[Langit] - Ranya

621 52 0
                                    

Music : Everything At Once - Lenka

•••

Langit menyetir mobilnya perlahan. Matahari telah melewati batas ubun-ubun manusia. Sudah lewat dari jam satu siang tapi mereka masih berputar mengelilingi kota Jakarta.

"Jungle Land yuk."

"Udah jam satu. Ntar mainnya bentar doang lagi."

Langit terkekeh, "Kan tutup jam enam. Ayolah. Mau ya."

"Pulang aja deh La. Aku mau buat puding susu."

"Lah, tumben kamu mau ngepuding. Kenapa?"

Lintang memiringkan badannya, "Kenapa?" tanyanya balik ke Langit.

"Kesambet?"

Lintang memutar bola matanya, "Yakali gitu."

"Yaudah deh pulang. Tapi mampir bentar ke tempat Ranya ya. Mau minjem blazer dia."

"Kamu bukannya punya?"

"Ah nggak. Aku adanya cardigan. Kalo blazer nggak ada."

"Emang buat apa?" tanya Lintang.

"Buat dipake."

"Ya iyalah Langit Senja Antara. Kali gitu buat keset rumah!"

"Nah, itu tau."

"Innalillahi, kita kembar tapi nggak sehati ya."

"Kalau sehati kembar siam dong."

Lintang menampilkan raut bingung, sedetik kemudian ia tersadar. "Bodo amat deh."

Langit melajukan mobilnya dengan kecepatan standar. Melewati ruas jalan besar membuat ia dan Lintang terjebak macet. Kacamata hitamnya melorot, hingga membuat Langit membenarkan letaknya.

Hari ini, siang begitu menyengat. Tak main-main matahari memancar begitu terik. Entah karena faktor kurangnya pepohonan, atau sinar yang begitu panas, keringat mengucur bahkan setelah Langit menghidupkan AC mobilnya.

"Panas. Pulang aja yuk."

Lintang mengeluh. Ia telah menjepit rambutnya ke atas. Lehernya basah akibat keringat. Langit sendiri menguncir satu rambutnya.

"Iya ini pulang aja. Tapi mampir dulu ke minimarket. Soalnya stok soda di rumah abis."

Lintang menggulirkan layar handphonenya. Banyak sekali komen atas gaunnya yang saat ini ia pakai. Komen memuji, menanyakan di mana Lintang mendapatkannya, sampai komen mencela bahwa ia sok-sokan ikut trend masa kini.

"La, lihat deh. Komen ig aku lucu-lucu masa. Apalagi komennya utas-utas, masih polos-polos gemes gitu."

"Yah apalah aku yang gaulnya sama anak kuliahan. Ig Aku sepi banget hehehe."

Lintang memberikan tatapan malas, "Ya iyalah. Kamu up sebulan sekali. Sekali up tapi rame. Bahkan pas ngepost bunga aja yang komen jebol."

"Hahaha, abis Aku nggak bisa kayak kamu yang fashionista banget. Aku kan sukanya dibalik layar."

"Iya, alasannya nggak pede terus. Padahal kamu tuh kurang pede apalagi coba?"

"Hehehe."

Langit kembali menyetir ketika jalanan lumayan lenggang. Terik matahari masih terbayang, membuat peluh Langit masih setia mengalir.

"Kenapa nggak coba jadi model aja La?"

"Ihh, gak! Nggak laik* Aku."

"Ya ampun. Iya deh terserah kamu."

Langit dan Lintang menempuh sekitar lima belas menit untuk sampai di rumah dan terbebas dari kemacetan terkutuk itu.

"Capek!" ujar Lintang setelah merebahkan dirinya di sofa panjang.

"Iya. Aku mau es ahh."

"Mau!"

Jam menunjukkan pukul setengah dua. Lalu detik-detiknya terasa melambat. Akhirnya Langit memutuskan untuk ke kamar.

"Aku naik ya. Ngadem."

"Iya."

Langit menaiki tangga dengan terburu-buru hingga bunyi bergema dipenjuru rumah. Ia melepas ikatannya lalu merebahkan diri di kasur. Punggungnya terasa sakit dan pinggulnya terasa pegal.

Ia menemukan dirinya dalam keadaan lusuh. Bajunya yang kusut, rambut cokelatnya yang berantakan, entah apalagi.

"LANGIT! WOY LANGIT BUKA DONG. LANGIT INI GUE RANYA!"

Langit yang hampir memejamkan matanya, langsung tersentak. Membuat jantungnya berpacu karena terkejut.

"Astaghfirullah," ucap Langit ketika menemukan Ranya Adishwara di depan pintu kamarnya.

Perempuan itu nyengir lebar dengan tas selempang yang ia tenteng. "Langit!!! Gila tadi tebak gue ketemu siapa?"

"Nggak tau. Kenapa lu bisa ada di sini?"

Ranya berdecak, lalu mengabaikan pertanyaan Langit ia langsung menerobos masuk. "Gue tadi ketemu Guntur! Guntur Prakarsa, yang kemarin itu."

"Oh."

"Cuma oh?! Hello Langit Antara, sahabat lu Ranya Adishwara abis ketemu pangeran pujaannya tanggapan lu cuma oh? Sedih Hayati."

"Lebay," ujar Langit sambil melempar handuk ke Ranya.

"Anjir! Apa kek, bilang selamat atau apa. Langit mah tidak mengerti diriku yang berbahagia ini."

"Sumpah lu alay banget. Udah deh kalau nggak ada lagi pergi aja. Mau tidur gue."

"Males ah. Diluar panas. Numpang adem di sini. Lagian baru dibikinin es sama Lintang."

"Mimpi apa gue ketemu orang macam lu?"

"Mimpi jilat tangannya Bu Yena."

"Ya Allah."

'Untung temen ya Ran.'

"Oh iya Ran, gue pinjem blazer dong, hehe."

"Dasar! Ya udah nanti ke rumah gue ya."

🐾🐾🐾
Catatan:
Laik: plesetan dari like.

Miss me? 🙆

Sil, with more love 🍁🍁🍁

Biru dan Langit ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang