*Sam POV*
Suara berisik dari sebuah televisi membuatku memicingkan mata dengan terpaksa, kepalaku tiba-tiba terasa berkedut menyakitkan, sekilas aku menatap bayangan rambut putih Jun, butuh beberapa menit hingga aku benar-benar sadar dan berhasil membuka mataku meskipun terasa pedih, aku mendapati Jun yang sedang mengadahkan kepalanya keatas seperti sedang memikirkan sesuatu yang tidak akan ada jalan keluarnya bahkan aku mendengar suara erangan tertahannya saat ia mengacak rambutnya dengan kasar. Aku berada di flat Jun, tidak seperti biasanya dia membawaku kemari.
"Jun" Jun menoleh, segera berlari ke arahku saat menyadari aku sudah terbangun, aku menguap lebar tidak peduli kalau Jun akan melihat wajah jelekku saat bangun tidur. Jun bersimpuh si samping ranjang hingga kini yang terlihat olehku adalah wajahnya yang memelas dan matanya yang merah seperti tidak tidur semalaman.
"Akhirnya kau bangun juga" Jun tampak lega meskipun sedetik kemudian wajahnya kembali terlihat cemas. Aku berharap tidak terjadi apa-apa setelah apa yang terjadi kemarin. Lagi pula aku tidak akan mengampuni mereka berdua maksudku Jun dan Liam kalau mereka berani melakukan apapun itu di belakangku.
"Kau kenapa? Kau pikir aku mati ya?" Aku menatap sekitar tidak menghiraukan Jun yang masih tampak seperti anjing yang menunggu pemiliknya memberinya makanan. Ah ya Jun pasti lapar dengan wajah seperti itu aku meliriknya sekali lagi, masih sama. He is so damn cute !
Sam !! apa yang kau pikirkan, pipiku memanas astaga kuharap dia tidak menyadarinya, aku mengubur wajahku pada bantal berusaha menyembunyikan wajahku yang memanas, kupikir ini lebih memalukan di banding memperlihatkan wajah bangun tidurku kepada Jun. Jun mencolek lenganku ragu, astaga pria ini, sebenarnya pagi ini dia tampak sangat aneh dari biasanya, aku mengintipnya dari balik bantalku. "Ada apa?"
"Sam bagaimana ini" suaranya lemah tanpa tenaga.
"Apanya?"
"Lihat di sebelahmu" Aku kali ini harus benar-benar melepaskan bantal yang sedari tadi kugunakan untuk menutupi wajahku, kupikir sudah cukup aman untuk Jun melihat wajahku. Aku melihat ke arah sampingku, memastikan apa yang sebenarnya terjadi, dan benar saja di sana maksudku sampingku terdapat setumpuk perhiasan emas, aku sempat berfikir kalau ini hanya mimpi, tapi saat kulihat lagi wajah Jun yang tampak serius aku mulai bangkit, ini mimpi kan?
"Jun kau dapat dari mana ini semua?" Suara berisik dari televisi memaksaku untuk memperhatikannya, berita tentang perampokan toko emas yang menjadi berita utama siaran tersebut. "Kau merampok ya!!" Kataku lantang, aku tidak peduli kalau ada seorang polisi yang sedang berpatroli di depan kamarku akan mendengarnya sekalipun. Aku menerjangnya lalu memukulnya dengan bantal, meskipun kupikir akan sia-sia tapi aku sungguh tidak peduli jika aku akan membuat wajahnya hancur sekalipun.
"Tidak, dengarkan aku dulu. Sam! hentikan aduh sakit, aku menemukannya di taman" kalimat terakhir Jun yang terpotong-potong membuatku terpaksa menghentikan aksiku, yang kusadari kini aku berada tepat di atas tubuhnya yang terlentang di lantai.
"Taman?" Ulangku, aku tidak tuli aku hanya ingin memastikannya lagi.
"Iya, aku menemukannya saat mencari botol birmu" aku beranjak dari tubuhnya duduk dengan lemah di samping Jun yang masih tetap dalam posisinya, entahlah tapi rasanya lututku terlalu lemas untuk sekedar berdiri. "Lihat mereka bilang satu orang masih dalam proses pencarian, kemungkinan besar orang itu yang menyembunyikannya di semak-semak taman" tangan Jun menunjuk pada televisi yang menampilkan berita aku melempar pandangan mematikan kepada Jun meraih bantalku dan meluapkan emosiku lagi dengan memukul Jun bertubi-tubi.
"Lalu kenapa kau mengambilnya! Apa kau suka sekali terjebak dalam sebuah masalah hah !!" Entah kenapa saat ini aku sama sekali tidak bisa mengontrol emosiku, maksudku biasanya aku sangat lihai melakukannya, tapi kali ini tindakan bodoh Jun benar-benar membuatku sangat marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend
FanfictionBagaimana jika dua orang yang sedang patah hati di pertemukan ?