilaf aku masukin di sini. Berhubung aku gaada channel yutub, jadi ya gitu. Nunggu aja deh 😝👌. Atau kalau lagi baik Aku share via instagram. Bukan maksud cari followers, tapi kalau kalian mau liat emg harus follow dulu wkwkwk.
Bukan sok ngartis pake privat-privat segala. Aku cuma gamau ada orang yang asal liat fotoku. Wkwkwk
Sekian. Btw ini 900 words karena curhatan panjangku. See you again
Sil, (with more love 🌺🌺🌺)
KAMU SEDANG MEMBACA
Biru dan Langit ✔
Ficção GeralC O M P L E T E D 15+ "Jatuh cinta itu mudah, yang sulit itu, hanya pada siapa kita bermuara?" Biru Andani menyukai dua hal, buku dan cokelat. Sedangkan Langit Antara, menyukai tiga hal; awan, hujan dan biru. Langit selalu menatap awan, berharap cem...