Happy reading, enjoy :*
*Jun POV*
"Aku harus mengatakannya karena rasanya seperti akan meledak" aku mendekatkan wajahku, dengan ekspresi yang sengaja ku buat serius hanya sekedar untuk membuatnya percaya kalau aku sedang bersungguh-sungguh. Setidaknya ini bisa membantu agar rencanaku berhasil kan ?
"Apa ?" Sammy terlihat bingung meskipun wajahnya tetap cantik seperti biasa. Cantik yang misterius.
"Aku menginginkanmu, sekarang juga" apa kalimatku tidak begitu jelas ? Aku melirik ke bawah tepat pada juniorku, aku yakin dia bisa melihat akibat perbuatannya dengan jelas setidaknya dia harus memikirkan konsekuensinya sebelum melakukan apapun. dia masih keras seperti sebelumnya, mengeryitkan keningnya berfikir sejenak dan mendesah singkat. Lalu membuang muka, sial !!
"Apa kau fikir kita akan melakukannya disini ?" Dia bergumam lembut tanpa menatapku, astaga Sammy aku bisa melihat dengan jelas bagaimana rona wajahmu meskipun kau mati-matian menyembunyikannya, dan itu manis sekali.
Sebelum Sammy berubah fikiran ataupun suasana hatinya berubah aku mendekatkan wajahku, menciumnya singkat lalu tersenyum, dengan jarak sedekat ini aku tidak yakin Sammy akan melihatku tersenyum puas.
"Sepertinya akan menarik"
***
*Shamanta POV*
Mereka bilang bertahan untuk tidak mengatakan perasaan cinta mu ataupun sekedar perasaan ingin memilikinya lebih sakit dari putus cinta tapi bagiku tidak, karna kau tidak akan merasa sakit saat kau sekedar melihatnya, karna kau masih bisa membuatnya baik-baik saja untuk tetap berada di dekatmu, karna kau masih bisa melihat senyuman itu tersungging di wajahnya.
Aku mengedarkan pandanganku, memperhatikan beberapa orang yang berlalu lalang, melupakan hawa dingin yang semakin menusuk tulang, seharusnya aku tidak nekat untuk keluar rumah setelah kepergian Jun, dia pergi setelah 'you know what heppend' karna mengingat sesuatu, dan aku ? Aku hanya sekedar butuh udara segar dan beberapa botol bir. Ini sangat membantu, sungguh.
Aku memperhatikan Beberapa orang yang berlalu lalang sedang tertawa cekikikan bersama temannya ataupun handphone yang mereka genggam. Anehnya mereka berhasil membuatku merasa iri, ya seharusnya aku sebahagia itu, kalau saja bukan karena pria sialan itu, Liam.
Ngomong-ngomong soal Liam dia adalah pacar pertama maaf mantan pacar pertamaku, dan dia juga cinta pertamaku, kita bertemu saat senior high school dan kita bercita-cita untuk mengambil jurusan yang sama di universitas Boston, ya cita-citanya tercapai dan aku ? Aku harus menghentikan pendidikanku dan mengurus toko bunga milik nenekku yang kini sepenuhnya di wariskan kepadaku, aku tidak sebodoh itu untuk mengakhiri pendidikanku dan mengurus toko bunga tua yang bahkan tidak ada pegawai lain selain aku sebagai pemilik toko dan pegawai, aku juga tidak miskin karna tidak bisa membayar kuliahku, atau karna hubunganku berakhir dengan Liam ? Tentu saja tidak. Dia bahkan menolak dengan tegas saat aku mengutarakan ideku padanya, tapi saat itu keputusanku sudah bulat dan aku tidak sedang meminta persetujuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
FanfictionBagaimana jika dua orang yang sedang patah hati di pertemukan ?