Prolog

6.6K 235 12
                                    

"Aku mencintaimu..."

Ucapnya pada sesosok gadis yang telah terbujur kaku di dalam peti yang dipenuhi bunga didepannya.

Gadis itu terlihat sangat cantik dalam balutan dress putih dan sebuket bunga dalam genggamannya. Wajahnya yang damai menandakan bahwa ia sudah tenang dialam sana.

Pria itu menunduk. Mencoba menghalau airmata yang sudah mendesak keluar. Perlahan ia membungkukan tubuhnya hingga wajah mereka cukup berdekatan. Ia menyentuh bibir gadis itu sejenak sebelum ia menempelkan bibirnya pada bibir gadis itu untuk yang terakhir kalinya.

Dingin.

Bibirnya tak sehangat yang dulu. Bahkan tak lagi hangat. Dingin bagaikan es.

Hatinya kembali teriris ketika mengingat momen-momen hangat yang telah mereka lalui bersama.

Setiap rayuan. Setiap gurauan. Setiap tatapan. Setiap sentuhan. Hhhh. Itu semua tak akan terulang lagi, dan sesak yang ia rasa kini melipat ganda.

Ia melepas ciuman terakhirnya dengan enggan.

Jika saja Dave tak menepuk pundaknya maka ia sudah pasti lupa bahwa dirinya sedang berada di kediaman kekasihnya. Tepatnya, pada upacara pemakaman kekasihnya.

"Aku turut berduka cita." Ucap seorang pria yang mengenakan jas hitam dan rambut pirang yang rapi.

Ia hanya mengangguk pelan ketika seseorang mengucap ucapan berduka cita. Ia tahu mereka sama sekali tak ada ketulusan saat mengucapkan kata-kata itu. Mereka semua mengatakan itu semua hanya sekedar formalitas.
***

Sampai akhirnya matahari bersembunyi dibalik bukit dan hawa dingin mulai menusuk kulit. Pria itu masih berdiri disana setelah mengecup sekilas nisan kekasihnya.

"Kau belum kembali?" tanya Dave yang tiba-tiba berada di sampingnya sambil mengamati nisan itu dengan kening mengkerut.
"Aku akan kembali sebentar lagi. Aku ingin bersamanya sedikit lebih lama lagi. Sebelum aku pergi."

"Uh oke. Nikmati quality time kalian. Aku tunggu di mobil ya." Dave melambaikan sebelah tangannya lalu dengan cepat ia pergi menuju mobilnya.

Dave menghembuskan napasnya setelah sampai didalam mobil. Apakah dia belum mengetahuinya?.

Sementara, pria itu menghela napas untuk terakhir kalinya sebelum ia meninggalkan peristirahatan terakhir untuk yang terkasihnya.

"Cepat sekali..." Dave heran ketika pria ini sudah menyandarkan punggungnya pada kursi penumpang disampingnya.

"Kau berharap aku mau menginap di kuburan?" jawabnya ketus.

"He he tidak sih. Kukira kau mau menemaninya sedikit lebih lama sebelum meninggalkannya untuk selamanya."

"Dia yang telah meninggalkanku selamanya, Dave." pria itu kembali muram. "Bisa kita pergi sekarang?"

"Baiklah."

Dave mulai menginjak pedal gas dan menjalankan mobilnya dengan hati-hati karena medan jalanan pemakaman yang becek sehabis diguyur hujan tadi pagi, juga karena pikirannya yang sedang tidak terfokus.

Sementara, pria itu masih menatap tempat yang yang menjadi rumah baru kekasihnya menjauh. Ia masih bernostalgia seorang diri.

Bahkan ia tak menyadari bahwa sejak tadi ada sepasang mata yang memperhatikannya sejak ia menginjakkan kaki ditempat ini.

Orang itu melirik nisan yang berada dibawahnya. Seketika ia menyeringai.

Permainan baru saja dimulai.

Anastasia and Mr Vampire [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang