Chapter 9

2.1K 116 3
                                    

Tolong maafin author yang nggak update sejak beberapa minggu yang lalu. Baru aja selesai pts ini ada lomba cerpen perwakilan kelas yang buat author harus serius latihan. Udah gitu ada masalah kuota juga. Pokoknya menulis buat kalian itu perlu penuh perjuangan dan pengorbanan. Semoga chapter ini nggak ngecewain karena nulisnya malem-malem.

Minta vote dulu dong...

Selamat menikmati.

Ternyata malaikat maut masih mempunyai belas kasihan bagi Anastasia yang saat ini terbaring di kasur luas milik seorang vampir yang kini menculiknya.

Anastasia ternyata sudah bangun beberapa menit yang lalu tetapi tubuhnya yang lemas seperti jelly membuatnya tak bisa beranjak sedikitpun. Ia hanya bisa menggerakkan tangan untuk menaikkan selimut atau memijat keningnya yang terasa pening.

Sakin pusingnya ia tidak mendengar suara pintu berderit dan Daniel yang masuk melalui pintu itu.

"Kau sudah bangun?" tanyanya.

Anastasia terkesiap dan langsung berusaha duduk tetapi ia hanya berhasil mengangkat kepalanya dan kembali terhempas pada bantal.

"Tidak usah dipaksakan begitu. Kau hanya akan menyakiti dirimu." ucap Daniel sambil menarik nampan yang tergeletak di atas nakas.

"Kau... Apa yang kau lakukan di sini?" Anastasia menunjuk Daniel dengan tangan gemetar.

Daniel bukannya menjawab, ia malah meraih tangan yang terangkat beberapa senti itu dan membawanya ke pangkuannya setelah sebelumnya ia duduk di tepi ranjang itu.

Ia mengeluarkan obat merah dan mulai mengobati luka di pergelangan tangan Anastasia karena borgol sialan itu.

Seminggu sebelumnya ia mendapat telepon dari Dave mengenai vampir yang sedang mengikutinya-karena kebetulan Dave saat itu sedang mengikutinya juga-dan saat itu ia langsung menurunkan Anastasia di pinggir jalan yang ramai hingga ia pikir gadis itu aman.

Perlu waktu satu minggu untuk membereskan-dalam istilah kita sering menyebutnya dengan membunuh-vampir itu hingga ia dapat menemui gadis itu dan mengajaknya kembali berkencan sambil meminta maaf atas kejadian itu. Tetapi, sekembalinya dari membelikan air mineral untuk Anastasia setelah menyuruh Anastasia duduk selepas naik wahana rollercoaster¹, ia mendapati Rafael si peniru wajah yang cukup berbahaya juga adalah adiknya sedang menggendong Anastasia ke mobilnya dan melesat. Ia mengikuti arah mobil itu dan berhenti di tempat persembunyian sekaligus tempat tinggalnya di tengah hutan.

Karena tidak tahu berapa jumlah anak buah Rafael yang juga vampire-yang kemungkinan besar akan menyerangnya seperti sang pemimpin-dalam rumah sederhana itu, maka ia memutuskan untuk menunggu. Tiga jam ia berada di dalam mobil dan mendengar suara teriakan hingga tanpa basa-basi ia pun mendobrak masuk dan sedikit beruntung hanya harus menghadapi satu vampir muda sebelum berhasil membuka pintu kamar di lantai dua dan mendapati Rafael sedang menghisap darah gadis itu dengan rakus.

Daniel tidak sempat memutus kepalanya karena saat itu Rafael langsung kabur setelah terlempar ke tembok oleh Daniel dan langsung melompat dari jendela. Melesat melalui pepohonan dan kemungkinan besar menyeberangi sungai untuk sampai di kastil.

Anastasia tidak segera ia latikan ke rumah sakit tetapi ia membawanya ke rumahnya yang juga di tengah hutan yang tidak jauh dari sana dan meninggalkannya sebentar untuk mengabari Dave agar mencari alasan agar tidak menghubungi Anastasia. Ia kembali ke kamar dan mendapati gadis itu sudah sadar.

Kemungkinan besar gadis itu akan membencinya sangat besar karena yang ia tahu adalah Daniel yang menculiknya.

"Apa yang kau lakukan? Tanya Anastasia dengan suara serak. Ia belum minum sejak insiden taman hiburan... Aah lupakan. Dan sekarang ia sudah haus sekali.
Daniel telah selesai membalut pergelangan gadis itu dengan perban dan menyodorkan segelas air bening.

Dahi Anastasia mengerut ketika melihat gelas yang ada di tangan kanan Daniel. Gelas itu tidak berisi yang aneh-aneh seperti terakhir kali itu kan?

"Aku pikir kau haus. Apa kau sudah tidak apa-apa?" Daniel mendekatkan gelas itu ke Anastasia tetapi gadis itu menggeleng.

"Tidak. Kau salah menduga. Aku baik-baik saja." padahal suara serak kelewat sumbang itu sudah memperjelas semuanya. Hanya orang tuli saja yang percaya kalau Anastasia baik-baik saja.

"Sudah jangan banyak alasan." Daniel malah kini menahan leher lemas Anastasia hingga kini ia pun mendongak dan membuka sedikit bibirnya.

Bibir itu! Bibir yang pernah membuatnya kalut. Dan bibir yang pernah ia rasakan dua kali. Kini terbuka sedikit dan membuatnya... Ia menggeleng dan segera membantu gadis itu minum.
***

Anastasia kini sedang merenung dalam mobil dan memandang jendela di sampingnya ketika selesai mendengar penjelasan Daniel dari awal hingga akhir tentang dirinya yang ternyata vampir. Dan juga kejadian seminggu lalu hingga pada insiden penculikan yang membuatnya harus kehilangan banyak darah hingga nyaris mati.

Kini ia menyesali keputusannya untuk mengikuti kencan buta itu. Sebenarnya setengah dipaksa sih oleh Yumi.

Apalagi setelah mendengar dari Daniel kalau ternyata Rafael terkenal tidak akan melepaskan mangsanya. Rafael tipe vampir yang tak akan minum setetespun darah kalau ia tidak bisa menghabiskannya. Ia vampir gila yang sangat terobsesi pada darah manusia. Tidak seperti Daniel yang cuma sesekali meneguk darah manusia. Ia sudah terlatih untuk menahan dahaganya.

Hidupnya setelah ini pasti menjadi berbeda dan ia akan sangat menyayangkan hal ini.

Daniel juga berkata padanya kalau Anastasia kini, mau tak mau, harus terlibat dengan dunia vampir karena ia sudah di'cicipi' oleh Rafael dan kini mereka dalam perjalanan menuju kota karena tempat ramai lebih aman daripada hutan. Setidaknya itu gagasan ketika Anastasia menolak untuk keluar dari kamarnya karena trauma.

"Sudah sampai."

Lamunan Anastasia buyar saat melihat sebuah apartemen yang tampak asing. Ia kira pemandangan pertama yang ia lihat adalah rumah peninggalan ibunya atau apartemen Yumi. Tapi ternyata...

"Ayo turun. Ini apartemenku." Daniel membuka seatbeltnya dan keluar. Menyisakan Anastasia yang masih ragu ragu sambil memainkan seatbelt yang masih membelit dirinya rapi. Ia tak ada niat untuk membuka benda hitam itu.

Daniel membuka pintu mobil itu dan membungkuk sedikit untuk membuka sabuk itu dan menoleh hingga tanpa sadar pipinya bersentuhan dengan bibir gadis itu dan ia salting sendiri. Mendadak ia gugup. Padahal mereka sudah melakukan hal yang lebih dari ini.

Anastasia untungnya tidak mempermasalahkan hal itu karena yang sedang ingin ia lakukan adalah meminta penjelasan dari lelaki itu.

~~~
¹ Yang belum maksud atau lupa bisa baca lagi chapter 7.

Maaf chap ini pendek karena author harus bolak balik buat cerpen buat disetor hari senin dan ngerjain pr yang numpuk setinggi gunung everest. *apaansihthor

Doakan moga hasil pts author melebihi harapan. Amieen.

Marlia

Anastasia and Mr Vampire [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang